BAGIAN 6(II)

30 23 16
                                    

Sudah mulai, ya
Pikiranku kembali melesat ke Taman Agung, pada makhluk-makhluk indah nan keji yang menyebut diri mereka sendiri sebagai manusia. Semuanya tampil mencolok dan angkuh, dengan tatapan dingin dan temperamen buruk. Kaum kelas atas, klan-klan terkemuka, sebagaimana dikatakan Caroline, tidak akan berbeda. Bahkan mereka bisa jadi lebih buruk lagi.

Mereka melangkah masuk dalam satu kelompok, dalam kumpulan warna-warni yang memisahkan diri di sekeliling Taman Spiral dengan keagungan yang dingin. Keluarga-keluarga atau klan-klan berbeda mudah dikenali; mereka semua mengenakan warna yang serupa satu sama lain. Biru, hijau, ungu, kuning, warna-warna pelangi bergerak menuju boks-boks keluarga mereka. Aku dengan cepat kehilangan hitungan saat mengamati mereka. Tepatnya ada berapa banyak keluarga sebetulnya? Semakin banyak orang bergabung dalam keramaian, sebagian berhenti untuk bicara, sementara yang lain saling menyapa dengan kaku. Kusadari, ini adalah sebuah pesta bagi mereka. Sebagian besar mungkin tidak memiliki harapan untuk mengajukan seorang ratu dan momen ini hanya mereka anggap sebagai sebuah hiburan.

Namun sebagian lagi tidak tampak menyatu dengan suasana hari perayaan. Satu keluarga ada yang berambut—aurburn dalam bulatan sutra emas duduk dalam keheningan   terfokus di sisi kanan boks raja. Kepala keluarga itu memiliki janggut yang rucing dan sepasang warna hitam. Lebih ke bawah, ada satu keluarga dengan pakaian biru tua dan putih bergumam pada satu sama lain. Betapa kagetnya aku saat mengenali salah satu mereka. Victor Byzantium, seorang yang memiliki kekuatan Sinen pembisik yang kulihat di arena beberapa hari yang lalu. Tidak seperti yang lain, dia menatap lantai dengan muram, perhatiannya berada di tempat lain. Aku mencatat dalam benakku agar tidak berpapasan dengan dirinya ataupun dengan kemampuannya yang mematikan.

Namun anehnya, aku tidak melihat seorang gadis pun yang berusia pantas untuk menikahi sang pangeran. Barangkali mereka sedang mempersiapkan diri di suatu tempat, tidak sabar menunggu kesempatan untuk memenangi sebuah mahkota.

Sesekali, seseorang memencet tombol logam persegi di meja mereka untuk menyalakan lampu, menandakan bahwa mereka membutuhkan seorang pelayan. Siapa pun yang berada paling dekat dengan pintu akan pergi melayani mereka, dan selebihnya bergeser maju, menantikan giliran untuk melayani. Tentu saja, begitu aku bergeser ke samping pintu, kepala keluarga sialan bermata hitamlah yang menekan tombol mejanya.

Aku mensyukuri kaki gesit yang tidak pernah mengecewakanku. Aku nyaris berbaur dengan kerumunan, menari-nari diantara tubuh-tubuh yang berkeliling, sementara jantungku berdentum-dentum kencang di dada. Alih-alih mencuri dari orang-orang ini, aku di sini untuk melayani mereka. Athena Davies seminggu yang lalu tidak tahu akankah tertawa atau menangis menghadapi  dirinya versi ini. Namun, dia seorang gadis bodoh, dan kini aku harus membayar harganya.

"Tuan?" ucapku, menghadap kepala keluarga yang barusan memanggil pelayan. Dalam benakku, aku menyumpahi diri sendiri. Jangan bicara sepatah kata pun adalah aturan pertama, dan aku telah melanggarnya.
Namun dia tampak tidak memperhatikan dan hanya mengangkat gelas minumannya yang kosong, dengan raut bosan tertampang di wajah.

"Mereka bermain-main dengan kita, Klaudius," dia menggerutu kepada seorang pemuda bertubuh kekar di sampingnya. Aku menduga dialah orang yang cukup malang dipanggil Klaudius.
"Sebuah unjuk kekuasaan, Ayah," Klaudius membalas, menghabiskan isi gelasnya sendiri. Dia mengulurkannya kepadaku, dan aku mengambilnya tanpa ragu. "Mereka membuat kita menunggu hanya karena mampu."

Mereka adalah anggota kerajaan yang belum tampil. Namun, mendengarkan orang-orang Valkyrie ini membicarakan keluarga kerajaan seperti itu, dengan begitu merendahkan, sungguh mengejutkan. Kami kaum Fatui bisa menghina sang raja dan kaum bangsawan jika memungkinkan, tapi kupikir itu merupakan hak prerogatif mereka. Orang-orang ini tidak pernah menderita sehari pun dalam hidup mereka. Masalah apa yang bisa mereka hadapi satu sama lain?

THE QUEEN OF SWORDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang