Chapter 22

194 35 2
                                    


Krisha terbelalak melihat Fajri yang tiba di kelas lalu dengan santainya duduk di samping Krisha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Krisha terbelalak melihat Fajri yang tiba di kelas lalu dengan santainya duduk di samping Krisha.

"Ji?"

Fajri mengangkat alisnya, seakan bertanya mengapa Krisha memanggilnya.

"Kepala lo.."

Lantas, pemuda itu memegang kepalanya lalu ber-oh ria.

"Jatuh dari pohon."

"Jatuh dari pohon? Terus kepala lo kebentur tanah gitu? Terus berdarah?"

"Kebentur beton."

"Astaga, Ji! Gila lo! Parah banget itu sampai keperban segala."

Fajri meringis pelan, bila saja tadi pagi ia tak sok-sok an melepas perban yang melekat di kepalanya hingga darah bercucuran keluar lagi, mungkin tak ada perban baru yang lebih besar seperti saat ini.

"Ga ah. Biasa aja. Ntar gue lepas kok perbannya."

"Jangan lah! Lo mau makin sakit?"

Fajri mendengus kesal. Memangnya kenapa harus diperban? Kalo dilepas, paling darah keluar terus ntar berhenti sendiri, kan?

"Iya, tapi darahnya berhenti pas lo udah kehabisan darah."

Pemuda itu mengerjap. "Lo bisa baca pikiran gue ya?"

Krisha menggeleng. "Tanpa lo bilang, gue tahu apa yang lo pikirin. Ke rumah sakit aja lo ga mau, apalagi diperbanin gini."

"Ya kan emang aneh. Lebay tau ga pake ginian."

"Gak ada kata lebay kalo nanti lo malah tewas, Ji." Krisha seakan lelah mengingatkan Fajri bila pemuda itu hanya seorang manusia biasa. Yang bisa sakit, bisa terluka. Dan cara agar sembuh ya diobati, bukan merasa kuat dan menahan hingga sakit itu sembuh sendiri.

"Iya dah, serah lu."

Krisha berdecak, bener kan katanya. Fajri ini manusia aneh. Diberitau yang benar malah nyolot banget.

"Ngapain sih lu manjatin pohon? Cosplay jadi monyet? Gausah kali, muka lo kan udah kayak monyet."

Fajri reflek memukul kepala gadis itu dengan pulpennnya. "Elo yang monyet!"

"Nyebelin banget sih lo. Baru juga pagi udah bikin emosi."

"Emang gue peduli?"

Krisha melirik sinis, kalo dasarnya udah nyebelin ya pasti seterusnya bakal nyebelin gini.

Gadis itu tak merespon lagi. Segera ia meraih buku dari tasnya dan membuka halaman terakhir buku paket yang mereka pelajari.

"Tumben amat rajin," celoteh Fajri yang menopang dagu dan menatap buku Krisha serta pemiliknya secara bergantian.

Tak Seiring (Slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang