(3). "Masih Banyak Ikan di Laut"

275 18 4
                                    

Flashback...

Setelah kejadian tersebut, Sulthan menceritakan semua rincian kejadian tersebut kepada Juno—teman sekamar sekaligus teman sekelasnya.

"Kau goblok, ya, Sul? Jelas-jelas dia manfaatin lo secara gak langsung." ketus Juno.

"T-tapi—"

"Iya, gue tau lo bakal ngomong apa." potong Juno, "Lo suka bully Hafidz, kan, karena dia bucin? Mulai detik ini, gue dan Hafidz yang bakal bully lo." ancamnya anarkis.

"Ada berita panas apa, sih, kawan?" tiba-tiba Bagas—teman se-Graha ia dan Juno berdiri di ambang pintu kamar mereka sembari membawa dua dus besar yang berisi donat.

"Gue liat-liat hari ini lo suntuk banget. Gimana kalo kita habisin donat ini sendirian?"

Tentu saja Juno tak menolak, keduanya langsung duduk diatas ranjang Sulthan sembari menikmati donat tersebut.

"Sul, kenapa, sih?" tanya Bagas.

Sulthan akhirnya menceritakan semuanya kepada Bagas. Tak masalah, lagi pula Bagas sudah dekat dengannya sejak awal masuk SMA tersebut.

"Apa yang mau lo harapin sama perempuan matre itu, Sul?" ketus Bagas dengan mulutnya yang masih mengunyah donat.

"Bener apa kata Bagas. Lo ganteng, pinter, baik, tajir, masih banyak yang ngantri buat dapetin lo tanpa manfaatin jabatan orang tua lo." Juno ikut kembali angkat bicara.

"Udahlah, masih banyak ikan di laut." ucap Bagas, dan kalimat tersebut sepertinya sudah tak asing lagi di telinga Sulthan. Hampir semua anak sekolahnya juga sudah hafal dengan peribahasa kuno tersebut.

"Tapi cewek gak ada di laut."

Bagas langsung memukul kepala Sulthan dengan buku tulis yang terletak disampingnya. "Itu kan cuma perumpamaan, bodoh!"

"Astaga, kemana wibawa seorang Sulthan dengan segudang prestasi ini?" ledek Bagas.

"Hafidz gimana, Sul? Pasti dia ngambek, kan, sama lo?" tanya Juno berusaha menahan tawa.

"Iya, dia marah. Terakhir dia ngatain gue goblok, padahal Hafidz selama temenan sama gue gak pernah ngomong kasar."

"Maaf, Sul. Tapi emang kenyataan."

Tak lama kemudian, Jovan—tetangga sebelah kasur datang dan ikut nimbrung bersama dengan mereka bertiga.

"Ngapain galau? TN Cup sebentar lagi, gak usah galau-galau." ucapnya sembari mencomot donat yang sedang dimakan Juno dan Bagas.

"Apa hubungannya sama TN Cup?" Sulthan menatap Jovan yang sedang mengunyah donat dengan topping icing sugar berwarna pink diatasnya.

"Nanti, kan, banyak anak-anak sekolah sebrang. Kau cari, lah, kesempatan buat cari pacar baru."

"Naah, setuju!" sorak Bagas.

"Eleh, Jovan, mah, ceweknya dimana-mana." cibir Juno.

"Logika aja, Sul. Kalau dia bisa terpaksa cinta sama lo, ya, lo juga harus bisa. Kalau dia jahat sama lo, ya lo jahatin balik. Balas dendam, lah, jangan lemah, kau!" omel Jovan sembari menjejelkan donat ke mulut Sulthan.

Dengan sangat terpaksa akhirnya Sulthan memakan donat tersebut, padaghal dirinya sedang tak selera untuk makan "Masih ada perempuan yang bisa mandang lo sebagai seorang 'Sulthan', bukan sebagai 'Anaknya pak Andhika' kayak si onoh." cibir Jovan lagi.

Perwira & Sang Ajudan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang