Chapter 10

234 40 15
                                    





Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Krisha terus saja menahan tangan Fajri yang keras kepala itu.

"Lo apa apaan sih, Ji. Sok kuat banget." Gadis itu sepertinya lelah menghadapi Fajri yang sedari selesai makan tadi ingin pulang kerumah.

Sudah sehat, katanya.

"Lah, emang gue kuat. Lagian pake ginian kayak anak kecil aja."

Krisha menghembuskan napas lagi. Duh, Fajri ini terbuat dari apasih? Susah banget dibilangin.

"Kuat kuat, pala lo! Itu muka masih pucat aja udah sok sok-an mau pulang. Ga bisa! Belum dibolehin."

"Dih, siapa juga yang minta izin? Mau dibolehin, mau enggak, gue tetap mau pulang, kali." Fajri ini keras kepala sekali ya. Anak bandel!

"Ck," Krisha berdecak kesal. "Yaudah kalo itu mau lo." Gadis itu akhirnya menyerah. "Tapi, jangan awasin infusnya sembarangan, dong. Biar gue panggilin dokter bentar."

Krisha melangkah menuju pintu, lalu berbalik sebentar, menatap sinis pada Fajri.

"Jangan lo buka infusnya!" Peringatan oleh Krisha yang melihat Fajri masih saja dengan sok tahu ingin melepas infus yang menempel di telapak tangannya dengan sembarangan.

"Iya, iya. Bawel lo!" Cibir Fajri

Pemuda itu tidak suka rumah sakit. Lebih tepatnya, ia benci sakit.
Baginya, dia adalah sosok yang kuat.

Tidak usah ke rumah sakit, tidur sejam aja pasti bakal sembuh. Itu pikirnya.

Tak lama kemudian, Krisha datang dengan seorang perawat di sampingnya.

"Nih, Sus. Anaknya ga mau dibilangin. Belum sembuh juga udah mau pulang." Krisha mengadu sambil menunjuk-nunjuk Fajri.

"Pak-"

"Saya belum tua, Sus!" Bantah Fajri.

Enak saja dipanggil bapak. Perawat ini tidak lihat apa? Fajri masih pakai baju sekolah!

Fajri mendengus kesal ketika melihat Krisha malah cekikikan mendengar perawat itu memanggil Fajri dengan panggilan "Pak"

Perawat itu terlihat canggung, menggarung lengannya sambil tersenyum kecil pada Fajri. "Maaf. Maksud saya, Kak-"

"Duh, Sus. Suster ga liat saya masih pakai seragam SMA? Suster itu lebih tua dari saya loh, masa panggil 'kak' sih? Emang saya setua itu kah?" Fajri jadi kesal pada wanita berseragam serba putih di hadapannya ini.

"Ealah, Ji, soal panggilan doang kok lo sewot, sih?" Krisha terkekeh lagi, "lebih cocok lo dipanggil 'om' malah."

"Tai lo," sembur Fajri kesal.

"Jadi, saya harus panggil apa nih, jadi bingung juga."

"Panggil Fajri aja," ucap Fajri kemudian.

Tak Seiring (Slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang