(4.) Name-tag

91 12 0
                                    

Flashback...

Hari dimana perempuan incaran Sulthann bertanding, tentu saja Sulthan langsung semangat bukan main untuk menyaksikan pertandingan tersebut. Ia duduk dipinggir lapangan Voli disaat pertandingan tengah berlansung bersama dengan penonton lainnya—tentu saja ada Bagas dan Juno yang ikut menyaksikan.

Kemana Ajeng? Mereka, kan, sepasang kekasih? Tapi kenapa jarang sekali tampak jalan bersamaan dengan Sulthan seperti saat mereka masih bersahabat? Entahlah, Sulthan sendiri juga bingung mengapa ini semua malah berubah setelah keduanya menetapkan status sebagai sepasang kekasih. Malah mereka terlihat lebih bahagia dan mesra sebelum keduanya bersatu, dan sebelum kejadian saat ia mendengar percakapan kekasihnya sendiri di Perpustakaan. Jangan tanya seberapa hancurnya perasaan Sulthan saat itu hingga ia mulai merasa malas untuk menemui Ajeng. Logikanya berkata untuk segera meninggalkan wanita tersebut, namun hatinya seolah-olah menahan dirinya untuk mengambil tindakan itu karena sudah banyak kenangan yang ia lalui dengan Ajeng.

"Sul, Ajeng kemana?" Ah, baru saja dibicarakan, tiba-tiba seorang gadis dengan rambut Bob khas siswi-siswi sekolah tersebut duduk disampingnya sembari menanyakan keberadaan Ajeng.

"Mana gue tau. Lo, kan, temennya." bukan Sulthan yang menjawab, melainkan Juno—yang sejak hari pertama mengetahui ucapan pedas dari mulut Ajeng, anak itu langsung mengibarkan bendera permusuhan pada Ajeng.

"Gue gak nanya lo. Gue nanya pacarnya, tuh." jawab Eva.

Sulthan melirik Eva sekilas dengan sudut mata sipitnya. "Gue juga gak tau."

Eva berdecih pelan, merasa heran dengan laki-laki satu ini yang tampak masa bodo saat pujaan hatinya tak ada di sisinya.

"Aneh, pacaran tapi gak saling tau pacarnya ada dimana,"

Ucapan Eva barusan tak mendapat jawaban dari siapapun. Baik Bagas, Juno, atau bahkan Sulthan sendiri.

"Lagi liatin cewek anak sekolah sebrang, ya?" tebaknya asal, "gue bilangin Ajeng, nih.."

"Sok tau." ketus Bagas, si laki-laki yang sepanjang pertandingan tak banyak bicara, namun sekalinya berbicara bisa menghancurkan mental seseorang, Eva salah satunya. Melihat wajah Bagas yang asam dan jawabannya yang ketus, Eva inisiatif meninggalkan ketiga pria tersebut.

Sulthan melirik jam tangannya, ia baru menyadari jika pertandingan sebentar lagi akan usai. Ia langsung menepuk bahu teman-temannya yang duduk disampingnya kemudian melangkah meninggalkan mereka.

"Mau kemana, lo?" sorak Bagas.

Sulthan tak menjawab, justru laki-laki itu mempercepat langkahnya menuju Graha, atau kamar tempatnya beristirahat. Sesampainya di kamar, Sulthan langsung membuka lemari pakaiannya.

Tak hanya pakaian dan juga barang pribadinya yang ada di dalam sana, namun juga berbagai jenis makanan dan minuman juga ada disana. Bisa dari kedua orang tua yang membawakannya disaat berkunjung, ia sengaja membelinya disaat pesiar, pemberian kakak senior, teman-teman, atau bahkan adik kelas yang belum mengetahui rumor ia memiliki kekasih dan secara sengaja memberi Sulthan camilan-camilan itu karena menyukai Sulthan.

Sulthan langsung mengambil sebotol air isotonic kesukaannya, sebatang cokelat dan juga mengambil name-tag atau papan nama miliknya. Entah apa alasannya ia juga mengambil name-tag itu, untungnya ia tak hanya memiliki satu, melainkan tiga butir untuk berjaga-jaga jika hilang atau terjatuh. Setelah mengambil kedua barang tersebut, dirinya kembali berlari menuju lapangan dimana masih ada sisa waktu 8 menit untuk pertandingan selesai.

Saat telah di lapangan, ia tak kembali duduk bersama Juno dan Bagas, melainkan hanya diam di sisi lapangan dengan mata sipitnya yang terus melirik ke arah perempuan incarannya yang bernomer punggung 5. 

Perwira & Sang Ajudan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang