Hari ini adalah minggu ketiga sejak hujan abu turun di sepenjuru Seoul. Entahlah, Jun sendiri tak yakin tepatnya daerah mana yang mengalami hujan aneh ini. Lagipula, satelit NASA bahkan tak bisa menemukan apapun dengan kabut setebal ini, kan?
"Kau tak mau makan, Jun?"
Atensinya langsung beralih ke balik punggungnya dan mendapati (Y/n) tengah berdiri disana dengan secangkir kopi panas. Gadis itu terlihat lebih cantik siang ini dengan rambut panjangnya yang diikat asal di sisi depan bahu kanannya, membuat kesan bergelombang terlihat lebih bervolume dibanding hari biasa.
"Kenapa malah melamun?" tanya (Y/n) lagi sambil melangkah mendekat dan duduk di kursi kosong disamping Jun.
"Ah, tidak. Gaya rambut baru, hm?" Jun balik bertanya dengan tangan bergerak maju untuk mengusap gulungan helai hitam di kepala (Y/n).
"Oh, ini?" jawab (Y/n) lalu tertawa. "Bukan, Jihoon yang mengikatnya tadi. Katanya ini terlihat cocok denganku."
Bibir Jun kemudian sedikit tertarik ke arah pipinya. "Yah, Jihoon benar tentang itu."
"Kau tak mau makan?" (Y/n) mengulangi pertanyaan awalnya yang masih belum terjawab hingga sekarang.
"Siapa yang bertugas masak? Kalau Soonyoung dan Seungkwan lagi, aku lebih baik kelaparan sampai besok." jawab Jun sambil memeluk sendiri kedua lengannya.
Melihat tingkah lucu Jun yang melengkapinya dengan ekspresi ketakutan, mau tak mau (Y/n) tertawa. Hampir saja kopinya sampai tumpah mengenai bajunya jika bukan karena Jun yang lebih dulu terkejut dan menangkup jemari (Y/n) di cangkir.
"Hati-hati, jarimu bisa terluka nanti." kata Jun. Ia mengambil alih cangkir itu dari tangan (Y/n) dan meletakkannya di atas meja.
"Maaf," kekeh (Y/n). "Tapi, hari ini Mingyu yang memasak. Yah, setidaknya aku bisa menjamin kalau masakannya lebih layak makan daripada buatan Soonyoung."
Suara tawa Jun terdengar bergema lembut di dalam ruangan. Tidak ada yang lucu, hanya saja fakta bahwa Mingyulah yang bertugas hari ini membuatnya merasa lega. Karena terakhir kali Soonyoung memasak dengan Seungkwan, mereka semua diare hampir selama enam jam lamanya karena mereka tanpa sengaja memasukkan terlalu banyak garam inggris —yang juga merupakan obat pencahar— alih-alih garam biasa.
Tangan (Y/n) kemudian bergerak untuk meraih kembali cangkirnya dari meja. Untungnya, kali ini kopinya sudah sedikit menghangat sehingga ia dengan hati-hati bisa menyesap cairan hitam itu dan menghembuskan napas panjang setelahnya.
"Enak?"
"Eum," (Y/n) mengangguk sebelum menyodorkan cangkirnya pada Jun. "Mau coba?"
Jun tak menjawab, tapi tangannya meraih cangkir itu dan menyesapnya pelan. Bibirnya kemudian mengulas senyum lebar saat memuji kalau kopi itu benar-benar enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zₒₘbᵢₑ ₐₚₒcₐₗyₚₛₑ Bₒₒₖ 2: 𝔻𝕖𝕒𝕕 𝕆𝕣 𝔸𝕝𝕚𝕧𝕖
Fanfiction[COMPLETED] "Kalian memang menyelamatkan ummat manusia, tapi sebagai bayarannya, aku kehilangan satu-satunya orang yang kumiliki." ** Sangat disarankan untuk baca part I dari series ini, yaitu Zombie Apocalypse! Happy reading! ╰(▔∀▔)╯