#7

410 66 4
                                    

"Hinata!!"

~~~~~~~

Di dalam ruangan bercat putih itu, terbaring lelaki dengan rambut sewarna senja yang tampak sudah putus asa menjalani hidupnya.

Memangnya apa gunanya keberadaan jika tidak di anggap??

Beberapa jam tak sadarkan diri setelah ia pingsan di dekat taman tadi, dan untunglah seseorang menolongnya dengan cepat, jika tidak ia tidak tau apakah ia masih bisa melihat dunia esok harinya.

Perlahan mata madu itu mulai terbuka.

Bau obat...

Ia langsung mengetahui keberadaannya saat ini saat mencium bau obat yang sudah biasa di indra penciumannya.

Ia merasakan seseorang tengah mengenggam tangannya lembut, dengan lemah ia menolehkan kepalanya untuk memastikan yang ia rasakan bukanlah hanya halusinasi semata.

Mata madu yang tampak sendu itu tampak sedikit melebar saat mendapati sosok yang mengenggam tangannya kini adalah....

"Kageyama..."

Ucapnya lirih, sepertinya gumaman itu terdengar oleh sang pemilik nama, segera kageyama mulai mengangkat kepalanya yang tadinya di jatuhkan di atas lengannya.

"Eh... kau sudah sadar biar ku panggilkan dok-"

Ceklek!

Ucapan kageyama terpotong saat mendengar pintu ruangan itu terbuka, seketika mengalihkan atensi dua orang itu.

"Eh?? Tobio?? " ucap dokter yang tampak terkejut dengan kedatangan kageyama di ruangannya dan... tobio?? Apa apaan itu?.

"Ah... ayah... maaf aku tidak mengabarimu untuk datang kemari" jawab kageyama seakan menjawab pertanyaan yang ada dalam hati ayahnya, ya Kageyama tobio adalah anak dokter yang mengurus hinata selama ini.

Apakah ini kebetulan??

Ayolah, dalam buku yang berjudul garis waktu yang di karang oleh fiersa besari tertulis :Hidup itu terangkai dari beberapa kebetulan, dan KEBETULAN hanyalah takdir yang menyamar.

Jadi ini hanyalah takdir yang menyamar.

"Tobio... ada yang ingin ayah bicarakan dengan mu" Dokter akhirnya membuka suara setelah beberapa saat hening.

Yang di sebut namanya hanya mengangguk patuh dan segera mengikuti sang ayah.

Pintu tertutup menyisakan hinata seorang diri di ruangan bercat putih itu.

Hinata menjatuhkan pandangannya ke luar jendela, langit masih cerah seperti kemarin, tampak sangat indah.

Ceklek!

"Shoyou??" Hinata tampak tak mendengar panggilan lirih itu, lelaki di ambang pintu itu mulai mendekat ke lelaki rapuh itu.

"Shoyou? Bagaimana keadaanmu?"tanya nya dengan suara yang lebih keras.

"Ah... ke..kenma... maaf aku ngelamun" kenma tersenyum tipis, "tidak... tidak apa apa, apa kau sudah sarapan?"tanya kenma lagi.

"Belum"

"Kalau begitu ku panggilkan dokter untuk membuatkanmu sarapan.."

Hinata menggeleng...

"Ne..kenma... apa lapar bisa membuat orang mati??"

"Tentu saja... itu sebabnya kau harus makan"

"Kalau begitu... aku mau mati kelaparan saja"

Segini dulu eak:v jan lupa vote and comment:)
Sorry kalo banyak typo:)

beautifull life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang