[COMPLETED]
"Kalian memang menyelamatkan ummat manusia, tapi sebagai bayarannya, aku kehilangan satu-satunya orang yang kumiliki."
** Sangat disarankan untuk baca part I dari series ini, yaitu Zombie Apocalypse! Happy reading! ╰(▔∀▔)╯
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"(Y/n)! Hei, bangunlah!" Sebuah suara yang tiba-tiba terdengar itu seolah menarik kembali kesadaran (Y/n).
"A-apa? Kenapa?" Tubuhnya terduduk panik.
"Kau tertidur sangat lama, ini sudah hampir jam dua belas siang." jawab suara yang ternyata berasal dari bibir Wonwoo.
"Aku... tidur?" gumam (Y/n) terpaku.
"Ya, bahkan sangat lama. Aku masuk karena mendengarmu berteriak, dan kulihat tubuhmu mengejan seolah kesulitan bernapas. Jadi, aku membangunkan— HEI, MAU KEMANA?" Wonwoo bergegas mengejar (Y/n) yang langsung melompat dari ranjangnya dan membuka pintu kamar.
Hening, tak ada apapun di luar sana. Ia hanya melihat Chan yang berjalan dengan segelas susu di tangannya menyusuri koridor. Selain itu, tak ada apapun. Tak ada deretan tubuh yang bergeletak di sana. Tak ada, tak ada apapun.
"Eoh?Noona, sudah bangun?" Chan menyapa saat kakinya sampai di depan ruangan (Y/n). Pertanyaan itu jelas tak membutuhkan jawaban karena pria itu hanya melenggang melewatinya sambil memberi sebuah senyuman simpul.
"Kau kenapa, sih?" tanya Wonwoo seraya meraih tangan (Y/n) untuk berbalik.
"A-aku..."
"Mimpi buruk?" tanyanya lagi.
"Y-ya. Kurasa begitu.." Terbata, (Y/n) menjawab pertanyaan Wonwoo. Kakinya kemudian mengikuti Wonwoo yang mengarahkannya kembali ke arah ranjang sebelum akhirnya mendudukkan dirinya disana.
"Mau cerita?" tanya Wonwoo khawatir. Jelas, melihat bagaimana pucatnya wajah gadis itu dan beberapa tetes bulir keringat di dahinya tentu menunjukkan bagaimana tak karuannya keadaan gadis itu saat ini. Ia pikir, barangkali setelah bercerita, jadi bisa meringankan beban di hatinya.
Tapi (Y/n) menggeleng pelan dengan pandangan kosong lurus ke lantai. "Hanya mimpi yang bodoh. Maaf." gumamnya.
Tangan Wonwoo bergerak naik ketika gadis di hadapannya itu menutupi wajah dengan kedua tangannya. Ia lalu mengusap lembut puncak kepala (Y/n) sambil berkata, "Tak apa. Kau bisa bercerita jika rasanya sangat buruk."
(Y/n) menghela napas berat. "Rasanya hanya, entahlah, seperti sangat nyata? Daripada mimpi, itu lebih terasa seperti déjà vu." katanya.
"Kau ingat apa yang terjadi dalam mimpimu?"
Sayangnya, (Y/n) menggeleng. "Tak terlalu. Sudah sedikit samar sepertinya."
Wonwoo kemudian meraih segelas air dari meja nakas di sisi ranjang lalu menyodorkannya pada (Y/n). "Kalau begitu lupakan saja," Ia tersenyum kecil. "Kuharap itu hanya sekedar mimpi." lanjutnya sebelum beranjak berdiri hendak keluar kamar. Tapi, belum sempat ia melangkah jauh, (Y/n) dengan cepat meraih ujung lengan kemejanya untuk menahannya pergi dan membuat Wonwoo menoleh cepat ke belakang.