(5.) "Tarik" ucapan?

71 9 0
                                    

Flashback...

Setelah seharian penuh berlarian dan beraktivitas seharian di sekolah, akhirnya Sulthan kembali membaring tubuh tingginya di atas kasur asrama. Menghela nafas dalam-dalam, kemudian membuangnya perlahan sembari menutup kedua matanya. Sungguh, energinya sangat terkuras hari ini. Ditambah lagi setelah menenangkan Ajeng yang menangis tersedu-sedu.

Sepertinya selama TN Cup berlangsung yang hanya menyisakan beberapa hari lagi, Sulthan tak akan ikut serta dalam lomba apapun. Ia sudah merencanakan hal ini disaat perjalanan pulang menuju kamarnya. Laki-laki jangkung itu akan menghabiskan sisa waktu selama TN Cup untuk beristirahat full sebelum kembali bertempur dengan rumus matematika, fisika, kimia, dan juga hafalan biologi. Belum lagi dirinya juga akan melakukan olimpiade terakhirnya di kelas 11 pada akhir bulan depan.

"Juno, hari ini tidur di atas, ya. Gue capek banget," tuturnya disaat mendengar langkah kaki Juno yang memasuki kamar.

"Santai," jawab Juno yang sudah faham betul temannya yang biasa tertidur di kasur atas ini pasti sudah sangat kelelahan dengan aktivitasnya yang sangat padat.

"Gue denger Ajeng cedera, ya?" tanya Juno yang sedang mengambil sepatu futsal miliknya di kolong kasur.

"Hmm.. semoga aja bisa sembuh sebelum turnamen," jawab Sulthan masih dengan kedua mata yang tertutup.

"Kapan mau putus?"

Sial, Sulthan sangat tak ingin mendengar pertanyaan itu. Isi kepalanya tak henti-hentinya bertengkar akan hal ini. Ia sungguh ingin segera memutus hubungannya dengan Ajeng tepat setelah acara TN Cup selesai, namun mengapa Ajeng malah tertimpa musibah yang membuatnya tak tega untuk memutuskannya. Ditambah lagi ia sibuk memikirkan alasan apa yang harus digunakan saat memutuskannya? Karena sepertinya tak mungkin ia secara terang-terangan mengatakan jika ia mendengar ucapan Ajeng di perpustakaan.

"Cepat ambil sepatu lo, dan pergi dari sini!" hanya itulah jawaban yang keluar dari mulutnya dan langsung menghajar Juno dengan bantal yang digunakannya.

Tak ingin mencari mati dengan seseorang yang nampak sedang marah dan lelah, Juno segera meninggalkannya sembari menenteng sepatu futsal di tangannya.

Sekitar 15 menit setelah kepergian Juno, Sulthan akhirnya membuka mata sipitnya dan menyalakan ponsel miliknya yang tergeletak di meja belajar. Ditatapnya nama sebuah kontak yang bertuliskan "Syeena" di layar ponselnya. Sebenarnya ia sudah terlebih dahulu memiliki pin BBM milik Syeena, hasil meminta kepada kenalannya dari SMAN 1, saat ia meminta nomer Syeena sebenarnya hanyalah basa-basi belaka agar ia bisa berbincang langsung dengan Syeena.

Haruskah ia menghubungi Syeena sekarang? Namun jika ia melakukannya dirinya akan tampak tak memiliki hati nurani karena menghubungi perempuan lain disaat kekasihnya sendiri sedang cedera. Di satu sisi Sulthan sudah sangat lelah dengan hubungan percintaannya yang semakin tak jelas kemana mengarahnya.

Dan akhirnya, laki-laki itu memilih untuk tertidur pulas dibanding pikirannya sendiri harus terus menerus menghantuinya.

👮🏻‍♂️👮🏻‍♂️👮🏻‍♂️

Satu Minggu kemudian...

Hari Senin, sama seperti sekolah pada umumnya, tentu saja para siswa-siswi SMA TN melaksanakan upacara bendera di lapangan. Pagi hari ini, Sulthan tak melihat Ajeng di barisan kelasnya, ia hanya melihat Hafidz dan Eva di barisan tersebut.

Berhubung dirinya adalah ketua kelas di kelasnya, ia tak bisa menghampiri barisan kelas Hafidz dan menanyakan keberadaan kekasihnya. Dirinya sudah terlebih dahulu sibuk mengatur barisan kelasnya sendiri.

Perwira & Sang Ajudan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang