🔞🔞
Johnny mencoba menghubungi Doyoung berkali-kali namun nomor itu tidak aktif lagi. Ia bahkan menghubungi Haechan namun ternyata ia juga kehilangan jejak Doyoung.
"Brengsek! Kemana dia membawa Jasmine?!!"
Johnny semakin gusar. Ini jauh dari rencana awalnya. Jika ia terlibat dengan hilangnya Jasmine maka ia yakin Taeyong akan membunuhnya saat itu juga.
Haechan juga masih bungkam. Ia tak berani berkata pada siapapun bahwa Jasmine telah keguguran. Haechan berharap Taeyong akan menemukan Jasmine, karna ia sendiri tidak tau kemana Doyoung membawa Jasmine.
Taeyong berhasil mengetahui bahwa Jasmine ada di dalam rumah Doyoung, namun ia terlambat karena Doyoung sudah membawa Jasmine pergi.
Pantas saja selama ini Taeyong sulit melacak Jasmine. Ternyata pria yang menyembunyikannya adalah anak dari seorang Jendral.Taeyong tidak akan pernah bisa membawa ini ke jalur hukum, karena itu semua berkaitan dengan anak Jendral yang ia maksud.
Mereka semua kebingungan, bahkan hampir menemukan jalan buntu.
Begitu pula Taeyong yang hampir menyerah.-
Entah sudah beberapa minggu Jasmine lalui di dalam sebuah rumah yang Doyoung bilang bahwa ini miliknya.
Kediaman ini tidak besar, justru ini terlihat seperti rumah keluarga kecil yang hangat karena letaknya yang jauh dari kota. Jasmine bahkan tidak tahu ada tempat seperti ini.
Rumah-rumah tetangga berjarak cukup jauh satu sama lain, namun mereka terlihat akrab.
Sesekali Jasmine mengintip dari jendela saat Doyoung pergi keluar untuk membeli beberapa bahan makanan.Doyoung terlihat ramah saat menyapa beberapa tetangga yang berpapasan dengannya ketika mereka berjalan jalan pagi. Orang-orang bahkan mengira bahwa Jasmine adalah istrinya.
Jasmine selalu bertanya-tanya mengapa Doyoung bisa menjadi orang yang begitu berbeda.
Jauh di dalam hatinya Jasmine merindukan ibunya dan Taeyong. Namun perlahan rasa itu mulai kabur dan tak jelas, sama seperti harapannya untuk pulang yang kini semakin mustahil.
Jasmine menatap Doyoung yang tertidur di hadapannya. Memar memar pada wajahnya sudah menghilang.
Doyoung memang tak setiap hari memukulinya seperti dulu, namun pria itu masih acuh. Wajah itu masih menatap dirinya dingin, dan baginya Doyoung begitu membencinya.
Jujur, dirinya masih merasa takut dengan pria dihadapannya sekarang. Apalagi jika mengingat semua perlakuan buruknya.
Jasmine pikir Doyoung akan sedikit memberinya ruang untuk bernafas, namun semua akhir tetap sama. Doyoung selalu melontarkan kata-kata kasarnya.
Membuat hatinya terbiasa sakit oleh kata-kata, dan tubuhnya yang sakit karena pukulan.
Alasan dia tidak bisa pergi kemanapun adalah karena Doyoung selalu berhasil menemukannya.
Hingga Jasmine menyerah untuk pergi.Namun satu hal yang Jasmine sadari, Doyoung benar-benar bertanggung jawab atas dirinya.
Pikirannya kembali berkelana di saat Doyoung membawa dirinya pergi dari rumah itu.
Jasmine pikir bukannya lebih baik jika Doyoung pergi sendiri dan meninggalkannya disana?Lagi lagi ia mengingat bagaimana Doyoung diperlakukan pada hari itu. Jika Jasmine ada di posisi itu maka ia tidak akan sanggup menerima kebencian dari ayahnya sendiri. Betapa remuk hatinya jika seandainya itu semua terjadi pada keluarganya.
Hal lain yang mengganjal hatinya adalah pikiran apakah ini semua tanggung jawab yang Doyoung maksud, atau hanya kesempatan untuk menyiksanya lebih lama?