3. Kantin & Alpokat

2 3 0
                                    

Dua orang gadis cantik baru saja menginjakkan kakinya di area kantin.

"Waw, apaneh bully-bully?"

"Heem, nggak ngajak-ngajak, yakan, Aulia?" Rara menoleh ke sampingnya.

"Iya tuh, apaneh miska?" Aulia melangkah dari tempatnya sambil bertolak sebelah pinggang. "Oh... kakel dong yang dibully, sama adik kelas pula"

"Lo gak usah ikut campur!" cewek rambut sebahu itu mengangkat tangannya "Lo nggak tau apa-apa, nggak usah ikut campur"

"Yang bilang gue mau ikut campur siapa?" Aulia mengangkat sebelah alisnya. "Ya nggak Ra?"

"Oh, iya dong"

"Orang kita cuman mau jadi penonton kayak yang lain" Rara dan Aulia kompak bertos ria. "Tapi... nih, kakel nggak mau ngelawan gitu?"

Orang yang dimaksud menggelengkan kepalanya cepat, karena... dia tau, dia yang salah, dia yang menjadi pendatang di kehidupan orang lain.

"Oh... yaudah" Aulia memutuskan untuk beranjak mencari tempat duduk yang kosong.

Lagian, bully membully sudah biasa bukan? Apalagi kejadiannya disekolah, kalau kata kakak Aulia: hukum alam.

Saat sudah sampai di tempat duduk yang kosong, Aulia berteriak. "BUK SAYA NASI GORENG TELUR CEPLOK DUA YA!!"

"SIAP NENG!"

Lalu kantin mendadak hening. Namun Aulia tidak memedulikan karena sudah terlalu sibuk bermain ponsel. Sangat berbeda jauh dengan Rara yang sudah heboh sendiri saat melihat Kanzie dan Fajar berjalan kearah meja mereka.

Aulia mengerutkan kening saat merasakan adanya seseorang yang mendudukkan diri di sebelahnya, "sorry, kita nggak nerima orang asing buat duduk satu meja sa--" Aulia menggantung ucapannya, saat mendongak hal yang ia lihat adalah pemuda tampan yang sedang tersenyum kecil kearahnya.

Ini kenapa pemuda tampan ini kurang ajar banget? Duduk nggak bilang-bilang. Dan apa tadi? Dia disenyumin? Dia disenyumin dong?!!

Aulia sudah histeris dalam hati.

"Emang kita nggak boleh duduk bareng ya?" Kenzie memasang wajah polos.

Kenzie tersenyum lebar saat Aulia mengelengkan kepalanya. "Boleh, sih, but, karena duduk sama kita itu limitted edition,  kalian harus bayarin apapun yang kita pesen, deal?"

"Apapun?" beo Kenzie "oke, apapun itu"

Aulia membelalakkan matanya kala Kenzie berujar demikian. Padahal 'kan, Aulia cumak mau keliatan matre aja biar Kenzie iffel sama dia, lha, ternyata disanggupi dong.

"Udah, sans aja kali" kali ini Fajar yang angkat suara "lagian Kenzie itu kaya-nya, tujuh turunan, lapan tanjakan, sembilan belokan"

"Gue, nggak nanyak sama lo!" Aulia balas ketus.

Fajar memajukan bibirnya meledek. Aulia misuh-misuh. Rara menatap tak paham. Kenzie memperhatikan.

"Nih ya neng, pesanannya" ibuk kantin memberikan pesanan Aulia dan Rara. "Nak Kenzie sama nak Fajar mau mesen apa?"

"Kita samain aja kayak mereka" Kenzie menoleh ke arah nampan tadi. "Mereka nggak mesen minum buk?"

"Mereka nggak bilang" bu Sumi menjawab seadanya.

"Kenapa?" Kenzie menaikkan sebelah alis. "Oh, kita pesen jus alpokat, empat"

"Iya, tunggu sebentar ya" bu Sumi melenggang pergi.

"Alpokat" gumam Aulia pelan, lalu pandangannya beralih ke Fajar yang sama muramnya.

Kenzie memperhatikan itu, keningnya mengernyit, ada apa? Ada apa dengan alpokat? Mengapa suasana mendadak semendung ini? Padahal cuaca sedang terik-teriknya di luar.

ZIELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang