27-Terbongkar

66 3 0
                                    

Terhitung sudah dua hari Asmara dan Arjuna tak tegur sapa, baik di kampus atau di kafenya Arjuna, karena Asmara baru saja bekerja kemarin sebagai kasir. Ya, mungkin karena faktor kesibukan sebagai mahasiswa menjelang Ujian Tengah Semester. Apalagi Asmara yang begitu berambisi mengejar nilai agar dia bisa mendapatkan beasiswa di semester depan berkat prestasi di akademik. Hampir setiap hari dia menghabiskan waktu di perpustakaan sampai malam.

Sesekali mereka bertemu, paling hanya di lobi dan kantin fakultas. Itu pun tak sengaja, seperti skenario dari Allah. Tapi hanya beberapa detik melempar tatapan, langsung dihempas oleh pahitnya wajah yang saling berpaling. Dan setelah kejadian nahas yang dialami Asmara di kantin, menjadi hari terakhir bagi yang ingin menghujatnya lagi. Karena, Denis begitu serius mengancam siapa pun yang membuat Asmara terganggu. Tandanya, Denis selalu ikut kemanapun Asmara pergi, kecuali di dalam kelas.

Mungkin karena pertengkaran itu ada hikmahnya. Yaitu, mereka jadi fokus belajar. Bahkan sampai ujian pun di mulai, hari-hari mereka hanya di isi oleh belajar. Bahkan saat di perpustakaan, Arjuna membuka buku catatan yang berisi hasil belajarnya kala itu dengan Asmara di mata kuliahnya Pak Evendy.

Tetap aja gue masih ga ngerti kalau cuma modal catatan doang. Arjuna menggaruk kepala frustasi.

Dan satu, ego mereka masih tinggi. Saling tidak mau mengalah untuk sekadar meminta maaf.

Jujur, gue masih sakit kalau harus inget perkataannya Asmara waktu itu. Tapi… Mau sampai kapan kaya gini?

Arjuna merasa seperti ada yang hilang. Entah rasa semangatnya atau hal lain yang dia tak mengerti. Rasanya, hidupnya berubah sejak pertengkaran dengan Asmara.

“Asmara, untung lo dateng cepet.”

Sontak, mendengar nama Asmara, Arjuna langsung menoleh. Jauh di hadapannya, sudah terpampang nyata sosok yang sebelumnya menghantui pikirannya. Dia duduk tersenyum bersama 2 orang teman.

“Kamu kan pinter, ajarin kita dong mata kuliahnya Pak Evendy. Kita bener-bener pusing tau.”

Asmara tersenyum pada temannya dan mau langsung mengajarkan. Asmara sama sekali tidak menaruh dendam pada mereka yang pernah membully atau menyudutkannya. Sedangkan Arjuna hanya bisa menatapnya dari kejauhan dengan selingan sedikit harapan untuknya bisa berdamai dan berhubungan seperti biasa dengan Asmara, apalagi saat ini dia benar-benar butuh Asmara.

***

“Arjuna mau ke mana kamu malam-malam begini? Mau balapan? Atau mau mabuk-mabukan lagi?” Kakek Hamzah baru mendapati Arjuna menuruni tangga, sudah berpakaian seperti biasanya.

“Bukan urusan Kakek,” jawabnya ketus lalu pergi.

Hari ini Arjuna ingin bebas melakukan apa pun tanpa mengikuti aturan rumah, tepatnya mengikuti aturan Kakeknya. Dia ingin hibernasi karena seminggu berkutat terus dengan mata kuliah untuk persiapan ujian. Dan sekarang dia setidaknya ingin merayakan kebebasannya karena ujian telah usai.

“Kamu sudah berbaikan dengan Asmara?”

Arjuna menghentikan langkahnya, kemudian menoleh dan menatap serius.

“Kakek mau bicara serius sama kamu, sebelum kamu pergi.”

Arjuna berjalan pelan dan duduk disamping Kakek Hamzah.

“Benar, kamu masih marahan sama Asmara?”

“Kakek tau dari mana?” Jawabnya jutek tanpa memandang Kakek Hamzah. “Pasti dari Kiara, kan?”

“Selain dari Kiara, Kakek sendiri mengamati kamu. Karena akhir-akhir ini, kamu berubah.”

Arjuna menoleh gusar.

SINCERITY [TAMAT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang