Tabir Pembuka

1.2K 152 12
                                    

Di tengah-tengah hutan Karelia, Rusia, yang menguning karena musim gugur, terlihat dua orang bersaudara yang berlarian. Sang pemuda tampak mengejar seorang gadis berambut merah di depannya. Tawa membahana mereka mengudara, membelai setiap telinga hewan-hewan hutan yang menatap mereka penasaran.

"Kena kau, Hera!"

Sang pemuda berseru sembari menubruk tubuh saudarinya yang hanya tertawa lepas. Keduanya jatuh bergulingan di atas tumpukan daun maple di lantai hutan.

"Astaga, Harry!"

Si gadis, Hera, tertawa. Ia berbaring telentang dan menatap langit yang bermega kelabu. Ia menoleh, menatap sosok sang adik yang berbaring di sampingnya. Semilir angin musim gugur yang sejuk membuat suasana begitu nyaman.

"Hei, Harry, apa kau bahagia?" tanya Hera.

Harry bangun dari posisi berbaringnya. Ia memandang pada Hera dengan pandangan paling lembut yang ia punya. Mata zamrudnya berbinar, indah seperti giok, tajam seperti kutukan pembunuh. Tangannya terulur, mengelus helaian merah Hera yang diturunkan dari sang ibunda.

"Aku tak pernah sebahagia ini," jawab Harry. Senyuman serupa milik Lily Potter itu nengembang.

"Benarkah?" Hera mengubah posisinya menjadi tengkurap. Kepalanya bersandar pada kedua tangannya. Mata zamrud serupa milik Harry itu menatap Harry senang. "Syukurlah kalau begitu. Jadi, apa yang akan kau lakukan setahun ke depan?"

"Mungkin, aku akan ikut Granpa berkeliling dunia. Dia berjanji mengajakku ke Rumania." Harry terkekeh. "Siapa tahu aku bisa memiliki satu nagaku sendiri kan?"

Hera mendengkus. Ia mencubit paha Harry sebelum terlentang. Mengabaikan suara kesakitan sang adik. "Apa Ace dan Lanu belum cukup?" tanyanya datar.

Harry tertawa. Ia mencubit pipi Hera yang seranum apel. "Aku hanya bercanda!" seru Harry jahil.

Hera mendelik sebelum menerjang Harry hingga mereka kembali berguling. Dedaunan pohon maple berterbangan di sekitar mereka, mengikuti aliran sihir yang mengalir di sekitar hutan. Jubah hitam yang dipakai Harry berantakan, tak jauh berbeda dengan jubah biru tua Hera. Keduanya asyik bermain tanpa mengetahui kedatangan kedua orang tua asuh mereka.

Seorang wanita dengan jubah hitam bersulam perak menatap keduanya geli. Tangan kanannya berkacak pinggang. Wajahnya cantik khas perempuan tiga puluhan. Rambut hitamnya disanggul rendah dengan jepit rambut perak bermotif basilisk.

Di sebelahnya, berdiri sosok pria bertampang empat puluhan. Sosoknya begitu berwibawa dengan senyuman lembut di bibirnya. Jubah hitam berliris emas dengan semburat hijau muda membalut tubuhnya yang tegap dan gagah.

"Harry, Hera! Berhenti bermain-main! Ini sudah mulai petang, apa kalian tidak mau pulang?" tanya wanita itu gemas.

Hera tersentak sebelum tersenyum lebar. "Maafkan kami, Granma!"

Wanita menggelengkan kepalanya geli. Ia melirik pria di sampingnya. "Bicaralah! Kau tahu, mereka tak akan pernah mau mendengarkanku kalau sudah asyik bermain seperti ini."

Pria itu mengembuskan napas pelan. Mata abu-abunya memandang kedua kembar Potter di sana lembut sebelum berseru, "Kalian berdua, ayo pulang! Masakan Granma sudah menunggu!"

Wanita di sampingnya tertawa ketika kedua kembar Potter langsung berhenti dari acara mainnya. Mata zamrud mereka berbinar sebelum berlari ke arah kedua orang tua asuh mereka, tak menampakkan bahwa mereka sudah berusia lima belas tahun. Mata birunya kembali melirik ke arah sang sahabat.

"Benar, kan. Mereka hanya mendengarkanmu."

Hera menarik tangan pria itu untuk mengikutinya. Rambut merahnya bergoyang-goyang. "Ayo, Granpa!"

Harry hanya tersenyum sebelum ikut menarik tangan pria itu. Keduanya hanya tertawa begitu melihat wajah tak nyaman kakek mereka.

Wanita di sana hanya tertawa. Ia tak menghiraukan tatapan tajam sang pria yang seakan menembus kepalanya.

"Hentikan tawamu itu, Morgana."

Morgana tersenyum geli. "Ancamanmu tak membuatku takut, Merlin." Ia berjalan menghampiri kedua kembar Potter. "Jangan menarik kakek kalian seperti itu, Hera, Harry. Ayo kita pulang dan makan malam."

Hera dan Harry mengangguk. Mereka berjalan terlebih dulu, meninggalkan Morgana dan Merlin yang mengikuti mereka dari belakang. Bayangan keempatnya menghilang di antara dua pohon maple raksasa.

•••

Harry Potter ©J.K. Rowling
Veil of Time ©Dragon Reins

2021

Veil of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang