SEMBILAN

5 0 0
                                    

Setahun sejak kepergian Reza...

Raina berjalan cepat menuju ruang yayasan. Ia ingin mengumpulkan proposal pengajuan dana untuk pergi ke ITB. Jadi, hasil mobil listrik buatannya bersama kelompok terpilih untuk mendapatkan kesempatan mempresentasikan karyanya di depan para dosen dan mahasiswa lainnya. Dapat terbayang kan bagaimana perasaan Raina saat ini? Sangat girang. Ya, walaupun sudah tidak ada Reza disampingnya. Reza sudah pergi, biarlah dia memperoleh kebahagiaan dan kehidupan yang lebih baik disana.

Satu tahun merupakan waktu yang tidak cukup untuk Raina memulai lembaran baru dalam hidupnya. Masih terbesit di pikirannya kebersamaannya dengan Reza. Tapi, ia tidak perlu cemas. Seperti yang Raka pernah ucapkan di Mall Tirsut setahun silam. Jika memang jodoh, mereka akan dipertemukan kembali suatu hari nanti.

Baginya, masih ada yang perlu diperjuangkan. Ujian Nasional sudah di depan mata. Ia perlu belajar lebih giat agar memperoleh beasiswa di perguruan tinggi negeri. Apalagi jika ia diterima di ITB, bisa salto delapan kali keliling lapangan rasanya! Sekedar info, Raina memperoleh ranking 2 dikelasnya! Ia juga meraih beasiswa sebesar 75% di kelas 12 ini. Raina bersyukur. Semua ini kembali karena pertolongan Tuhan. Belajar saja tidak cukup, jika kamu tidak memohon tuntunan-Nya.

***

Operasi Karen berjalan lancar. Karen dinyatakan sembuh total dan tubuhnya dinyatakan bersih dari sel kanker. Reza telah mendonorkan sebagian sumsum tulang belakangnya. Dari ketiganya (Mama, Papa, dan Reza), ternyata sumsum tulang belakang Reza cocok dengan kakaknya. Kini, Karen sudah terbebas dari suntikan yang menyakitkan, obat-obatan dengan berbagai jenis merek, serta efek samping dari kemoterapi yang membuat rambutnya menjadi rontok. Setahun berlalu semenjak Karen di operasi. Mereka berdua pun masih dalam proses pemulihan. Kini mereka tinggal di sebuah apartment milik Papanya, tempat dimana mereka tinggal. Setelah operasi, Reza memutuskan untuk cuti sekolah karena masih dalam masa pemulihan. Maka, ia memilih untuk home schooling dengan guru kenalan Papanya.

Sejak kepergiannya ke San Fransisco, dirinya merasa begitu hampa. Ia benar-benar merindukan senyuman dan gelak tawa Raina. Apalagi wajah polos Raina yang terlihat cemberut saat ia berlarian menuju motor Reza. Kini, mereka hanya berkomunikasi lewat telepon. Sesekali, ia melalukan video call melalui skype, untuk sekedar melihat wajah peri kecilnya. Ia menatap keluar jendela. Hujan mengguyur kota San Francisco selama sepekan ini. Wi-fi di apartment nya pun ikut mengalami gangguan. Reza pun menjadi sulit untuk menghubungi Raina.

"Lagi apa kamu, Na?" gumam Reza pelan.

Karen pun melihat Reza sambil tersenyum. Ia meletakkan kedua gelas teh hangat di atas meja. "Za, nge-teh dulu yuk!" tegur Karen. Reza menoleh kemudian mengangguk. Keduanya terlihat sedang bercengkramah di ruang tamu.

"Makasih ya, Reza. Kalau nggak ada kamu, kakak nggak tau deh masih bisa hidup bareng-bareng kalian atau nggak," puji Karen.

"Hussh! Nggak boleh ngomong gitu ah! Semua ini sudah rencana Tuhan kok, Kak," jawab Reza sambil tersenyum. Ia memandang kosong ke arah luar jendela. Setahun sudah, ia meninggalkan Raina. Bagaimana ya kabar peri kecilnya saat ini?

"Kangen Jakarta ya, Za?" "Hm, iya.." balasnya singkat.

"Kakak tahu kok. Mama udah cerita semuanya lewat telepon. Kamu lagi dekat sama cewek ya?" tanya Karen penasaran. Loh kok mama tahu ya? Batin Reza penasaran.

"Mama tahu darimana, kak?" tanya Reza heran. Ia tidak pernah cerita ke siapapun mengenai perasaannya dengan Raina. "Hm, mama sih nggak bilang siapa ceweknya. Tapi, mama bilang kamu lagi galau ya? Wajahmu sering muram di rumah, hayo kenapa?" goda Karen sambil mencolek pundak adiknya.

"Hm, Raina, Kak." Reza mengaku. "Raina? Siapa tuh? Pacar kamu?" selidik Karen.

Reza terlihat mengangguk, "Hmm, iya Kak."

"Wah, kakak pengen ketemu dia jadinya," balas Karen penuh semangat.

Raut Wajah Reza berubah sedih.

"Loh, kenapa sedih? Cerita sama kakak," Karen menepuk pundak Reza.

"Aku nggak mau mengecewakan dia, Kak. Kalau kita LDR malah takut bikin nggak nyaman untuk keduanya," ujarnya. "Kamu tuh mestinya perjuangin cintamu dong, Za!" bentak Karen. "Rasanya nggak mungkin deh, Kak. Papa bilang, kita pindah ke Amerika untuk tinggal selamanya disini.." "Siapa bilang?"

Reza melongo. Ia benar-benar tidak mengerti.

***

"Rainaaa!!" teriak Raka memanggil Raina yang baru keluar dari ruang yayasan. Raka berlari tergesah-gesah menghampiri Raina. "I..Ikut gue sekarang, ayo!" "Ada apaan sih, Ka?" "Aa..Ada sam..sambel. Eh Summer Boys!" Summer Boys? Itu kan bandnya Reza. Memangnya masih tampil tanpa Reza? batin Raina penasaran.

"Terus?" "Ayo ikut gue!" Raka segera menarik tangan Raina berlari menuju arah lapangan. Acara pekan Summer High memang dimulai hari ini. Dari kejauhan, lantunan musik sudah terdengar sepanjang koridor. Anak-anak sudah berkerumun mengelilingi lapangan. Raina berusaha menerobos kerumunan teman-teman yang bersorak-sorai meneriakan 'SUMMER BOYS!'.

Lantunan lagu dinyanyikan ke penjuru Summer High, sepertinya Raina mengenal suara ini. Tapi siapa ya? Ia berhasil lolos dari kerumunan dan sekarang berada di paling depan. Ia melihat Summer Boys tampil, ada Tigor sebagai drummer, ada David sebagai keyboardiz, ada Roy sebagai bassis, ada Steve sebagai gitaris, dan vokalisnya......loh, itu kan Reza?

Four letter word
But I don't have the guts to say it
Smile 'til it hurts
Let's not make it complicated
We've got a story
And I'm about to change the ending
You're perfect for me
And more than just a friend
So we can just stop pretending now
Gotta let you know somehow

I'll be your shelter
I'll be your storm
I'll make you shiver
I'll keep you warm
Whatever weather
Baby I'm yours
Be your forever, be your fling
Baby I will be your everything

(Boys Like Girls –Be Your Everything)

Ia menatap kearah Raina. Raina hanya berdiri terpaku membalas tatapan Reza. Untuk kesekian kalinya, Reza berhasil mengukir senyum di bibirnya.

Mencintai seseorang itu ibarat ular tangga. Elo emang ingin jadi pemenang, tapi kembali lagi semuanya ditentukan oleh kocokan dadu lo. Sama juga dengan cinta. Semua ditentukan oleh takdir Tuhan mengenai jodoh elo kedepannya..

TAMAT

Love is like a Snakes and LaddersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang