10-Bully Part 2

83 4 0
                                    

Waktu subuh pun menjelang, dengan setelan mukena yang di pakai, Asmara langsung membangunkan Arjuna yang masih tidur terlelap memeluk guling dengan menepuk-nepuk lengannya.

"Heh, bangun udah subuh nih."

Arjuna terbangun dengan mata yang masih sepat dan rambut yang berantakan. "Bangunin," rengeknya pelan dengan merentangkan kedua tangan saat kedua matanya belum sepenuhnya terbuka lebar.

"Bangun aja sendiri," ketusnya.

"Bangunin ah," Arjuna memaksa manja.

Asmara memegang lengan kanan Arjuna yang memakai kaos lengan panjang dan menariknya sampai duduk.

Arjuna mengikuti Asmara dari belakang dengan mata yang masih sedikit terpejam sampai jalannya tak tentu arah hingga menabrak tembok disamping pintu masuk sampai dirinya terjatuh.

"Ya Allah, masih ngantuk banget ya?" Asmara segera menarik Arjuna berdiri.

Mereka solat berjama'ah di ruangan yang di pakai sebagai ruang solat dengan Kakek Dul sebagai imam.

Setelah selesai solat, mereka semua berdoa, namun tidak bagi Arjuna, ia malah melamun. "Jujur seumur hidup, gue ga pernah solat berjama'ah bersama keluarga kaya gini," batinnya sendu.

Arjuna ikut berdiri ketika keluarga Asmara sudah menyelesaikan doa.

Arjuna masih sangat mengantuk, ia belum terbiasa bangun solat subuh tepat waktu, dan biasanya selepas solat subuh, ia langsung pergi tidur lagi, namun kali ini ia pergi ke ruang tamu dan tidur di sofa.

Kurang lebih 25 menit ia tertidur, Arjuna mengendus bau aroma manis vanila yang membuatnya terbangun. Ia berjalan mengikuti indera penciumannya sampai berhenti melangkah di ambang pintu dapur. Raut wajahnya sedikit shock melihat kegiatan di dapur yang sangat sibuk hingga mulutnya sedikit menganga, dan arah matanya fokus pada Asmara yang tengah membuat adonan roti. "Dia bangun sepagi itu dan langsung membuat roti?" gumamnya tanpa kedip.

Arjuna memilih masuk ke dalam dapur.

"Kakek setiap pagi buta begini udah membuat roti?"

Kakek Dul yang melakukan aktivitas yang sama dengan Asmara mengangguk. "Iya. Kalau mau rezeki lancar, memang harus bangun lebih pagi untuk menjemput rezeki itu."

"Mau di bantu ga?"

"Ga usah!" seru Asmara dingin. "Yang ada rotinya ga enak kalau kamu bantu."

"Asma," peringat Kakek Dul. "Kamu kalau mau bantu, ga apa-apa."

Senyum langsung tersungging dari raut wajah Arjuna, ia segera menghampiri Kakek Dul dengan antusias.

"Ini kamu pakai sarung tangan plastik dulu."

Arjuna mengangguk. "Ah iya."

Asmara menatap Arjuna dengan jengkel, sedangkan Arjuna malah sengaja membuatnya tambah jengkel dengan menjulurkan lidahnya.

Arjuna diajarkan bagaimana cara menguleni adonan hingga memanggangnya, ya aktivitas itu cukup membuatnya bercucuran keringat, walau begitu, hatinya merasa lega dan senang.

Setelah itu, Arjuna ikut sarapan di ruang makan yang sudah tersaji lauk seperti telur ceplok, dan tempe orek.

Arjuna menelaah menu sarapan ala keluarga Asmara.

"Ini Arjuna," Bibi Riri memberikan satu porsi nasi dan semua lauk dalam satu piring.

"Oh, makasih Bi."

SINCERITY [TAMAT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang