2-Kembalinya Penguasa Jalanan

254 9 0
                                    

Bel istirahat pun berbunyi setelah melewati 2 mata kuliah. Dan inilah waktu mujarab bagi mahasiswa untuk merefresh otak mereka dan mengumpulkan energi untuk bersiap mengikuti 2 mata kuliah lagi sampai sore yang cukup menguras otak.

Berbondong-bondong dan berkelompok, mereka turun ke bawah menuju kantin. Namun, ada beberapa yang tetap berada dalam kelas karena membawa bekal. Dan, Asmara juga ikut turun menuju kantin bersama Kiara yang tak pernah terpisahkan, seperti perangko, seperti sepasang sepatu. Mereka terlihat sudah berteman cukup lama, padahal aslinya mereka baru berteman saat perkenalan mahasiswa baru tahun ini.

Mereka memilih makan di bangku panjang di taman depan fakultas.

"Ra, aku beli minum dulu ya. Masa kita mau makan tapi ga minum," candanya.

"Iya, iya, ga pake lama ya," jawab Kiara tertawa receh.

"Tunggu ya."

Asmara berjalan menuju kantin belakang fakultas, di mana kantin itu melewati lapangan sepak bola. Dan lapangan basket itu tengah di pakai oleh beberapa mahasiswa laki-laki yang tak Asmara kenal. Asma hanya melihat sekilas permainan mereka sebelum akhirnya ia acuh dan fokus berjalan menuju kantin.

Tiba-tiba tak sengaja salah seorang pemain menendang keluar jalur dan bola tersebut mengenai kepala Asmara.

"Aduh, argh!" Ringisnya kesal sembari memegang bekas kepalanya yang sakit hingga dirinya berjungkuk.

"Eh, sorry. Lo ga apa-apa?"

Asmara mendongak karena ada seorang laki-laki yang menghampirinya. Perlahan ia menoleh dan tatapannya langsung berubah suram.

"Lo?" Tunjuk Arjuna pada Asmara.

Asmara masih menatapnya dingin dan tak membalasnya.

Kenapa harus ketemu sama dia lagi sih!?

Asmara menatap Arjuna yang tengah tersenyum melihatnya.

Apalagi? Sok senyum ga jelas gitu? Di pikir dia ganteng?

"Kenapa senyum-senyum gitu?" Tegur Asmara datar.

"Gimana kabarnya hari ini? Lihat deh, semesta aja mempertemukan kita lagi. Itu berarti, ini emang pertanda kalau lo itu bakal jadi istri gue. Ayolah, tinggal terima tawaran gue, apa susahnya sih?"

Asmara bergidik jijik.  "Ih ga! Aku ga mau. Pokoknya liat aja ya. Aku bakal lunasin semua ganti ruginya!" Tekannya, "permisi," jawabnya dingin dan berbalik arah meninggalkan Arjuna.

Ketika Asmara sudah jauh dari Arjuna, senyumannya menghilang. Arjuna langsung bergidik jijik. "Ih sumpah berapa lama lagi gue bisa tahan kaya gini coba," ucapnya frustasi dengan memegang rambut. "Lagian ada-ada aja deh Kakek tuh. Emang ga ada cewe lain selain cewe jadi-jadian kaya dia? Nih kayanya matanya Kakek harus diperiksa deh. Masa iya gue dijodohin sama cewe modelan kaya dia? Mau di taruh mana nanti muka gue."

"Juna."

Arjuna menoleh dan mendapati Rafan, sahabatnya yang dijuluki kulkas itu tengah berjalan ke arahnya.

"Gue kira lo ga bakal dateng ke kampus," rangkulnya pada Arjuna.

"Ini juga mau ga mau gue ke sini."

"Kenapa? Karena Kakek Hamzah?"

"Ya siapa lagi. Tiba-tiba gue disuruh ngampus, padahal lagi asik-asiknya di rooftop," ujarnya tiba-tiba jengkel.

"Yuk, mending langsung aja kita ke kantin."

Sepanjang perjalanan, mahasiswa yang tengah berjalan melewati Arjuna dan Rafan langsung menoleh fokus pada Arjuna, seakan Arjuna itu bagaikan magnet, siapa saja pasti tak bisa untuk tak melihatnya. Meski tampilannya urakan, Arjuna memiliki aura dan warna tersendiri untuk daya tariknya. Namun, banyak yang segan juga terhadapnya karena Arjuna adalah mantan ketua geng motor terkenal di Jakarta, "Phoenix".

SINCERITY [TAMAT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang