Part 11

585 81 7
                                    

Kondisi Gulf memburuk. Makanan yang masuk sangat sedikit, dan sering sekali ia muntahkan kembali. Pipinya tirus, tulang kaki dan tangannya menonjol, bahkan gelang pemberian Mew yang masih setia melingkar di pergelangan tangannya kini terlihat longgar. Kantong matanya pun tampak jelas selalu bertambah hitam di tiap harinya.

Namun tampaknya, kondisi anaknya yang mengenaskan itu tidak dapat membuat hati Tuan Kanawut tergerak untuk mengizinkan Gulf bertemu dengan alphanya.

"Sayang, kamu bertambah kurus.. Mama mohon, kamu makan ya? Mama sedih melihat kamu seperti ini.."

"Aku tidak lapar. Aku butuh alphaku."

"Gulf.."

Sungguh, Ibu mana yang tidak ikut sakit melihat anaknya yang tersiksa seperti itu? Matanya yang kosong namun juga berair, sangat menyayat hati sang Ibunda. Ia tidak tahan melihat anaknya yang menderita.

Apa lagi, ia sendiri paham bahwa omega yang telah di klaim oleh seorang alpha, otomatis akan saling membutuhkan satu sama lain. Semua itu akan jauh lebih berat ketika keduanya jatuh cinta dan memiliki perasaan yang tulus, ikatan batin juga emosinya akan terjalin dengan sempurna.

Ketika sang Ibu tengah menatap dan berusaha menghapus jejak air mata di pipi anaknya, terdengar suara orang berbincang seperti ada tamu yang datang.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!" Perintah Mama Gulf.

Ceklek..

"Nyonya, maaf, Tuan memanggil Anda. Keluarga dari Nak Bright sudah sampai."

"Ah.. begitu. Saya akan segera turun."

Wanita itu terlihat ragu untuk pergi dari kamar Gulf. Ia menatap anaknya untuk yang terakhir kali, sebelum ia mengusap pipi Gulf dan keluar dari kamarnya.

"Nah, ini istri saya. Bright, nanti kamu juga panggil Mama ya seperti Gulf."

"Ahaha, iya Om."

"Loh kok masih Om sih? Papa. Gulf biasa manggil saya Papa."

Belum selesai Tuan Kanawut berbincang dengan keluarga dari tunangan anaknya, Nyonya Kanawut, menarik suaminya untuk menjauh dan berbicara dengan nada serius.

"Aku tidak setuju dengan pertunangan dan pernikahan anak kita." Ujarnya to the point.

"Kenapa? Kamu tidak tega melihat Gulf yang meraung-raungkan nama Mew?? Ma, hidup Gulf akan lebih susah jika ia bersama Mew! Coba lihat Bright, dia sudah mapan, kaya, dan tampan. Hidup Gulf akan makmur dan sudah pasti akan memberikan kita cucu yang tampan dan cantik."

"Aku tidak peduli. Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, Pa. Kamu berpikir Bright adalah alpha terbaik tapi jika Gulf punya pilihan sendiri, memang kenapa? Apa salah jika kita membiarkan ia dengan alpha yang dia cintai? Jika kamu lupa, Gulf mencintai alpha lain hingga ia susah makan, kurang tidur, dan menangis karena kamu pisahkan. Kamu mau membunuh anak kita demi keegoisanmu??"

"Ma, ayolah! Nanti pasti Gulf akan mencair sendiri dengan kehadiran Bright. Klaim yang diberikan Mew akan perlahan hilang. Itu tidak akan lama lagi."

"Dia anakku, dan jika kamu tetap memaksakan ini, aku akan membawa Gulf pergi besamaku."

Belum sempat Tuan Kanawut menjawab istrinya, sebuah teriakan dari tangga terdengar menggelegar dan memekakkan telinga.

"AKU TIDAK AKAN MENIKAHI SIAPA PUN KECUALI ALPHAKU!"

Kedua orang tua Gulf langsung menoleh dan mendapati anak mereka yang berteriak dengan derasnya air mata melewati pipinya tanpa henti.

"Gulf, jangan bercanda. Ini alphamu, Bright." Tuan Kanawut berucap dengan santai seperti tidak ada masalah dalam kalimatnya.

Kaki-kaki kurus dan telanjangnya menuruni tangga dengan susah payah, menatap Keluarga Bright dan kedua orang tuanya secara bergantian.

"Aku punya seorang alpha dan dia sudah mengklaimku. Aku tidak akan berhubungan dengan alpha lain selain alphaku, aku tidak akan mengkhianatinya."

"GULF, MEW SUDAH ANGKAT KAKI DARI SINI!"

"Biarkan aku mati, atau biarkan aku hidup bersama Mas Mew.. alphaku..?" Lirihnya lemah.

Bulir bening itu tetap berjatuhan kian deras. Tidak lama, pandangan Gulf terasa berputar dan berkunang-kunang. Mukanya pucat, dan segalanya menghitam sebelum ia ambruk seketika.

DEG!

Mew membeku. Jantungnya terasa sesak, perasaan takut, sedih, sakit, hancur, bercampur aduk menjadi satu. Lalu dengan tidak disengaja, air mata pada kedua manik birunya leleh begitu saja.

Omegaku..

"Bang? Bang Mew?? Bang!!"

"H-ah?"

Mew tersentak ketika Mild memanggilnya, lamunannya lantas buyar.

"Kenapa nangis..?"

"Hah? Siapa??"

"Bang Mew, nangis."

Pria tersebut menyeka pipinya dengan tatapan bingung, dan ya, punggung tangannya basah menandakan ia baru saja menangis.

"Ada apa bang?"

Mew menggeleng tidak paham, "mungkin telah terjadi sesuatu dengan Gulf. Saya merasakannya."

Dek, apa yang terjadi? Kamu baik-baik saja kan? Tolong katakan iya, karena Mas tidak ingin ada sesuatu yang buruk menimpamu. Tuhan, tolong jaga omegaku meskipun sebentar lagi ia akan bersama alpha lain. Tolong bahagiakan dia meski bukan aku penyebab kebahagiaannya. Aku mohon, Tuhan.

Hari berganti dengan cepat. Mew tetap merasakan perasaan tidak enaknya, dan pergantian hari mebuatnya semakin parah. Ia menduga ada sesuatu yang sangat buruk telah terjadi terhadap omeganya. Mew berusaha mengabaikan, namun hati kecilnya selalu tidak bisa dan otaknya selalu memikirkan Gulf, sang omega.

Tuhan, aku mohon.. aku mohon.. tolong bahagiakan dia. Tolong jaga dia.

Di sisi lain, Gulf telah membuka kelopak matanya. Ketika ia sadar, ia mendapati dirinya terbaring di ranjang dengan jarum infus yang sudah menempel di tangannya. Meski telah terbangun dari pingsan, kondisi Gulf sama sekali tidak membaik. Semakin kurus, dan selalu memuntahkan makanannya ketika di paksa untuk makan.

"Dia akan semakin melemah jika tidak di samping alphanya. Janinnya pun akan bermasalah jika seperti ini terus."

Sebuah fakta yang terungkap, dan baru saja diketahui oleh kedua orang tua Gulf ketika ia pingsan dan di periksa oleh sang dokter. Anak mereka tengah mengandung bayi dari Mew.

"Tentu, Bright ini adalah alphanya."

Tuan Kanawut, masih keras kepala dan lebih mementingkan egonya. Sedangkan Bright, ia merasa serba salah. Pemuda itu seperti kambing hitam di antara Gulf dan Ayah Gulf, padahal itu semua bukan kesalahan Bright.

"He is.. not.. my alpha."

Gulf berucap dengan lirih. Tangisnya kembali pecah hingga terdengar menyakitkan di telinga. Sang dokter sampai cemas dengan kondisi Gulf yang sejak kemarin tidak memberikan tanda peningkatan.

"Tuan, Nyonya, saya mohon. Jika Gulf tidak bertemu alpha aslinya, ia akan semakin menyakiti dirinya dan janin dalam kandungannya. Gulf bisa keguguran. Atau yang lebih parah, jika kondisinya tetap memburuk, nyawa Gulf dan janinnya akan terancam dan menjadi taruhan. Saya mohon, jika kalian tidak ingin kehilangan anak dan calon bayi dalam kandungannya, kalian harus membiarkan alpha aslinya berada di samping Gulf. Karena faktor terbesar ia seperti ini juga disebabkan oleh terpisahnya ia dengan Ayah dari anak dalam kandungannya."

Bahkan seorang dokter yang menangani Gulf sampai memohon kepada kedua orang tua anak itu, ia tak kuasa melihat Gulf yang lemas tak berdaya dan tersiksa karena dipisahkan oleh alphanya sendiri.

Dalam diam Gulf, ia hanya bisa menangis sambil mengusap perutnya yang belum membesar. Semuanya menyakitkan, dan ia sendiri tidak ingin kehilangan anak di dalam kandungannya.

Namun, sungguh, setiap kali ia berusaha memaksakan makanan untuk masuk, perutnya selalu terasa seperti di aduk dan menolak apa pun yang di makan Gulf. Lalu semua itu berujung dengan Gulf yang memuntahkan makanannya kembali. Asupan hanya di dapat dari infusan, tapi itu saja tentu tidak cukup. Gulf benar-benar membutuhkan Mew di sisinya.

My Guard, My Alpha | MewGulf ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang