B A B 4

430 102 151
                                    

Setelah salat isya berjamaah, dan merapikan serta melipat mukena dan sajadah, Ainsley dan Ardan bersiap-siap untuk pergi ke pasar malam.

Ainsley turun terlebih dahulu, dan menunggu Ardan di mobil. Ia menyalakan radio, untuk mengusir kebosanan. 5 menit kemudian, terlihat Geffie, Vadim, dan Ardan yang berjalan ke mobilnya. Ainsley menekan tombol untuk membuka kaca mobil miliknya dan Ardan. Keponakannya itu tentu saja akan duduk di sampingnya. Vadim membukakan pintu dari luar, mengangkat tubuh Ardan dan mendudukkannya di kursi di samping Ainsley yang mengemudi.

"Hati-hati di jalan, dik. Jangan pulang larut malam. Jagain keponakan kamu, ya," ujar Vadim.

"Iya, kak. Aku pasti hati-hati bawa mobilnya. Dan aku juga akan menjaga keponakan aku yang menggemaskan ini," sahut Ainsley dengan mencubit pelan pipi sebelah kanan milik Ardan, membuat Ardan tertawa kecil.

Lalu Vadim menutup pintu mobil. "see you again, mama dan papa." Ardan sedikit mengeluarkan kepalanya di kaca untuk melihat papa dan mamanya, sambil melambaikan tangannya ketika mobil perlahan berjalan. Yang juga di balas dengan lambaian tangan oleh kedua orang tuanya.

Setelah itu, ia duduk dengan diam dan menyandarkan tubuhnya. Ardan memejamkan matanya menikmati angin malam yang masuk ke mobil karena jendela di sebelahnya masih sedikit terbuka. "Jangan tidur, ya. Kalau kamu tidur, nanti kita tidak bisa main di pasar malam."

"Iya kak," sahut Ardan dengan masih menutup matanya. Ardan, walaupun ia tidak mengantuk, ia bisa langsung tertidur ketika memejamkan matanya dan menyandarkan tubuhnya. Apalagi jika udaranya terasa sejuk. Namun, karena sangat menginginkan untuk pergi dan bermain di pasar malam, membuat ia kembali membuka matanya, dan menatap gedung-gedung yang di lewati oleh mobil yang dikendarai oleh kakaknya dari jendela.

"Kakak Ainsley. Aldan kangen sama kakak Dalshan," celetuk Ardan dengan mengalihkan pandangannya ke Ainsley.

Ainsley yang mendengarnya hanya tersenyum. "Kakak Darshan lagi istirahat, sayang. Mungkin, kakak Darshan capek sama kelakuan kamu," ujar Ainsley yang berniat ingin bercanda dengan keponakannya itu.

"Istilahat? Aldan nakal, ya?" Anak berusia 3 tahun itu, mencebikkan bibirnya dengan matanya yang berwarna cokelat mulai berkaca-kaca seperti ingin menangis. Membuat Ainsley tidak tega, melihatnya. Ainsley menarik napasnya, dan mengembuskan nya dengan pelan.

"Ardan, mau enggak kakak beliin gulali? Tetapi, jangan kasih tahu papa kamu, ya? Kamu suka gulali kan?"  tawar Ainsley berusaha untuk mengalihkan pembicaraan, karena jujur ia juga rasanya ingin menangis ketika kembali mengingat sahabatnya.

"Iya kak. Aldan mau makan gulali." Seketika wajah Aldan berubah menjadi kembali berseri-seri dan ceria. Ainsley hanya mengembuskan napasnya dan tersenyum, merasa lega karena berhasil mengalihkan pembicaraan yang sekarang baginya sensitif.

Tidak berapa lama setelahnya, mereka telah sampai di pasar malam. Ainsley mencari tempat parkir untuk mobilnya terlebih dahulu. Lalu mereka berdua turun dan berjalan ke arah pasar malam dan membeli tiket untuk bisa masuk ke dalam, dengan tidak lupa Ainsley menutup dan mengunci pintu mobilnya.

Mereka berdua berjalan dengan riang, setelah antre selama hampir 10 menit untuk membeli tiket. Terlebih dahulu, mereka pergi ke penjual gulali. Ainsley hanya membeli satu saja untuk Ardan. Karena, ia tidak terlalu suka gulali.

"Telima kasih kak," tutur Ardan setelah  di berikan gulali olehnya. Ia menatap dengan binar bahagia gulali yang ia pegang.

"Iya sama-sama," balas Ainsley dengan tersenyum manis.

Pertama, mereka akan menaiki bianglala. Setelah, menunggu bianglala yang sedang berputar menjadi berhenti, Ainsley dan Ardan langsung menaikinya. Setelah mereka berdua naik, bianglala kembali bergerak berputar dengan pelan.

PARALYSED [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang