1

11 3 0
                                    

Sharollate Dandelion, anak berusia 5 tahun itu sedang asik bermain di taman belakang rumahnya. Hingga saat pengasuh barunya datang, ia masih terus asik bermain sendiri. Ia sudah 5 kali mengganti pengasuh. Dan alasan yang diterima oleh orangtua anak itu selalu sama, "anak kecil itu menakutkan" ujar semua mantan pengasuhnya. Padahal, dimata Ryu dan Jeam anak mereka adalah mahakarya terindah yang berhasil mereka ciptakan. Anak itu terlalu terlihat mengesankan ketimbang terlihat menakutkan.

"Baiklah, kamu diterima. Sharollate ada di taman belakang, tugas pertamu hanya mengawasinya dari jauh. Jangan pernah ikut campur akan hal apapun yang dilakukannya." ujar Ryu, pada seorang wanita muda yang baru saja diterima sebagai pengasuh baru untuk anaknya.

"baik, Nyonya."

"antarkan dia ke taman belakang." setelah mengatakan itu pada asisten pribadinya, Ryu pergi menyusul suaminya yang sudah lebih dulu pergi ke dalam ruang kerja mereka.

Sesampainya pengasuh dan asisten pribadi Ryu di taman belakang, mereka melihat Sharollate yang tengah asik berbicara sendiri. Ya, karena anak ini memang tidak memiliki teman bermain.

"ingat, tugasmu hanya mengawasinya."

"baiklah,"

Dari kejauhan pengasuh itu terus mengamati putri majikannya tersebut.

"siapa namamu?" ujar Sharollate kecil dengan gaya bahasa sesuai dengan anak seusianya.

"Aku Raquel."

"Raquel? Menyebalkan, bahkan namamu lebih indah dari wajahmu." Sharollate kecil menatap tajam ke arah wajah pengasuh barunya itu.

"maaf?"

"ah lupakan, aku yakin kau akan jadi yang ke enam." Sharollate kembali sibuk berbicara sendiri sambil terus menggali tanah di taman belakang rumahnya itu. Dan Raquel tidak begitu mengambil pusing perkataan anak 5 tahun itu karena menurutnya semua anak seusia itu memang sedang senang-senangnya bereskplorasi dengan imajinasi juga kata-katanya.

Seminggu sudah berlalu, dan Raquel masih bertahan dengan tugasnya menjaga Sharollate kecil. Baginya rumor yang mengatakan bahwa anak itu menyeramkan hanya mitos adanya, nyatanya Sharollate sebenarnya sama saja dengan anak-anak seusianya.

"Raquel, hari ini aku dan Jeam akan pulang sedikit terlambat. Bisakah kau menjaga Sharollate hingga kami kembali?" Ryu bicara pada pengasuh anaknya.

"a-begitu? Saya bisa, Nyonya."

"oke good, tenang saja gajimu akan kami tambah. Kalau begitu kami berangkat dulu."

"Sharollate, jadilah anak baik oke?" Ryu tersenyum manis pada anaknya.

"jika kau bersikap baik, Ayah belikan mainan baru untukmu, bagaimana?" kali ini Jeam yang berbicara pada putri kesayangannya itu.

"oke," Sharollate akhirnya menjawab.

Selepas kepergian kedua orangtuanya, Sharollate kecil memutuskan untuk pergi ke taman belakang. Raquel yang melihat itu membiarkannya begitu saja karena hari juga masih terang. Raquel memilih mengambil secangkir teh untuk ia nikmati. Saat ia kembali ke jendela tempatnya mengawasi Sharollate yang bermain di taman belakang, Raquel lantas terkejut dengan apa yang ia lihat hingga tidak sengaja menjatuhkan cangkir teh yang sedang ia pegang. Hal ini membuat Sharollate kecil juga terkejut, tetapi kemudian ia langsung menatap ke arah Raquel dengan senyum manisnya.

Sesuai janjinya pada majikannya, Raquel segera bergegas pulang saat keduanya kembali. Melihat gelagat aneh dan wajah pucat dari Raquel, kedua orangtua Sharollate kecil lebih memilih untuk mengabaikannya.
Hingga keesokan harinya, Raquel kembali pada tugasnya menjaga Sharollate kecil yang bermain di halaman belakang rumahnya.

"aku kira kau tak akan kembali, ternyata nyalimu besar juga." mendengar itu dari anak berusia 5 tahun, Raquel sedikit terkejut namun ia tetap berusaha mengendalikan keterkejutannya itu.

"aku perhatikan kamu selalu menggali tanah, kamu senang menanam ya?"

"ya, tentu saja aku sangat senang. Bukankah menanam hasil buruan adalah kehormatan bagi buruan tersebut?"

"m-maaf? Apa maksud kamu?"

"lupakan. Aku menyukaimu Raquel, saat aku menyukai sesuatu aku takkan membiarkannya tergores sedikitpun. Jadi tenang saja, kau aman disisiku." usai mengatakan itu Sharollate lantas tersenyum manis pada Raquel yang masih mematung. Namun, sedetik kemudian Sharollate kembali dengan tatapan dinginnya dan kembali sibuk dengan kegiatan menggalinya.

2 tahun berlalu sudah,
Raquel masih menjadi pengasuh Sharollate. Bukan karena Raquel betah dengan tugasnya, melainkan Sharollate yang selalu merengek pada majikannya agar tidak memisahkan dirinya dengan Raquel. Hal ini yang membuat Raquel selalu mengurungkan niatnya untuk berhenti dari pekerjaannya.

Saat ini Raquel tengah menguncir rambut Sharollate, atas permintaan anak 7 tahun tersebut. Untuk pertama kalinya ia meminta pengasuhnya itu mengikat rambut pirangnya yang biasa terurai dengan indahnya.

"Raquel,"

"i-iya?"

"jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku karena hanya aku yang boleh meninggalkanmu." ujar Sharollate sambil terus menatap tajam mata pengasuhnya dari cermin yang ada di depannya.
"wow! Ini sangat indah, Raquel." ujar Sharollate saat melihat hasil ikatan rambutnya.

"a-iya, sangat indah."

"kau akan mengantarku sampai sekolah kan?" tanya Sharollate pada Raquel,

"ya, tentu saja." Raquel menunjukkan senyumnya.

"Ayo pergi," Sharollate langsung menggandeng tangan Raquel keluar dari kamarnya.

Saat mereka telah sampai di depan gerbang sekolah Sharollate, supir mereka langsung pergi meninggalkan keduanya.

"Raquel,"

"ya?"

"lepaskan tangan kotormu dariku,"

"m-maaf?"

"a-maksudku aku akan segera masuk kelas, tunggu aku sampai selesai ya, Raquel!" Sharollate melepas gandengan tangannya dengan Raquel.

"ah-iya, baiklah." Raquel yakin dirinya tidak salah dengar, dirinya yang mulai terbiasa dengan kebiasaan dari anak majikannya itu pun hanya memakluminya.

"kenapa semua senyum anak-anak di sini terlihat sangat bodoh, dan sangat menyebalkan." - batin Sharollate.

BEAUTIFUL EVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang