Er ist gut darin, Schmetterlinge in meinem Bauch fliegen zu lassen❗️❗️❗️🔞🔞🔞
Brukk..
"Aww!"
Aku memekik kaget saat kurasakan kepalaku menyundul sesuatu yang keras.
Kuusap dahiku yang terasa sedikit berkedut akibat benturan yang terjadi barusan.
Namun, saat aku mendongakkan kepakau, yang kulihat adalah tatapan Taeyong yang aku sendiri tidak bisa mengartikannya.
"Maaf" ucapku refleks
Taeyong masih menatapku dalam diam. Mimiknya yang datar dan tatapannya matanya yang seperti menghakimi membuat nyaliku menciut.
Aura Taeyong terasa berbeda
Akupun menggeser tubuhku, memberikan jalan pada Taeyong.
Sayangnya, ketika aku bergeser ke kiri, Taeyong juga bergeser dan menghalangiku. Tak habis akal akupun kembali bergeser ke kanan, tapi Taeyong kembali menghadangku.
Wajahku yang awalnya menunduk segera kudongakkan. Meski demikian aku berusaha untuk tidak menatap matanya.
"Permisi." Cicitku pelan
"Tidak" jawabnya cepat dengan senyuman tipisnya
Mataku terbelalak sepersekian detik dibalik kaca mata bulat transparan ini karena jawabannya.
Dia kenapa sih?
Sekolah sabtu akan dimulai 5 menit lagi. Meskipun hari ini hanya akan ada kelas seni, aku tidak boleh terlambat. Aku baru memasuki hari kedua, jangan sampai aku terlambat.
Akupun berusaha menghindarinya "kelas akan dimulai 5 menit lagi. Aku harus buru-buru" ucapku
Dengan cepart aku bergeser kekiri dan bersiap meninggalkan Taeyong.
Namun sial.
Dia menarik tanganku lebih cepat. Ia menariknya begitu saja kearah parkiran.
Aku belum terbiasa dengan segala kelakuannya yang membuatku terkejut.
"Taeyong lepaskan.. kau membawaku kemana" aku berteriak kecil. Namun orang sekitar tidak ada yang perduli.
Genggamannya semakin erat, dirinya bahkan tidak menoleh kearahku yang terseret dibelakangnya. Tatapannya masih lurus dan langkahnya semakin cepat.
Aku terus meronta sambil berusaha melepaskan genggamannya, hingga akhirnya kami berhenti pada sebuah mobil yang terlihat begitu mahal.
Taeyongpun dengan cepat membuka pintu mobil berwarna merah metalik itu dan menghempaskan tubuhku dengan sedikit kasar pada kursi penumpang.
"Aakkh!"
Pintu ditutup. Taeyong berlari menuju pintu kemudi dengan segera.
Kuusap pergelangan tangan kananku yang memerah akibat cengkraman Taeyong yang cukup kuat.
Begitu Taeyong duduk dibalik kemudi, dengan cepat dia mengunci semua pintu. Hal itu membuatku terkejut dan menoleh cepat kearah Taeyong.
"Apa yang kamu laku...emmphhh!!"
Bibir itu membungkam kalimatku yang belum rampung.
Reaksiku yang begitu terkejut membuatku refleks mendorong tubuh Taeyong dengan cukup kuat.
Menyadari penolakan yang aku berikan, Taeyong meraih pinggangku dan merapatkannya pada tubuhnya. Tangan satunya pun menahan rahangku yang memberontak.