4. Pertemuan Kembali

884 152 12
                                    

Remus terus saja memperhatikan Harry yang sibuk mondar-mandir di dalam Potter Manor. Sang manusia serigala tak ingin kembali kehilangan sosok yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Tak Remus sangka, Harry berubah sedrastis itu dalam waktu kurang dari dua bulan. Dia begitu mirip dengan James—itu tak bisa dipungkiri— tanpa kacamata. Senyuman Harry begitu mirip dengan Lily, lembut tapi penuh kewaspadaan.

"Remus, apa yang sedang kau pikirkan?"

Remus menoleh, mendapati duplikat Lily yang menatapnya penasaran. Gadis yang dikenalkan Harry sebagai kakak kembarnya. Hera Lilian Potter. Rambut merah serta mata zamrud itu benar-benar milik Lily, hanya saja bentuk mata Hera begitu tajam, seperti James. Senyumannya pun begitu. Sekali lagi, insting serigala Remus mengklaim kalau Hera adalah cub-nya yang lain.

"Tidak, Hera. Aku hanya senang bisa bertemu lagi dengan Harry." Remus tersenyum lembut.

Hera sendiri mengangguk dan tersenyum. "Aku juga senang bertemu denganmu, Remus. Karena Harry sangat mempercayaimu, maka aku juga akan percaya," ujar Hera santai. Sekilas, bisa Remus lihat kalau mata zamrud sang gadis berkilat emas.

Remus tersentak melihat itu. Tiba-tiba Hera berdiri. Ekspresi sebal terekam jelas di wajahnya. "Harry, berhenti mondar-mandir! Apa kau belum menemukannya? Lamban sekali!" serunya.

Harry berhenti dari kegiatannya. Wajahnya terlihat masam. "Daripada kau berteriak seperti itu, lebih baik kau membantuku mencarinya, Hera!" balas Harry kesal.

Hera memutar matanya. "Masa bodoh dengan itu semua! Kenapa kau tidak bertanya kepada potret Dad saja?" sarannya.

Harry membeku. Kedua matanya berkedip polos menatap Hera yang mengernyitkan dahi. Tak lama Harry menepuk dahinya sendiri.

"Aku lupa!"

Sang Lord muda itu akhirnya berlari menuju ruang leluhur, meninggalkan Hera yang berdecak. Kadang ia tak habis pikir dengan kelakuan Harry yang sangat ceroboh dan absurd. Jangan lupakan ia yang sangat pelupa. Pernah suatu ketika Harry mencari pena bulu sampai membuat heboh semua penghuni Emrys Manor. Padahal pena itu berada di kantung kemejanya sendiri.

"Hah, dasar pelupa."

Hera kembali duduk di samping Remus. Kedua tangannya beralih menyusun tumpukan buku kuno yang ia beli di Knockturn Alley tadi siang. Remus sendiri memilih memperhatikan Hera dengan saksama sembari menyeruput kopi yang sudah disiapkan Trinky, peri rumah Potter Manor. Keterkejutan mengisi wajahnya begitu tahu buku apa yang sedang di bolak-balik putri sahabatnya itu.

"Hera, letakkan itu!"

Hera menoleh kaget. "Eh?"

Tak menghiraukan Hera, Remus merampas buku di tangan Hera dan melemparnya ke sembarang arah. Hera sendiri terkejut melihat apa yang dilakukan Remus.

"Remus! Kenapa kau membuang bukunya? Kau tahu, aku susah-susah mendapatkannya!"

Remus menatap Hera tajam. Kedua tangannya mencengkeram bahu Hera erat. "Itu buku ilmu hitam! Apa yang akan kau lakukan dengan buku terlarang itu, Hera? Itu berbahaya!" Geraman marah keluar dari Remus. Matanya diliputi oleh kekhawatiran.

Hera mengembuskan napas. Ia menatap Remus lembut. Jika mereka berdua terus berdebat, ini tak akan berakhir. Salah satunya harus mengalah. Terlebih, Remus terlalu paranoid terhadap segala sesuatu yang membahayakan Harry, kini merembet pula pada Hera. Insting seorang Beta memang mengagumkan.

Tangan Hera menyentuh tangan Remus dengan lembut. "Tenanglah dulu, baru aku akan menjelaskannya," pintanya pelan.

Remus mengembuskan napas perlahan. Ekspresi wajahnya melunak. Melihat itu, Hera tersenyum dan melambaikan tangannya. Buku yang semula terlempar kini melayang ke arah Hera dan mendarat tepat di tangannya.

Veil of TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang