Awal pasti memiliki akhir
Seperti penderitaan pasti ada kebahagiaan🍁🍁🍁🍁🍁
Masa remaja adalah masa yang paling indah bagi sebagian orang, masa dimana kita mulai mencari jati diri dan penasaran dengan berbagai hal.
Tapi remaja laki-laki yang satu ini beranggapan bahwa dalam hidupnya tidak ada namanya masa yang indah, setiap hari sama saja baginya. Sama-sama menyiksa sampai rasanya dunia memang membencinya.
Xavier Evan Winata, nama yang indah bukan ? Tapi hidupnya tak seindah namanya, penuh akan kegelapan.
Xavier itu manusia dengan segudang rahasia, remaja yang sangat terobsesi dengan yang namanya belajar. Sudah jelas hidupnya itu terlalu datar.
Segala tuntutan yang dia dapat sedari kecil dari orang tuanya membuatnya tumbuh menjadi remaja yang penuh obsesi. Kekerasan fisik selalu di dapatkannya bila tidak mampu memenuhi tuntutan orang tuanya.
🍁🍁🍁🍁
Seorang pemuda melangkahkan kakinya masuk ke ruang kelas yang bertuliskan XI IPA 1 segera ia menuju bangkunya yang terletak di barisan paling belakang.
Tanpa mempedulikan suasana kelas yang mulai berisik, Xavier merebahkan kepalanya dengan tangan sebagai bantalan. Dia sangat mengantuk karena begadang semalaman.
Jangan tanya dia begadang karena apa karena sudah jelas buat belajar pasalnya hari ini akan di adakan kuis matematika.
"Ayo dong bantuin gue". Mohon seorang gadis kepada sahabat sekaligus teman sebangkunya.
"Kan yang bendahara Lo, masa gue yang minta duit ke dia". Balas gadis dengan rambut sepunggung itu.
"Gue gak berani minta".
"Apa susahnya sih tinggal minta duit doang abis itu selesai". Ujar gadis dengan name tag Audrey Valencia itu kesal pasalnya sedari tadi sahabatnya memaksa untuk meminta uang iuran mingguan kepada Xavier, laki-laki baru saja memasuki kelas.
"Kan tadi udah gue bilang kalau gue gak berani drey, gue takut minta duit sama Xavier". Ucap Shena berharap Audrey akan membantunya kali ini.
"Lo pikir gue gak takut gitu sama Xavier". Balas Audrey memutar bola matanya.
"Gini deh drey, kalau Lo mau bantuin gue entar pas istirahat gue traktir deh mie ayam". Tawar Shena.
Mendengar kata traktir membuat Audrey mempertimbangkan tawaran Shena, lumayan juga untuk menghemat uang sakunya.
"Gimana, mau gak drey". Tanya Shena.
"Oke deal". Final Audrey.
Shena langsung bersorak kegirangan, sementara Audrey mulai melangkah menuju meja Xavier.
Saat tiba di meja Xavier Audrey jadi ragu memanggil nama cowok itu pasalnya posisinya tengah merebahkan kepalanya di meja entah tidur atau tidak.
"Xavier". Akhirnya Audrey memberanikan diri memanggil nama cowok itu.
Mendengar seseorang memanggil namanya Xavier mengangkat kepalanya, ia melihat seorang gadis berdiri di samping mejanya.
"Emm gue mau minta uang iuran kelas". Dengan segera Audrey mengatakan maksudnya menghampiri meja Xavier.
"Berapa". Tanya Xavier dengan datar.
"Cuma lima ribu kok". Jawab Audrey.
Setelah mendapat uang pecahan lima ribuan dari Xavier, Audrey segera kembali kembali ke bangkunya
Lagi-lagi Audrey mendapat tatapan itu dari Xavier, sebuah tatapan kebencian terpancar dari netra hitam pekat milik laki-laki dengan aura misterius itu.
Audrey sendiri tidak tau kenapa Xavier selalu menatapnya dengan seperti itu, dia sangat penasaran alasan di balik tatapan kebencian yang selalu Xavier perlihatkan kepadanya dan seingatnya dia juga tidak pernah berbuat salah dengan laki-laki itu.
"Nih". Audrey menyerahkan uang lima ribu kepada Shena yang langsung diterima dengan senyum yang merekah di bibir sahabatnya itu.
"Makasih Audrey sayang sering-sering dah Lo bantuin gue nagih iuran kelas ke Xavier".
"Dih itu sih mau Lo ogah gue pokoknya ini terakhir kalinya gue bantu Lo nagih ke Xavier". Kesal Audrey.
"Iyya iyya gak usah kesel gitu juga kali drey".
_teng..teng..teng..._ anggap aja bel istirahat
"Shena buruan ke kantin gue laper ni"
"Iyaa-iyaaa sabar ngapa elah gak liat lo gue lgi beresin buku ni"
"Ck..lama lo buruan gue tunggu di pintu kls"
Audrey menunggu di pintu kelas
"Ekhm"
"Napa lo?"
"Awas" kata Xavier dengan muka datar andalannya dan jangan lupakan tatapan penuh kebencian nya terhadap Audrey
"Ya tinggal lewat anjirr noh kan msih muat lagi elah" sewot Audrey namun dia tetap bergeser juga
Pemuda itu langsung melongos pergi seperti biasanya ke perpustakaan tanpa mengucapkan apapun"Salah gue apa coba sama dia? Gitu amat liatin gue ?"
"Ayo drey. Btw lo kok kayak bingung gitu? Lo mikirin apa?"
"Gue tu heran tau sama si kutu buku itu seakan-akan gue tuh punya salah bangett sama dia"
"Ya kan Lo tau sendiri dia orng nya gmna drey gausah ladenin lah. Gue juga bingung tuh sama dia percuma ganteng tapi obsession nya buruk bangett ke pelajaran"
"Sama gue juga,, btw lo pesen aja gue nyari tempat duduk buat kita"
"Okey" seru Shena
🍁🍁🍁🍁🍁
Setelah jam istirahat selesai mereka kembali ke kelas karena sekarang pelajaran nya fisika. Mereka tidak boleh terlambat masuk ke kelas barang 1 menit pun soal nya gurunya sangat amat tertib dengan waktu
"Oke anak-anak buka buku halaman 201 dan lihat soal di tabel. Sekarang siapa yang ingin maju dan mengerjakan nya ke depan!"
Siapa sangka yang mengangkat tangan nya ada 2 orang yaitu Xavier dan Audrey, mereka saling pandang dan Xavier memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu dengan muka andalannya
"Oke kalian ber-2 maju. Kamu Xavier kerjakan no 1 dan kamu Audrey kerjakan soal nomer 2"
"Baik Bu" jawab ke 2 nya
Di depan mereka saling baradu pandang dengan tatapan sengit seolah-olah ini adalah perlombaan antar sekolah saja
"Sudah Bu" kata ke 2 nya
"Oke silahkan duduk supaya saya periksa"
"Oke anak-anak lihat ke depan dan simak penjelasan saya!!"
"Kalian ber 2 memang pintar terus tingkatkan! Saya bangga dengan kalian! Dan untuk yang lain silahkan catat yang di depan dan rangkum halaman 203, Minggu depan kita kumpulkan. Saya rasa jam saya sudah selesai kalau begitu saya pamit undur diri, selamat siang anak-anak"
"Siang Bu" jawab mereka semua
Vote dan komen dari kalian semua sangat memantu semangat auhtor untuk menulis dan menyelesaikan cerita ini
Sampai bertemu di part selanjutnya 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
émmoni idéa
Teen FictionAudrey tidak tau kenapa Xavier selalu menatapnya dengan tatapan kebencian sampai suatu saat Audrey mengetahui suatu hal yang membuatnya terpaksa ikut campur dalam kehidupan Xavier. "Dunia yang kelam, mau gak mau gue harus membantu dia. Gue yang memb...