Ih ga nyangka banget bisa sampe 20 chapter, hahaha
Namanya juga manusia. Terkadang, langkah yang diambil salah. Terkadang cara yang dipikir paling benar nyatanya tak begitu.
Malam ini, Gilang bersandar di balkon kamarnya, menatap jauh pemandangan kota Jakarta yang luas dari atas sana.
Kopi hangat di gelasnya telah kandas namun pemuda itu masih saja memegangnya.
"Hei, Lang. Kenapa lo?"
Gilang tersentak, menoleh pada seorang pemuda berambut cepak yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya.
"Ah," Gilang mengusap wajahnya. "Gapapa. Cuma capek aja abis latihan. Jadi, gue cari angin di sini."
Pemuda itu mengangguk. Azka, namanya Azka. Salah satu anggota dancer disekolah Gilang.
"Ntar kalo udah, masuk lagi ya, Lang. Kita latihan terakhir. Teman teman di bawah juga kayaknya udah capek banget."
Gilang mengangguk saja seraya menunggu Azka keluar dari kamarnya.
Sedikit risih. Entah sejak kapan rumahnya dijadikan tempat berlatih terus menerus oleh teman satu ekskulnya ini.
Tapi apa daya, Gilang tak berani untuk sekedar menolak kehadiran mereka yang beralasan ingin latihan namun akhirnya nanti malah sampai numpang tidur bahkan membuat rumah Gilang berantakan.
Dari awal Gilang memang sudah tahu, hubungan pertemanannya dengan para dancer sekolah yang bahkan namanya dikenal se-ibukota Jakarta ini terbilang toxic.
Awal diterimanya Gilang dalam kumpulan anak-anak hits itu sedikit aneh. Padahal saat itu Gilang masih sangat kaku, gerakannya banyak yang salah namun dari banyaknya siswa lain yang lebih baik dari Gilang, mereka malah memilih Gilang yang sangat jelas masih amatiran.
Ketika Gilang telah bergabung, lama kelamaan ia akhirnya mengerti. Mereka tak butuh bakat Gilang. Mereka butuh materi. Mereka butuh mobil Gilang untuk mengantar setiap ada perform, mereka butuh rumah Gilang sebagai tempat latihan, mereka butuh uang Gilang untuk mengisi perut, dan terakhir, yang membuat Gilang cukup menyesal masuk dalam ekskul penuh anak eksis di sekolahnya itu adalah mereka yang membutuhkan Gilang untuk mengolok-olok Fenly.
Fenly itu musuh besar anak ekskul dance diam-diam. Di depan, mereka seakan tak tahu menahu soal Fenly tapi di belakang, Fenly dibicarakan terus menerus.
Entahlah. Itu bermula dari sang leader yang menyatakan ketidaksukaannya pada Fenly lalu berlanjut terus hingga hampir seluruh anggota membenci pemuda itu.
Dan satu-satunya cara terbaik untuk berbaur dekat dengan mereka adalah menjelekkan nama Fenly.
Itu yang Gilang lakukan saat ini, walau dalam hati ia sering menyesali dirinya sendiri.
'Sorry, Fen. Tapi impian dan harapan gue lebih berharga dari lo'
Terdengar egois. Tapi, dari sudut pandang seorang Gilang yang mencintai masa depannya, itu hal yang tepat.
Kalau mau mendapatkan sesuatu, harus bisa mengorbankan sesuatu juga, kan?!
Gilang meletakkan gelasnya di atas meja perlahan lalu berjalan masuk kembali ke dalam untuk berlatih.
Besok, Ia dan tim ekskul dance akan tampil di suatu acara."Eh, Lang. Ntar pinjem uang lo ya, gue ada perlu nih tapi g punya uang cash."
Gilang yang baru saja memasuki ruang latihan miliknya yang kini dijadikan sebagai
basecamp oleh teman temannya itu mengerutkan kening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Seiring (Slow update)
FanfictionApa harus hilang dahulu lalu rasa mulai muncul? Dia sendiri. Tanpa genggaman tangan siapapun lagi. Membenci seluruh dunia yang tak menemaninya ketika malam. Namun, dia pemuda yang kuat. Dia tak suka balas dendam. Dia lebih suka memendam. Lalu gadis...