5. Novel

3 2 0
                                    

Kenzie melangkah tenang, melewati beberapa orang yang menatapnya kagum, atau sekedar menyapa. Tentu tidak di balas. Makanya Kenzie memiliki julukan si- prince sombong nan angkuh.

Ia memasuki koridor kelas satu, lalu memasuki kelas Aulia, sambil menenteng sebuah Novel.
"Lia!"

Aulia yang sedang menulis menoleh cepat, sangat hapal dengan panggilan istimewa itu.
Ia mengangkat alis tinggi.

"Kenapa? Ada yang bisa saya bantu kak?"

"Ah, enggak." Kenzie menggeleng, lalu menjulurkan tangan yang berisi Novel, "ini, Lia ada bawa Novel? Mau tukaran sementara, boleh?"

Aulia menatap uluran tangan itu, lalu melihat wajah Kenzie lagi, "boleh." Aulia mengeluarkan Novel yang ia punya, "jangan lecet, jangan kotor, jangan di lipat, di dalam novel ada pembatasnya, jangan hilang, jangab basah, wajib balikin siap pakek."

"Panjang ya." Kenzie mengambil posisi disebelah Aulia yang kosong. "Rara belum dateng?" ia mencari topik yang ringan.

Aulia menggeleng, lalu kembali menulis. Kenzie yang melihat respon itu mengangguk saja. Ia mulai membaca Novel yang Aulia kasih pinjam.

Aulia kadang curi-curi pandang. Masih nggak percaya orang yang berada di sebelahnya gemar membaca Novel juga.

Selesai. Aulia selesai dengan tugas rumahnya.

Kini ia memperhatikan wajah Kenzie yang terlihat fokus. Wajah Kenzie memerah, bahkan sudah mencapai telinga. Tubuhnya panas dingin. Ia gugup.

"Udah sampe mana kak? Kok mukanya merah sampe telinga?" Aulia memperhatikan tangan Kenzie yang bergetar kecil, "tangannya juga gemetar, kayak orang lagi nahan emosi."

Kenzie menggeleng cepat, "e-enggak, panas aja kelasnya. Hehe." Kenzie nyengir bodoh.

Aulia membulatkan bibirnya, lalu mengeluarkan kipas mini -yang selalu ia bawa kemana-mana- dari tasnya. Ia menjulurkan tangan, membeberikan kipasnya pada Kenzie yang tersenyum kikuk.

"Ma-makasih."

Aulia mengangguk saja. Lalu melihat kearah pintu, masih heran, kenapa Rara lama banget datangnya? Biasanya dia yang duluan dateng dari pada Aulia.

Aulia menoleh lagi pada Kenzie, "bentar ya kak, mau kekantin, nggak mau nitip?"

Kenzie menggeleng. Aulia berlalu saja.

Kenzie menghembuskan nafas lega. Ia tadi hilang kontrol atas dirinya sendiri. Ia menggeleng, jadi merasa malu sendiri.

Kini ia jadi teringat perbincangannya dengan Fajar tadi malam.

Flashback on.

Kenzie mondar mandir di dalam kamarnya sendiri. Ia menggigiti kukunya frustasi. Masih memikirkan apa yang akan ia lakukan besok untuk cewek yang lagi di taksirnya.

Ia melihat jam yang berada di atas ranjangnya, pukul 20.02, belum terlalu larut untuk menelepon Fajar.

Panggilan tersambung.

"Halo."  Kenzie menunggu dengan sabar, saat panggilan tersambung namun tidak ada suara di seberang sana.

Hening beberapa saat. 

Lalu suara lenguhan terdengar, Kenzie melebarkan mata.

"Woy! Lo ngapain anjing!" Kenzie semakin meninggikan suara, "Heh! Anjing! Lo ngapain?! Fajar! Woy! Lo ngapain sih anjing!" Kenzie malah ribut sendiri.

Kenzie dapat mendengar suara Fajar yang sedang berdecak.

"Lo ngapain sih, nelpon tengah malam gini?" suara Fajar terdengar serak. "Gue ngantuk banget, sumpah!"

ZIELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang