"(Y/n)! (Y/n)!" Seungcheol berulang kali mengguncang tubuh (Y/n) ketika gadis itu lagi-lagi berteriak dalam tidurnya. Mulanya, Seungcheol memang tak berniat untuk membangunkan gadis itu, tapi ketika lama kelamaan pekikannya semakin keras beriring dengan napas yang terengah-engah dan peluh bercucuran di dahi, mau tak mau Seungcheol akhirnya merasa khawatir.
Terutama setelah Jisoo terus berteriak padanya untuk membangunkan (Y/n) dari balik kursi kemudi. Katanya, kalau bukan karena sedang mengemudi, pasti ia yang akan membangunkan gadis itu dari tidurnya.
"Apa yang terjadi? Rasanya akhir-akhir ini (Y/n) selalu berteriak dalam tidurnya. Apa ia selalu mimpi buruk?" tanya Jihoon yang duduk di dekat kaki (Y/n).
Seungcheol tak menjawab, ia masih sibuk menepuk-nepuk pipi gadis itu agar segera terbangun meski (Y/n) masih belum menunjukkan tanda-tanda kesadarannya.
Menyerah sekaligus tak sanggup melihat bagaimana ketakutannya (Y/n) yang terus menggigil ketakutan dengan tubuh yang menggelung, Seungcheol akhirnya meraih bahu gadis itu dan menariknya ke dalam pelukan.
"(Y/n), bangunlah! Kumohon!" bisik Seungcheol.
Akhirnya, kedua mata (Y/n) terbuka dengan cepat saat sebulir peluh mengalir dari keningnya. Napasnya memburu seolah baru saja berlari dengan sangat cepat dan sorot matanya terlihat memancarkan rasa takut yang begitu besar. Bibirnya membuka saat ia menarik satu tarikan napas panjang dari pelukan Seungcheol.
"(Y/n)!" Seungcheol buru-buru melepaskan pelukannya dan menangkup wajah gadis itu dengan kedua telapak tangannya. "Apa yang terjadi? Kenapa kau selalu seperti ini ketika tidur?" tanyanya bertubi-tubi.
Manik mata (Y/n) beralih pada Jihoon yang menatapnya khawatir sebelum menggelengkan kepalanya. "A-aku tak apa.." gumamnya. "Maaf, k-kupikir itu hanya mimpi buruk."
"Mimpi buruk? Tapi seingatku itu tidak hanya terjadi saat kau tidur. Kau beberapa kali seperti kehilangan kesadaranmu saat sedang dalam posisi sadar." ujar Jeonghan dari sisi Jisoo.
Jemari (Y/n) bergerak untuk menekan pangkal hidungnya yang berdenyut. Sial, semakin mendekati gunung itu, rasanya semua memori yang ada di kepalanya berputar semakin cepat dan semakin jelas visualisasinya. Apa semua hal yang dilihatnya disini memancing memori tentang jalur yang digambarkan oleh Hanbin?
"(Y/n), kurasa ini sudah saatnya untuk mengatakan yang sebenarnya pada teman-temanmu." Suara lembut Jisoo terdengar dari arah kursi kemudi. Pria itu menggeser posisi kaca spion di sisi atas kepalanya untuk menatap manik kecoklatan milik (Y/n) yang terarah padanya, lalu memberi gadis itu sebuah anggukan kecil untuk meyakinkannya.
"Mengatakan apa?" tanya Chan yang semula hanya diam di kursinya.
"Tapi, ini akan terdengar bodoh sekali bagi kalian." ujar (Y/n) lirih.
"Kami yang akan memutuskan apakah hal itu bodoh atau tidak," sela Soonyoung. "Tugasmu hanya bercerita. Aku tak bisa terus-terusan melihatmu seperti orang kesurupan begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Zₒₘbᵢₑ ₐₚₒcₐₗyₚₛₑ Bₒₒₖ 2: 𝔻𝕖𝕒𝕕 𝕆𝕣 𝔸𝕝𝕚𝕧𝕖
Fanfiction[COMPLETED] "Kalian memang menyelamatkan ummat manusia, tapi sebagai bayarannya, aku kehilangan satu-satunya orang yang kumiliki." ** Sangat disarankan untuk baca part I dari series ini, yaitu Zombie Apocalypse! Happy reading! ╰(▔∀▔)╯