Chap 4

2.2K 338 66
                                    

"Jika aku bisa mengabulkan permohonan, apa yang akan kau minta?"

Draco terdiam, kemudian ia menatap Harry dengan tatapan main-main. "Aku ingin cinta." Sungguh, ia hanya bercanda.

"Kau sudah memilikinya." Ujar Harry.

"Benarkah?"

"Ya, dariku."

Draco tidak yakin kenapa wajahnya tiba-tiba terasa panas. Mungkin ini hanya efek matahari terik. Ya, ia yakin begitu. Ia kemudian menatap Harry. Ada rasa janggal di dalam hatinya, melihat remaja bermata emerald itu balas menatapnya. "Dan kau, Harry. Apa yang kau minta?"

Harry tersenyum. "Aku ingin terbang."

---

Draco tidak tahu, tapi ia selalu mencoba mencari tahu. Orang-orang biasanya menganggap dirinya tipe manusia yang tidak peduli dengan hal apapun. Tapi tidak, Draco adalah tipe orang yang selalu penasaran dengan apa yang mengganggu pikirannya. Jika ada hal aneh yang tiba-tiba muncul di dalam benaknya, ia akan mulai terobsesi untuk mencari tahu. Seperti misalnya, ketika Bellatrix pernah bercanda bahwa Tom memakai celana pink berenda. Draco tentu saja merasa terganggu dan bersembunyi di kamar mandi. Berusaha mencari tahu apakah Tom memang memakai celana dalam terkutuk itu.

Setelah ia tahu jika Tom tidak memakai celana dalam pink berenda melainkan celana dalam hitam polos, barulah ia merasa puas. Meskipun pada akhirnya Tom mematahkan batang hidungnya. Mereka bertengkar selama lima belas hari, dengan Bellatrix yang selalu menertawakan Draco karena telah bersikap tolol.

Sekarang, tambahkan remaja yang bernama Harry Potter.

Harry adalah orang yang aneh, dan ia tahu itu.

Sikap Harry bersifat impulsif dan intens, seperti saklar lampu yang dapat berubah dalam sekali tekan. Kadang Harry malu padanya, dan kadang-kadang Harry tidak memiliki urat malu sama-sekali jika bersamanya. Rasanya aneh, ia seperti terobambang-ambing dalam lautan ketidakpastian.

Blaise dan Pansy sepertinya mengerti. Setiap kali mereka melihat Harry mengacuhkan Draco, mereka akan datang ke arah Draco seperti pemadam kebakaran yang mencoba memadamkan api besar. Draco tidak pernah meminta perhatian, tapi Pansy dan Blaise dengan tulus mengatakan jika mereka adalah teman. Sejak kapan mereka sudah berada dalam hubungan itu?

Draco tidak pernah punya teman. Dan Tom hanyalah keluarga yang ia anggap seperti kakaknya sendiri. Mereka kebanyakan bertengkar dan berdebat, hidup dengan tujuan mengejek satu sama lain. Tentu saja ia merasa tidak nyaman ketika Blaise dan Pansy mulai masuk ke dalam kehidupannya. Ia tidak ingin ini terus berlanjut. Karena itu sangat mengganggu.

Harry disisi lain adalah magnet yang membuat Draco tidak bisa berhenti memikirkannya. Setiap kali Draco mencoba melupakannya, tarikannya akan semakin kencang. Perasaan gelisah selalu muncul dalam benaknya. Besar, dan semakin besar di setiap harinya. Seperti bensin yang memang sengaja ditumpahkan ke dalam kobaran api besar.

Draco takut, jika suatu hari nanti ia tidak akan bisa kembali.

"Harry..." Pada hari itu, Draco tidak tahu kenapa ia tiba-tiba memanggil Harry saat remaja itu sedang sibuk memikirkan sesuatu.

Harry melirik ke arahnya, diam, tatapannya kosong. Itu menakutkan sekaligus mendebarkan. Rasa hampa, kesengsaraan, serta kesunyian tersembunyi dibalik mata emerald yang cerah. Dan tiba-tiba ada dua teman Harry yang menghalangi jalannya. "Jauhi dia." Ucap lelaki berambut merah.

Draco tidak mengerti kenapa orang-orang ini bersikap terlalu protektif dan membayangi. Draco hanya menyapa, bukan mau meninju. Ia masih ingin melihat Harry. Bukankah Harry adalah temannya? Karena mereka sering nongkrong bersama akhir-akhir ini. Tapi Blaise dan Pansy menyeretnya menjauh seperti karung beras. Ini tiba-tiba mengingatkannya pada kisah asrama romeo dan juliet. Tapi Draco tidak ingin mereka berakhir bunuh diri, karena jalan hidup masih panjang.

In His Mind || Drarry || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang