"Vielleicht nicht heute"
Kurasakan semburan hangat itu memenuhi milikku. Tubuhku terasa begitu lemas, namun pemandangan dihadapanku cukup luar biasa.
Taeyong memejamkan matanya cukup lama, bibir merona nya sedikit terbuka. Bulir-bulir keringat muncul dipermukaan dahinya.
Kurasakan Taeyong mulai mengatur nafasnya. Ia membuka matanya perlahan dan manic matanya kini menatapku.
"Bagaimana?" suara beratnya terdengar begitu nyaring di telingaku.
Kejadian yang baru saja terjadi seolah berputar kembali, membuat wajahku sepertinya sudah berubah menjadi merah padam.
Refleks akupun berusaha berdiri,sehingga penis Taeyong terlepas dibarengi dengan cairan lengket yang merembes dari kemaluanku.
Aku melenguh pelan karena sensasi pelepasan itu, Taeyongpun juga menggigit bibir bawahnya. cairan itu jatuh pada sekitar kejantanan Taeyong dan selangkanganku.
Disaat yang bersamaan aku merasakan nyeri yang teramat sangat pada kemaluanku.
"Akh!"
Aku memekik saat rasa nyeri itu datang lagi seperti saat Taeyong menembus penghalang milikku.
"Hati-hati dulu Jasmine.." Taeyongpun dengan segera mengambil tissue dan membersihkan selangkanganku dengan panik.
Sungguh saat ini aku merasa malu setengah mati karena kewanitaanku yang berhadapan dengan Taeyong. Kututup wajahku dengan tangan kananku, sedangkan tangan kiriku berpegang pada pundaknya agar tubuh lemasku tidak ambruk.
Kami berdua telah melakukannya.
Pikiran itu terus terngiang. Perlahan aku membuka mataku dan melihat Taeyong masih mengelap pahaku dengan hati-hati.
Kulihat bercak darah pada tissue yang digunakan Taeyong. Akupun menggigit bibir bawahku pelan saat aku mencoba menggerakkan pahaku perlahan. Rasa nyeri itu masih ada hingga membuatku merasa tidak leluasa bergerak.
Setelah bersih, Taeyong membantuku mengenakan kembali seragamku. Ia segera membersihkan bagian bawahnya yang juga terkena cairan kental itu dan mengenakan seragamnya kembali.
"Apakah sakit sekali?" tanyanya hati-hati
Akupun mengangguk lemah "Sakit, tapi sudah agak berkurang sedikit."
"Maaf.." ucapnya sambil bangkit berdiri
"Kamu tidak perlu minta maaf, Taeyong"
Taeyongpun kembali menatapku diam dan memelukku erat. Bibirnya mengecup puncak kepalaku
"Terimakasih" ujarnya.
Entah gila atau tidak, ditengah rasa nyeri itu aku tersenyum senang.
Kamipun perlahan keluar dari bilik kamar mandi. Taeyong melihat sekeliling dan setelah situasi aman ia menggiringku ke parkiran.
"Taeyong, kita mau kemana??"
"Pulang."
"Tapi tas ku masih dikelas."
"Biar asistenku yang ambilkan. Kita pergi saja"
-
-
Sinar mentari menyeruak melalui celah gorden kamarku. aku bangun dengan rasa nyeri yang masih terasa pada pangkal selangkanganku, kaki dan punggungku terasa cukup pegal.
Telingaku mendadak panas begitu aku mengingat kejadian kemarin. Dengan segera aku bergegas untuk pergi ke sekolah setelah membersihkan diri dan sarapan.