21. Menemukan Penyembuh

2K 313 20
                                    

Nona Joy. Begitulah mereka menyebut wanita satu ini jika di Dolly. Joy adalah nama pasar wanita tersebut yang dipercaya membawa banyak kehokian bagi hidupnya.

Joy adalah salah satu PSK paling terkenal dan terlaris dengan tarif tertinggi di Dolly. Dia adalah anak tunggal dari salah satu muncikari di sana. Dia menjadi PSK sejak usia 17 tahun. Dan jika ditanya apakah dia menyukai hidupnya dengan pekerjaan seperti ini? Jawabannya dia amat membencinya. Karena pekerjaan haram seperti ini adalah tuntutan orangtuanya sendiri yang begitu kejamnya menjual harga diri Joy, anak semata wayang.

Berkali-kali Joy mencoba keluar dari pekerjaannya, tetapi selalu saja gagal karena orangtuanya mengawasinya dengan begitu ketat. Hingga pada akhirnya di usia 25 tahun, dia berhasil kabur dari Dolly saat mengandung 3 bulan.

Joy memutuskan tinggal di Kebumen sendirian. Menyewa kontrakan dan bertahan hidup dengan segepok uang yang dibawanya. Dia merawat kandungannya dengan baik, tetapi saat usia tua kandungannya, dia berhasil ditemukan oleh tukang pukul suruhan orangtuanya di suatu malam.

Joy tidak mau kembali ke Dolly. Dia dibawa ke hutan pinus dan dipukuli dengan brutal di sana. Tukang pukul itu berhenti saat tubuhnya sudah terasa remuk, lebam di mana-mana, untung saja kandungannya baik-baik saja. Dia ditinggal begitu saja di tengah hutan pinus gelap itu.

Tubuh Joy rimpuh. Namun dengan sekuat tenaga dia memilih bertahan sekalipun dia berfirasat hendak mati secepatnya. Sembari berderai air mata serta sesekali melolong meminta tolong, dia tertatih membawa tubuhnya keluar dari hutan.

Calon bayi dalam kandungannyalah yang membuatnya bertahan sedemikian, dia terus berharap bisa menyelamatkan calon bayinya, apa pun yang terjadi.

Hingga seperti sebuah kejaiban, saat tubuhnya rimpuh dan sumarah sudah, Joy berhasil keluar dari hutan pinus. Dia melolong meminta tolong di pinggiran hutan yang mana adalah jalan raya yang gelap, sebatas penerangan purnama, pula sepi, 2 lelaki yang melintasi jalan mengendarai motor vespa bersedia menolongnya.

"Kata Ummi, 2 orang yang nolongin Mama di malam itu adalah akang santri senior di sini. Mereka berdua bawa Mama ke rumah sakit, lalu sowan ke Ummi. Ummi bergegas ke rumah sakit buat nemuin Mama dan setelah mendapat penanganan intensif, sadar dari pingsannya, Mama menceritakan kisah tadi yang kuceritakan pada Ummi."

Zalfaa menjeda berceritanya, menghembuskan napas, kedua matanya menatap foto lawas di sebelah tangan.

Aku memilih khidmat menunggu Zalfaa meneruskan sesi bercerita.

"Menurutmu, ketika aku tahu kalo aku ternyata anak dari seorang wanita pelacur, gimana perasaanku, Azhima?" lanjut Zalfaa, menoleh ke arahku.

Mendengar pertanyaan itu, aku tiba-tiba menjadi merinding, jantungku berdetak lebih cepat, hatiku seketika nyut-nyutan. Bukan sebab soal perasaan Zalfaa, melainkan juga soal teringat luka masa laluku perkara sosok ayah.

Seutas senyum singgah di bibir Zalfaa.

"Dulu, pertama kali aku tahu siapa sosok Mama yang ngandung aku, aku amat benci padanya. Aku benci takdirku satu ini dan bertanya-bertanya pada-Nya perkara kenapa aku harus dilahirin dari garis keturunan orang-orang yang nggak jelas. Ibuku seorang pelacur, ayahku yang entah siapa pastilah lelaki hidung belang, dan nenek-kakekku pasangan muncikari. Sempurna banget nggak jelasnya 'kan?"

Zalfaa menghela napas, lantas tersenyum lagi sembari sepertinya seraya mengingat kenangan pedih itu.

Aku memilih bergeming khidmat dengan tanggungan rasa ikut pedih.

Bittersweet in PesantrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang