Part 4

51.3K 8K 356
                                    

Hai!
Kalau kalian suka dengan cerita ini, tolong tinggalkan jejak ❤️

🍂🍂🍂

Bugh!

Elena memukul wajah penyusup itu dengan keras. "Dimana sekarang bom itu!" Ujar Elena.

"D-di--"

"CEPAT!" Bentak Elena dengan rahang yang sudah mengeras.

Mereka yang ada disana bergetar ketakutan melihat elena yang seperti itu. Bahkan Jeri dan Joni sampai mundur beberapa langkah karena takut.

"T-taman belakang, sebelah timur." Ujar penyusup itu.

"Kapan meledak nya." Ujar Elena dingin.

Penyusup itu melihat ke arah jam yang ada di pergelangan tangannya. "15 menit la--" Ujar nya membuat Elena tak kuasa lagi memukul wajah pria itu.

Bugh!

"Sial! Cepat cari." Ujar Elena tegas. "Bawa dia ke taman belakang sebelah timur." Lanjutnya seraya menatap Joni dan jeri yang saat ini menelan ludahnya gugup.

"B-baik nyonya." Ucap mereka serempak.

Elena berjalan ke taman belakang dimana bom itu di letakan di sana. Joni, Jeri dan penyusup itu mengikutinya di belakang. Banyak juga bodyguard yang mengikuti mereka.

"Cari." Ujar Elena dingin.

Penyusup itu langsung berjalan ke arah tanaman yang tingginya hanya sebatas dada orang dewasa. "Nyonya dia sudah menemukannya." Ujar Joni yang bertugas mengawasi penyusup itu.

"Cepat matikan bom itu." Ujar Elena. Dia melihat jam di pergelangan tangannya, dan waktu meledak bom itu tinggal 5 menit lagi.

"N-nyonya, bom ini memakai nomor pin. Jadi, hanya yang mengetahui nomornya yang bisa membatalkan meledaknya bom ini." Ujar Joni dengan kaki yang sudah bergetar.

"Suruh dia memasukan pin nya." Ujar Elena datar.

"M-maaf nyonya. Tapi dia hanya di suruh, jadi dia tidak mengetahui nomor pin itu." Ujar Jeri.

Elena mengepalkan tangannya, sepertinya dia harus turun tangan langsung. "Sial! Bawa kemari bom itu." Ujarnya.

Jeri langsung membawa bom itu ke arah elena dengan tangan bergetar. "Ini nyonya."

Setelah berada di tangannya, elena meneliti  bom itu, ternyata itu adalah jenis bom TNT seberat 1 kg dengan warna merah. Di tengah-tengahnya ada waktu yang menunjukan kapan meledaknya.

"Ambilkan aku gunting atau pisau." Ujar Elena dingin.

Salah satu dari mereka langsung menyerahkan pisau miliknya ke elena.

Titttt

Titt

Tersisa 10 detik lagi untuk bom itu meledak. Orang orang yang berada di situ sudah bergetar dengan keringat dingin yang sudah keluar dari tubuh mereka. "N-nyonya itu tinggal beberapa detik lagi." Ujar Joni.

Elena masih terlihat santai. Setelah itu dia memotong aliran listrik dari pemicu ke detonator. Suara itu sudah tidak terdengar lagi. Elena berhasil menghentikannya, Akhirnya mereka bisa bernafas lega.

Untung saja Elena sudah pernah belajar cara menjinakkan bom jenis TNT. Dulu dia di ajari oleh sahabatnya yang berprofesi sebagai perakit bom dan pembuat senjata.

"B-bagaimana bisa?" Ujar Joni merasa tercengang dengan cara Elena. Dia baru mengetahui kalau menjinakkan bom seperti itu. Apalagi saat melihat Elena yang terlihat biasa mengalami hal seperti itu.

Elena menaiki sebelah alisnya setelah itu dia tersenyum miring. "Kenapa? Kau selama ini terlalu meremehkan nyonya mu ini joni." Ujar Elena.

Joni diam tidak menjawab. Selama ini memang dia selalu meremehkan Elena, karena perempuan itu terlihat lemah.

"Sebenarnya kemana si bajingan itu? Harusnya dia yang menangani semua ini." Ujar Elena memandang joni.

"Maksud nyonya?." Tanya Joni tidak mengerti dengan apa yang di katakan Elena.

"Bajingan itu si bos." Bisik Jeri yang hanya di dengan oleh mereka berdua.

Joni membelalakkan matanya, kenapa wanita di depannya ini berani berkata seperti itu?. Bisa bahaya kalau itu di dengar langsung boleh Raymond.

"Maksud anda tuan Raymond?" Tanya Joni hati-hati.

"Kau mengerti juga ternyata siapa si bajingan itu." Ujar elena dengan senyum mengejeknya.

"B-bukan seperti itu nyonya." Ujar Joni gelagapan.

"Sudahlah, memangnya kemana dia? Mansion ini hampir saja hancur. dan dia tidak memunculkan batang hidungnya sama sekali?" Ujar Elena seraya tertawa hambar.

"N-nyonya maaf, jaga bicara anda." Ujar Joni pelan. Dia takut bos nya akan mendengar apa yang di katakan Elena, meskipun dia tidak ada di dekat mereka. Tapi mata dan telinganya Ada di mana-mana.

"Ah sudahlah. Sekarang jawab pertanyaan ku." Tanya Elena datar.

"Tuan sedang berada di Jerman untuk urusan pekerjaan nyonya." Ujar Joni.

"Cih, memangnya dia tidak cukup kaya dengan ini semua?" Tanya Elena tak habis pikir.

Joni tidak menjawab perkataan Elena, karena dia tidak tahu harus berbicara apa lagi. Menurutnya Elena terlalu berani untuk mengatakan hal seperti itu.

Elena yang melihat itu mendengus kasar. Setelah itu dia berbalik untuk pergi dari sana. "Urus penyusup itu. Kurung dia sampai si brengsek itu kembali ke mansion ini, Biar dia yang menanganinya." Ujar Elena tanpa menatap kebelakang.

🍂🍂🍂

Elena menghela nafas panjang. Di depannya ada samsak tinju yang membuat jiwanya bergetar untuk memukulnya.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Elena memukul dan menendang samsak di depannya. Dia membayangkan kalau samsak itu adalah Raymond.

Elena terlalu kesal dengan pria itu karena selalu bersikap acuh dan dingin kepada Elena yang asli. Si Elena juga menurut-nya terlalu bodoh untuk bertahan dalam hubungan seperti ini.

Kalau dia mungkin sudah dari dulu meminta cerai. jadi tidak akan mendapatkan luka lebih dalam lagi.

"Dasar bajingan! Lihat saja kau kalau pulang." Ujar Elena dengan tangan terkepal.

🍂🍂🍂

Untuk cast Elena, aku pindah haluan deh jadi ke mbak Jessy ❤️
soalnya kalo Seo ye-ji kurang srek gitu.
Apalagi Raymond cast nya juga orang Eropa.

Gimana guys?

Gimana guys?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DIFFERENT SOUL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang