Part 10

554 77 6
                                    

Sejak kejadian itu, Gulf setiap harinya tidak boleh keluar dari kamar. Ia dikunci dari luar kamarnya, handphone nya diambil, disita, bahkan kontak Mew dihapus agar benar-benar tidak ada celah untuk kembali berhubungan. Karena paksaan dan perlakuan itu pula, ia menjadi agresif, mogok makan, dan sering mengamuk. Ia juga berhenti bersekolah karena Ayahnya mengatakan Gulf harus fokus dengan pertunangan juga pernikahannya yang berjarak dekat.

"Gulf, sayang, makan ya? Dari kemarin makanmu sedikit, nanti kamu sakit." Bujuk Ibunya.

"Aku tidak lapar."

"Gulf, ayolah! Jangan seperti anak kecil. Mew tidak ada apa-apanya di banding Bright! Bright jauh lebih tampan dan kaya, dia cocok untukmu. Sekarang makan, oke? Papa tidak ingin kamu sakit ketika acara pertunanganmu."

"Aku tidak lapar."

Tatapannya kosong, suaranya datar, Gulf dengan erat memeluk kakinya sendiri di atas ranjangnya. Sudah lelah karena terlalu lama menangis.

Kesabaran Ayahnya pun habis.

"ADA APA DENGANMU, HAH?!"

"Papa, jangan berteriak! Gulf pasti masih terguncang karena dipisahkan dengan alphanya. Dia butuh penyesuaian!" Ibu Gulf dengan sigap memeluk anak semata wayangnya.

"MEW ITU ALPHA BIASA, GULF! ALPHA BIASA!! DIA TIDAK BISA BERSANDING DENGAN DIRIMU YANG BERASAL DARI KELUARGA TERPANDANG!"

"Aku bilang, aku tidak lapar. Aku juga tidak akan bertunangan atau menikah dengan alpha lain selain Mas Mew, alphaku."

"KAMU MAU MEMANCING EMOSI PAPA?!!"

"Pergi."

"GULF—"

"AKU BILANG PERGI! APA KALIAN TIDAK DENGAR?!"

PRANGG!!

"TIDAK USAH MEMBERIKU MAKAN, BIARKAN SAJA ANAK KALIAN MATI MEMBUSUK KARENA KELAPARAN DI KAMARNYA! SEKARANG PERGI DARI SINI!!"

Sang Ibunda menarik Ayahnya keluar sebelum ada adu mulut lagi yang terjadi. Sedangkan Gulf kini meneteskan air matanya kembali tanpa harus disuruh.

Secara bersamaan, langit di luar meneteskan rintik hujannya dengan deras, menambah suasana sendu bagi Gulf yang telah hancur lebur. Manik cyan nya tidak henti meluruhkan segala kesedihan yang dirasakan pemuda tersebut. Ia sakit, begitu pula janin yang berada dalam kandungannya.

Gulf menatap nanar gelang pemberian Mew yang sampai sekarang tidak pernah ia lepas, mengusapnya pelan dengan perasaan rindu tertahan yang menyiksa.

"Mas Mew, Gulf rindu. Anakmu juga pasti rindu Ayahnya." Lirih Gulf bermonolog seakan gelang tersebut adalah Mew, Ayah dari anak dalam kandungannya.

"Aku membutuhkan alphaku, dan anakmu juga membutuhkan Ayahnya. Kembalilah, aku mohon." Tetesan air mata Gulf berjatuhan bak air terjun yang tidak akan pernah surut, mengalir di pipinya seperti sebuah sungai dengan arus yang kencang.

Dalam derasnya hujan kala itu, Mew yang sedang berteduh di halte bus merasakan sakit, rindu, dan pilu dari sang omega. Rasanya ingin kembali dan memeluk erat tubuh Gulf dalam dekapannya, membawanya tidur dalam rengkuhan hangatnya. Namun itu semua hanya angan-angan semata yang tidak akan pernah terjadi.

"Adek, mas juga rindu Adek. Maafkan mas."

Tatkala ia tengah melamun dan merasakan emosi dari sang omega, seseorang menepuk bahu Mew yang membuatnya terkejut dan langsung menoleh.

"Eh, maaf Bang! Saya bikin Bang Mew kaget ya?"

"Astaga, saya kira siapa tadi. Kamu.. temannya Gulf kan ya..? Yang waktu itu bantuin saya antar bekalnya yang tertinggal?"

Pemuda di depan Mew mengangguk.

"Kirain Bang Mew lupa. Nama saya Mild, saya teman satu kelas juga teman sebangkunya Gulf. Bang Mew kenapa ada di sini? Gak bawa mobil?" Tanya Mild yang memperhatikan Mew tidak bersama kendaraan yang biasa ia gunakan.

Mew tersenyum masam, "saya sudah tidak tinggal di rumah Gulf. Lalu saya juga tengah kesusahan untuk mencari tempat tinggal yang tidak terlalu mahal, tapi hujan turun dan sejak tadi tidak berhenti. Jadi saya menunggu reda dulu di sini."

Mild mengerutkan alisnya, "sudah tidak tinggal di rumah Gulf? Kenapa? Bukankah Bang Mew alpha Gulf? Setau saya, bila omega telah di klaim seorang alpha, maka mereka tidak akan bisa hidup sendiri. Harus berdekatan bahkan hidup bersama. Kecuali bila diantara keduanya ada kesepakatan untuk saling melupakan, maka klaimnya akan memudar dan hilang. Meski setelah hilang pun, menurut mereka yang pernah merasakannya, rasanya seperti ada bagian tubuh yang hilang dan menjadi asing. Apa kalian memutuskan untuk melupakan satu sama lain?"

Mew terkekeh, "Gulf menceritakan saya kepada kamu? Atau jangan-jangan, Gulf menceritakan saya kepada teman-temannya yang lain juga..?"

"Iya Bang! Ketika melihat matanya yang berubah warna, Gulf menceritakan Bang Mew. Dia juga bangga dan memuji Bang Mew, katanya dia beruntung memiliki alpha seperti Abang. Tapi.. sejak beberapa hari yang lalu, Gulf memutuskan putus sekolah. Kata guru, dia harus fokus untuk menyiapkan pertunangan juga pernikahannya yang berjarak dekat. Bersama Bang Mew, kan?"

"Ah.. bukan, Mild. Saya memang alphanya, tapi Tuan Kanawut tidak menerima saya sebagai alpha Gulf. Jadi saya dan Gulf terpaksa di pisahkan karena Tuan Kanawut sudah memiliki calon sendiri untuk Gulf."

Mild tampak terkejut, ia tidak menyangka Ayah Gulf akan dengan tega memisahkan Gulf dari seorang alpha yang telah mengklaim anaknya.

"Bagaimana bisa begitu?! Kalian saling mencintai kan??"

"Iya Mild. Sudah sejak lama saya memendam perasaan ini untuk Gulf, dan ternyata semuanya berakhir dengan Gulf yang mengatakan bahwa ia juga memiliki perasaan lebih kepada saya. Saat itu sangat bahagia, hingga semuanya rusak dan hancur." Mew menatap jalanan becek dengan menerawang, mengingat 2 minggu sebelumnya yang sangat indah dan berarti untuknya dan Gulf.

Mild merasa iba. Ia merasakan kesedihan mendalam yang di rasa Mew hanya dengan melihat ekspresi dari wajahnya. Jika saja Mild bisa membantu, ia ingin sekali membantu Gulf dan sang alpha untuk kembali bersatu.

"Ah! Bang Mew tadi bilang sedang mencari tempat tinggal, bukan?"

Mew menoleh menatap Mild, lalu mengangguk kecil.

"Ayah saya memiliki hotel bintang 5 di sekitar sini, lalu Ibu, ia memiliki tempat sewa kamar yang terjangkau untuk para pelajar yang merantau, mungkin bisa dibilang kosan? Saya sendiri tinggal di salah satu kamar di tempat sewa itu. Apa Bang Mew berminat tinggal di salah satu kamarnya? Sepertinya masih ada 1 atau 2 kamar kosong yang tersisa. Bagaimana?"

"Astaga Mild, kamu penolong saya! Terima kasih sudah membantu saya. Jika kamu tidak menepuk tadi, mungkin saya memutuskan untuk tidur di halte bus ini."

"Bang Mew berlebihan! Saya senang saja membantu orang lain, hehe. Ayo, lebih baik kita pulang sekarang karena hujan sudah reda. Saya membawa motor, jadi tidak perlu repot-repot berjalan."

Mew merasa selamat. Selalu saja ada orang baik yang mau membantunya di kala ia kesulitan. Ia sangat bersyukur bisa bertemu teman Gulf yang ramah dan rendah hati ini. Pria itu merasa berhutang budi, dirinya pun berjanji dalam hati untuk tidak merepotkan dan akan selalu membantu keluarga Mild kapan pun itu.

Satu hal yang Mild lupa katakan kepada Mew adalah, Gulf tengah mengandung anak Mew. Ia melupakan hal penting itu untuk di beritahu kepada sang alpha dari Gulf.







Hayoloh gimana nih, makin ruwet aja wkwk

Jangan lupa vote nya yaa, sampai jumpa di update-an berikutnya~!!

My Guard, My Alpha | MewGulf ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang