Going Out (1)

854 127 7
                                    


"Oppa, kau serius? Sungguh?" (Y/n) menggerakkan kepalanya mengikuti Jisoo yang terus membalut lengannya dengan beberapa helai kain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oppa, kau serius? Sungguh?" (Y/n) menggerakkan kepalanya mengikuti Jisoo yang terus membalut lengannya dengan beberapa helai kain.

"Ya Tuhan, (Y/n). Harus berapa kali kujawab? Iya, aku serius." Jisoo sedikit terkekeh geli melihat betapa khawatirnya gadis di depannya itu.

"Kau tak mau berpikir lagi? Maksudku, mungkin kau ingin mencobanya besok— barangkali?" ujar (Y/n) mencoba membujuk.

"Aku hanya keluar selama lima menit. Ini takkan berbahaya," Jisoo menggantung kalimatnya saat gerakan tangannya yang memegang kain berhenti di udara. "mungkin."

"Nah, kau sendiri ragu kan, Oppa?" keluh (Y/n). Ia kemudian menyambar segulung lakban dari dalam kotak, lalu menyodorkannya pada Jisoo. "Kita bisa bicarakan ini lagi nanti. Bagaimana?"

Lagi-lagi Jisoo menggelengkan kepalanya perlahan sambil berusaha mencari ujung lakban di gulungan. "Seseorang harus melakukannya." gumamnya tanpa berani menatap mata (Y/n). Jujur saja, ia sendiri khawatir. Dan takut, tentu saja. Itu sebabnya ia memutuskan untuk memasang lilitan kain yang nantinya akan dilapisi lakban itu dalam ruangan hanya dengan menggunakan tangannya sendiri. Jisoo bahkan menolak tawaran Seokmin yang berniat membantunya. Harapan Jisoo tentu saja agar ia bisa mengatur keberaniannya hingga terkumpul. Tapi, belum sempat ia mengunci pintu, (Y/n) malah lebih dulu melesak ke dalam untuk mencegahnya berkali-kali.

"Oppa, lima menit itu terlalu lama. Bisa saja sesuatu terjadi padamu nanti." Keluhan yang kembali keluar dari bibir (Y/n) itu berhasil membuyarkan lamunan Jisoo.

Bibir lelaki itu lagi-lagi menyunggingkan senyuman lembut. "Aku tahu. Tapi, tenang saja. Aku akan baik-baik saja. Jadi, berhentilah khawatir, hm?" Tepat ketika Jisoo mengelus puncak kepala (Y/n) dengan jemarinya, pintu ruangan membuka dan menunjukkan sosok Vernon yang justru terlihat terkejut. Entah karena ia mengira Jisoo sedang sendiri atau karena melihat tangan Jisoo yang mendarat di kepala (Y/n).

"Oh, maaf." gumam Vernon setelah terpaku selama beberapa saat. "Aku akan kembali lagi nanti." lanjutnya buru-buru berbalik hendak menutup pintu.

"Masuk saja. Tak apa." (Y/n), dengan wajah kesalnya, menepis tangan Jisoo dari kepalanya sebelum beranjak berdiri.

"Se-sebenarnya tak apa juga jika aku harus kembali nanti—"

"Tidak usah," (Y/n) menyela. "Aku memang sudah selesai di sini."

"Ya sudah kalau begitu— Eh, kau menangis?" Vernon menelengkan kepalanya berusaha menyejajarkan pandangannya dengan wajah (Y/n).

"(Y/n).." Tapi begitu suara Jisoo menginterupsi, (Y/n) buru-buru mengusap sudut matanya menggunakan lengan baju sambil menggeleng.

"Aku hanya kelilipan. Permisi." Usai bicara begitu, ia langsung berderap keluar ruangan. 

"Kau apakan dia, Hyung?" tanya Vernon tanpa mengalihkan pandangannya dari (Y/n) yang hampir menghilang ke balik dinding ruangan.

Zₒₘbᵢₑ ₐₚₒcₐₗyₚₛₑ Bₒₒₖ 2: 𝔻𝕖𝕒𝕕 𝕆𝕣 𝔸𝕝𝕚𝕧𝕖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang