Prolog

59.5K 9.2K 627
                                    

Hai
Selamat membaca
Jangan lupa vote, komen, follow

🍂🍂🍂

Jari jari tangannya yang bewarna putih pucat itu bergerak dengan lenguhan halus yang keluar dari bibirnya.

Perlahan mata indahnya mulai terbuka, menampilkan sorot dingin yang tidak pernah orang-orang lihat. Dia mengedarkan pandangannya ke punjuru ruangan yang sangat luas berwarna abu-abu dan putih.

Firasat nya mulai memburuk.

Tapi dia harus tenang.

Tangan putih mulusnya bergerak untuk mengambil air yang berada di nakes sebelah tempat tidurnya. Perlahan-lahan dia mulai meneguk habis air itu karena tenggorokannya terasa kering.

Setelah selesai minum. Dia mulai mencerna situasi saat ini. Sekali lagi dia mengedarkan pandangannya ke segala arah, Ini bukan kamarnya.

Tatapannya jatuh pada tangannya yang putih mulus seperti giok. Perasaannya mulai tak menentu, Kesehariannya adalah memegang senjata dan komputer, tidak mungkin dia memiliki tangan halus seperti ini.

"Sshhhh." Dia memegang kepalanya yang terasa berat seperti di timpa oleh batu besar.

Kepingan-kepingan memori yang bukan miliknya terus memenuhi ingatannya.
Keringat dingin mulai keluar dari tubuhnya, tubuhnya bergetar menandakan dia tidak kuat dengan sakit yang menimpanya saat ini.

Matanya mulai tertutup.

Kesadarannya hilang.

🍂🍂🍂

"Hey! Bangun kau, jatuh dari tangga saja sampai tidak sadarkan diri 3 hari!" Seru seorang wanita seraya menendang kecil tubuh di depannya.

"Wanita sialan! Bangun kau!" Seru wanita itu lagi.

Mata cantik itu perlahan-lahan terbuka dengan sempurna. Dia mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang sudah berani menendang tubuhnya.

Dia bergerak untuk bangun dari tidurnya dan turun dari ranjang. "Kau mau mati!" Ujarnya dengan suara rendah dan tatapan yang sangat dingin. Dia berjalan untuk memojokkan wanita itu ke dinding.

Wanita itu bergerak mundur dengan tubuh bergetar saat merasakan aura di sekitarnya terasa mencekam. "K-kau, berhenti di sana." Ujar wanita itu yang terus bergerak mundur.

"Kau itu hanya seorang pelayan." Ujarnya terus bergerak maju. Setelah berhasil memojokkan wanita itu, dia mencengkram erat leher wanita itu sampai pasokan udara di sekitarnya berkurang. "Dan kau dengan beraninya menendang nyonya di mansion ini?!" Lanjutnya dengan suara yang meninggi.

"Akh-hu,"

"Kau pantas mati karena mengusiku." Ujarnya. Tangannya berganti mencengkram kerah baju wanita tersebut. Dia berjalan ke arah balkon yang di bawahnya adalah kolam renang.

"MAU APA KAU?!" Teriak wanita itu panik.

Sekarang dirinya sudah di angkat untuk di lempar ke kolam renang. Dia begitu panik saat ini, bagaimanapun tinggi dari balkon ke kolam renang adalah 10 meter.

"Nyonya, lepaskan pelayan itu anda bisa membunuhnya." Teriak salah satu orang berpakaian hitam. Sepertinya mereka bodyguard di mansion ini.

"Lepes tolong lep--."

Byurr!

"Akkhhhhh."

Dia dengan santainya melempar wanita itu kebawah kolam renang. Sebelum wanita itu terkena air, kepalanya lebih dulu menghantam sisi kolam dengan keras. Mengakibatkan air dari kolam itu berwarna merah.

Dia hanya memandang datar ke arah tubuh wanita itu. Pandangannya berganti menjadi dingin saat dia melihat ke arah orang-orang di bawah sana yang tengah menatap shock ke arahnya.

Dia menyunggingkan senyum miringnya. kemudian kedua tangannya di angkat dan hanya memeprlihatkan jari tengah nya saja.

"Fuck you!" Ujarnya tanpa suara. Tapi semua orang sudah tahu dari gerakan mulutnya saja.

Orang-orang yang ada di mansion itu mematung tanpa bisa lagi mengeluarkan suara. Mereka begitu terkejut melihat perubahan nyonya nya, yang biasanya selalu tersenyum ramah kepada semua orang sekarang senyum itu sudah tidak ada lagi.

Meskipun banyak pelayan yang kurang ajar terhadap nya, tapi dia tidak pernah marah sedikitpun. Bahkan suaminya sendiri tutup mata akan hal itu.

"Sungguh menyebalkan." Ujarnya seraya menghempaskan tubuhnya ke sofa.

Yamanda Bora, itu adalah dirinya. sekarang dia sudah mengetahui kalau jiwanya berpindah kepada seorang wanita yang sudah bersuami, Yaitu Elena Jovanka. Umur mereka sama-sama 25 tahun.

Dulu dia tinggal di Rusia, entah bagaimana sekarang keadaan tubuhnya yang terkena ledakan itu. Dia tidak tahu. Untung saja dia bisa berbicara bahasa Indonesia dan beberapa bahasa asing, jadi dia tidak perlu merasa khawatir.

Bugh!

Elena menendang meja di depannya dengan keras. "Sial sekali hidupku! Kenapa aku harus masuk ke dalam tubuh yang sudah bersuami?! Ini sangat merepotkan." Ujarnya.

Meskipun dia tahu kalau suami dari pemilik tubuh ini tidak memperdulikannya. Tapi tetap saja, kalau dia sudah bersuami, pasti akan susah untuk pergi kemanapun yang dia mau.

"Tugasku sekarang hanya hidup dengan damai disini dan tidak menganggapnya lagi suami." Ujar Elena "Kau akan tahu bagaimana rasanya di abaikan Raymond." Lanjutnya dengan seringaian liciknya.

🍂🍂🍂

Kalau rame, malem ini up lagi.

DIFFERENT SOUL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang