Chapter 21

205 42 8
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun Krisha masih berkutik dengan tugas-tugas yang berceceran di atas meja belajarnya.

"Baru juga masuk beberapa minggu, udah numpuk aja nih tugas." Omelan terus keluar dari mulutnya. Ya, terkadang rasa lelah membuatnya jadi cerewet begitu.

Pigura di ujung meja mengalihkan fokusnya.

Gadis itu berhenti. Kini ia menidurkan kepalanya di atas tangan yang terlipat sambil memandang sendu pada pigura yang menampilkan tiga orang dengan senyum bahagia di sana.

Itu Krisha kecil. Bersama kedua orang paling ia sayang semasa hidupnya.

"Kangen mama yang sering bacain dongeng sebelum tidur, deh."

Mungkin gadis itu sudah bersahabat dengan keadaan. Namun, hatinya tak bisa berbohong bila ia merindukan sosok malaikat di hidupnya.

Hanya sebuah pigura, namun Krisha yakin betul bila sebenarnya mama dan papa berada selalu di sampingnya tiap kali Krisha menatap pigura itu.

Buktinya, mata Krisha yang tadi tak mau terpejam sebelum seluruh tugasnga selesai kini sudah beristirahat sangat teduh setelah menatap lama pigura kesayangan Krisha yang selalu ia jaga.

Kata Krisha, ada jiwa Mamanya yang berdiam di dalam pigura itu. Yang selalu mengingatkannya untuk tidur, makan, ataupun tetap bahagia.
Ada jiwa Papanya yang menjaga Krisha ketika sendirian di situ serta memberi rasa hangat tiap kali gadis itu menatap penuh pada pigura.

Mungkin sudah sangat terlambat, tapi biar Krisha beritahu bila ia sangat menyayangi kedua orangtuanya. Ada rasa penyesalan di hati gadis rapuh itu setiap teringat akan kejadian dulu. Krisha menyesal tak selalu mendengar setiap perkataan Mamanya ataupun mengucapkan kata sayang tiap pagi pada kedua orangtuanya.

Walau ada kakek dan nenek Krisha yang selalu mendukungnya, Krisha tetap merindukan kasih sayang penuh tulus dari kedua orangtuanya.

Ah, sudahlah. Berlarut dalam kesedihan hanya menambah luka saja, kan?!

Pagi kini menyapa, sosok gadis yang tertidur di meja belajarnya terbangun karena suara alarm yang terlalu nyaring di telinganya.

Mengucek matanya lalu meregangkan badan yang terasa sedikit pegal karena tertidur dalam posisi yang salah, Krisha melengos ketika tahu beberapa soal lagi belum ia kerjakan.

"Kalau ngerjain sekarang ga bakal sempat nih."

Gadis itu tak ambil pusing, segera ia menuju kamar mandi dan mulai melakukan aktivitasnya sebelum berangkat ke sekolah.

Masalah tugas yang belun selesai akan ia kerjakan di kelas nantinya.

"Sasha, itu Fenly sudah ada di depan." Suara nenek terdengar pelan di telinga Krisha yang sedang menyisir rambutnya.

Tak Seiring (Slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang