{Tersedia di Gramedia}
Calista Shaqueena, gadis yang begitu kuat dan berani. Mempunyai paras cantik tapi selalu menampilkan mimik muka sadis ketika melihat orang yang dibenci. Tujuannya kembali ke tempat lahirnya hanya untuk membalaskan dendam.
Al...
Vote dan spam komentar di setiap paragraf biar cepet update ❤️
Thank u❤️ 🏴🔪
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
Calista bersantai di rumah malam ini, tadi ia sudah latihan meninju di ruangan yang memang disediakan oleh Mark selama satu jam. Papanya itu selalu menyuruhnya untuk latihan bela diri pada malam hari, jika Calista tak menurut, pasti Mark akan marah.
"Kamu ngapain, Calista?" tanya Mark dengan sebelah tangan memegang gelas berisi wine. Menghampiri Calista yang santai duduk di sofa.
"Istirahat bentar."
Mark mendengkus lalu duduk di sampingnya. "Andrew kemarin ke sekolahmu?" tanya Mark lalu meminum wine itu. Anak lelakinya yang jarang di rumah, mungkin akan pulang sebulan sekali. Watak yang sama dengannya, garis ketampanan juga hampir mirip.
Calista mengangguk.
"Dapet yang dicari?"
"Calista nggak tau."
Mark mengernyit. "Dia cuman lapor Papa kalo hampir bikin bibir cewek tersayat."
Calista terkekeh kecil mengingat kejadian Andrew melempar pisau ke arah Shena demi nama baik dirinya.
"Shena yang dilempar pisau sama Andrew," beritahu Calista.
Mark menaikkan satu alisnya lalu tersenyum smirk. "Meleset?"
Calista mengangguk. "Si Shena ditolong sama Bara."
"Andrew bodoh." Mark memaki anaknya. Kenapa harus meleset? Apa ilmu yang diajarkannya kurang? Lelaki itu sepertinya harus dilatih lebih keras.
"Kenapa dia ngelempar Shena pisau?" tanya Mark penasaran. Tak mungkin juga Andrew melakukan itu tanpa ada sebab.
"Shena bilang aku jalang, Pa." Calista berkata lirih lalu menunduk ketika mata Papanya menajam.
Suasana tiba-tiba mencekam, terisi keheningan beberapa saat. Calista tahu Mark mengetatkan rahangnya emosi, bahkan mata elang itu terlihat kobaran amarah. Siapapun orang terdekat Calista, pasti tidak terima tentang itu.
"Kamu inget apa yang Papa ajarin?" tanya Mark dengan intonasi rendah. Geraman itu membuat telinga Calista panas.
Calista mengangguk kaku.
Mark berdeham. "Papa tambahin satu lagi."
Calista mendongak, tanpa rasa takut ia menatap ayahnya. Wajah Mark terlihat memerah emosi.
"Jika mereka berdiri di belakangmu, lindungi mereka. Jika mereka berdiri di sampingmu, hormati mereka. Jika mereka berdiri melawanmu kalahkan mereka. Jika mereka memfitnahmu, buat mereka bungkam," titah Mark serius. Ajaran yang dari dulu dibuat oleh Mark. Calista dan Andrew harus mengingat semua itu di otak dan menerapkannya.