-Sein Blick war kalt. Aber seine Finger sind warm-
Padahal aku baru saja menginjakkan kakiku di sekolah ini, tapi suasana hatiku menjadi buruk karena teman sebangku yang baru ku kenal
Namanya Taeyong.
Belum genap 5 menit bokong ini kudaratkan di kursi berwarna abu ini, laki-laki disampingku sudah menghilangkan jarak yang ada diantara kami.
Kursinya kini benar-benar menempel pada kursiku. Bahkan kulit lengannya terasa bergesekan dengan lenganku.
Akupun menggeser kursiku untuk menjauh darinya. Kuperhatikan ekspresi Taeyong yang datar, matanya bahkan tetap fokus kedepan mendengar penjelasan guru.
Seragam sekolahku saat ini bahkan membuatku sangat tidak nyaman. Rok yang aku kenakan berukuran lebih pendek dibandingkan dengan seragam sekolah lamaku.
Saat duduk, rok yang aku kenakan ini hanya bisa menutupi setengah dari paha atasku. Meskipun menggunakan dalaman yang agak panjang, tetapi tetap saja pahaku menjadi terekspos dan aku merasa sangat tidak nyaman.
Akupun kembali untuk mulai fokus dengan pelajaran hari pertamaku. Kubenarkan kembali letak kacamata bulat yang dengan setia bertengger dimataku.
Posisi duduk yang terletak disudut paling belakang membuat aku sedikit kesulitan untuk melihat tulisan di papan tulis. Sehingga aku mencondongkan badanku kedepan, membuat bajuku sedikit tertarik keatas dan memperlihatkan pinggangku.
Sungguh pakaian yang tidak nyaman.
Namun, tanpa kuduga pinggangku terasa hangat. Rasanya seperti ada sesuatu yang menyentuhnya.
Aku merasa sangat terkejut, dengan cepat aku menoleh. Sang empunya tangan dengan santai bersandar pada kursinya sambil membelai pinggangku yang tidak tetutupi baju.
Brengsek.
Laki-laki ini sungguh tidak sopan. Ini hari pertamaku dan dia sudah berani menyentuh tubuhku.
Akupun menepis tangannya dengan kasar karena terkejut sekaligus kesal,
Plakk
Terdengar bunyi hentakan yang cukup keras ditengah suasana kelas yang sunyi. Membuat seisi kelas beserta guru menoleh kearah sumber suara.
Kearah belakang, lebih tepatnya kearah tempat dudukku dan Taeyong.
"Suara apa itu Jasmine?" Tanya guru pelajaran matematika dihari pertamaku.
Akupun gelagapan. Tidak mungkin aku mengatakan dengan gambling bahwa Taeyong telah menyentuh pinggangku.
Melihat ekspresi datar Taeyong dan tidak adanya bukti yang bisa membuktikan kejadian barusan maka aku akan dicap tukang adu oleh mereka semua.
"T..tidak ada apa Pak, hanya nyamuk yang lewat." Ucapku bohong
Pak guru dan teman teman menatapku dengan tatapan sedikit heran. Namun mereka kemudian melanjutkan aktifitas masing-masing.
Tiba-tiba, desiran nafas hangat menyapu tengkukku dan membuatku terkejut dan hampir memekik.
"Tetaplah diam. Apapun yang kau katakana nanti, semuanya tidak akan ada yang percaya dan peduli denganmu. Mereka semua dibawah kendaliku." Bisikannya terdengar begitu pelan, namun suara miliknya begitu berat.
Aku bergidik, kemudian menoleh kearah Taeyong.
Ia kembali duduk manis dengan sebuah senyuman mengejek yang menghiasi bibirnya.