Chap 7

3.8K 385 103
                                    

Jika ada yang bertanya pada Draco tentang hal apa yang paling dibencinya, itu adalah saat ia melihat adegan romantis di antara pasangan yang berbahagia. Bukannya Draco tidak suka dengan hal-hal yang berbau romantis. Bahkan ia sendiri telah menonton banyak film bertema roman hingga sudah tahu bagaimana caranya menggoda seorang wanita hamil hingga bayi yang ada di janin mereka keluar dengan sendirinya.

Draco tidak suka. Istilahnya ia agak kurang terkesan ketika melihat Tom dan Harry sedang berbicara satu sama lain. Mau tidak mau, Draco mengakui jika mereka nampak terlihat serasi. Pasangan yang manis, lucu, dan... aneh.

Draco tahu seharusnya ia bahagia pada hubungan mereka berdua. Hanya saja... ada kalanya ia merasa sesak ketika mengingat bagaimana Harry tersenyum pada Tom. Senyum itu... harusnya Harry hanya tersenyum padanya.

Perlahan-lahan, Draco mulai menyadari jika ia telah menumbuhkan perasaan pada Harry. Perasaan yang membuatnya sakit. Dimana ia hanya bisa menyimpannya diam-diam, dan berusaha bersikap normal ketika Harry ada di dekatnya.

Terkadang ia berpikir, beginikah yang dinamakan sakit hati?

Harry bahkan tidak tahu jika Draco mencintainya, tetapi mengapa ia sudah merasa di tolak begitu saja.

Jika ini yang dinamakan cinta, Draco tidak ingin memilikinya.

Draco tidak ingin memiliki perasaan ini.

Draco tidak ingin-

"Hei Draco, apa yang kau lakukan di depan pintu perpustakaan?" Harry bertanya, membuat Draco tersadar jika ia sedang melamun.

"Apa yang kau lakukan disini?" Draco balas bertanya.

"Profesor memintaku membersihkan perpustakaan." Harry menjawab.

Draco mengangguk mengiyakan, bukan berarti ia mendengarkan Harry sepenuhnya. "Aku juga."

"Benarkah? Ayo kita lakukan bersama-sama."

Sebuah sapu mendarat ke arahnya. Draco refleks menangkap dan memeluk sapu dengan erat. "Sekarang, kau sapu dibagian situ, dan aku akan membersihkan dibagian sini." Harry mulai menyapu, tidak peduli dengan raut bingung Draco yang seakan tidak mengerti mengapa pangeran tampan sepertinya harus menyapu perpustakaan. "Kau juga disuruh bukan? Maka kita akan membersihkannya bersama-sama." Lanjut Harry.

Draco terdiam.

Terkadang ia tidak mengerti mengapa ia tidak bisa menolak Harry.

Mereka membutuhkan waktu sepuluh menit untuk membersihkan lantai yang kotor, dan butuh lima menit untuk merapikan buku yang ada di dalam rak. "Kau suka geografi?" Draco bertanya saat Harry mengambil buku. Meletakkannya di atas meja, kemudian membukanya.

"Ya, ini salah satu cara aku bisa melihat dunia tanpa harus melakukan penerbangan. Akan sangat menyusahkan jika membawa orang impulsif sepertiku ke dalam pesawat. Kau tahu, menjadi gila dengan mengambil sapu kemudian turun tanpa parasut?" Harry terkekeh, tidak ada nada humor dalam suaranya. "Tapi setiap manusia punya impian bukan? Prancis mungkin pilihan terbaik saat ini. Maksudku hei, siapa yang tidak menyukai menara eiffel dan pantomim?"

Draco tertawa. "Kau benar." Ujarnya.

Harry tersenyum, pipinya merona.

Dan Draco mulai mengerti, mengapa ia jatuh dan jatuh lebih keras untuk pemuda itu.

---

"Aku menderita Demensia frontetomporal." Harry berkata suatu hari saat mereka sedang sibuk mencari bahan makanan di toko. "Aku memiliki waktu satu tahun untuk hidup, dan tidak ada obatnya."

Draco menyelipkan kaleng tuna ke dalam keranjang. "Aku tahu."

"Tidak ada Voldemort, tidak ada Hogwarts, bahkan penyihir tidak nyata." Harry bergumam sambil membaca label yang ada kaleng tuna.

In His Mind || Drarry || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang