12

0 1 0
                                    

"Di mana sih anak itu." Sharollate terus mencari keberadaan Zeyan di bioskop ini. Dan akhirnya ia menemukan sosok lelaki yang sedari tadi ia cari.
"Ze-" ucapannya terputus saat melihat perempuan yang asing dalam pandangan matanya kini sedang menggandeng manja tangan prianya, ah tepatnya gurunya.

"Ah Sharollate?!" Baru juga hendak pergi dari tempat itu, namanya sudah dipanggil oleh Zeyan.

"Ya,"

"Kamu bilang tidak suka bioskop, lalu apa ini? Hehe."

"Siapa dia, sayang?" Sharollate terkejut tentu saja, apa kata perempuan ini barusan. Sayang?

"Kenalkan ini Sharollate muridku, dan Sharollate kenalkan ini Mira kekasihku." terkejut pastinya. Bukan bukan karena tahu Zeyan sudah memiliki kekasih. Tapi, karena mengapa Zeyan mendekatinya jika ia sudah memiliki kekasih. Tidakkah itu terlalu jahat untuk Sharollate juga kekasihnya? Atau apakah mungkin semua perhatian Zeyan terhadap dirinya bukanlah sebuah pendekatan melainkan rasa peduli seorang guru kepada muridnya? Kurang lebih itulah yang ada di benak Sharollate ketika mengetahui hal itu.

"Ah begitu, salam kenal. Kalau begitu aku pamit pulang duluan, 'Pak Guru'." Sharollate berlalu dari hadapan dua sejoli itu, ia tidak benar-benar pulang. Ia masih ingin memastikan apakah benar mereka berdua adalah sepasang kekasih.

"Mengapa kamu memintaku berpura-pura menjadi kekasihmu? Bukankah kamu menyukai anak itu, Zeyan?" tanya Mira dengan wajah penuh selidik.

"Zeyra yang memintaku untuk menjauhi Sharollate, Zeyra bilang perempuan manis itu terlalu menyeramkan untukku. Ya walau pun aku tahu Sharollate memang berbeda dalam caranya menolong orang, tetapi bukankah menurutmu Zeyra terlalu kejam untuk mengatakan Sharollate sebagai monster berdarah dingin?"

"Anak itu benar-benar ingin kakaknya menjomblo sampai tua rupanya haha."

"Ya! Kamu ini." mereka tertawa, sedangkan Sharollate yang mendengar hal itu juga hampir menggila. Bagaimana bisa ia dikatakan sebagai monster berdarah dingin oleh orang yang mulai ia anggap sebagai temannya?

"Sharollate, buka pintunya. Kamu ini kenapa sebenarnya?" Raquel masih berusaha membujuk sang empu untuk keluar dari kamar dan menjelaskan apa yang terjadi padanya sebenarnya.

"Dia bilang aku monster kan? Baiklah mari berubah menjadi monster berdarah dingin seperti yang dia katakan." ujar Sharollate pada pantulan dirinya di cermin riasnya.

Sharollate akhirnya membuka pintu kamarnya. Melihat wajah tanpa ekspresi dari Sharollate, nyali Raquel mulai menciut.

"Matikan semua lampu di rumah ini, ganti dengan lilin. Cepat!" teriaknya dan para pelayan yang ada langsung menuruti perintahnya.
"Ah ya, buang semua bunga yang ada di dalam rumah ini. Aku benci melihat warnanya." Lanjutnya lagi sebelum akhirnya ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya.

"Shar-, Sharollate." banyak pertanyaan di kepala Raquel, ada apa sebenarnya. Ia masih tersenyum senang tadi sebelum ia pergi.

...

Pagi ini Zeyan merasa ada yang aneh dengan rumah Sharollate. Ia tidak lagi melihat bunga warna-warni terpajang di vas-vas seperti hari-hari sebelumnya.

"Ah Zeyan kamu datang?"

"Iya, apa Sharollate sudah lama menungguku?"

"Dia bahkan belum bangun, duduklah dulu di ruang belajar. Aku akan mencoba membangunkannya." Zeyan hanya mengangguki ucapan Raquel.

Tok. Tok. Tok.

"Sharollate, apa kamu sudah bangun? Zeyan sudah menunggu di ruang belajar." tidak ada jawaban, tetapi pintu kamarnya langsung terbuka menampilkan Sharollate dengan piyama tidur berwarna hitam dan wajah datarnya. Kalian tahu apa yang lebih menakutkan, ya anak itu kembali tidur dalam keadaan kamar yang gelap gulita. Bahkan ia tidak membuka tirai jendelanya lagi.

"Katakan padanya untuk tidak datang lagi ke rumahku. Aku tidak menerima siapapun sebagai tamuku. Rumahku, tertutup untuk orang luar."

"Ka-kamu tidak ingin melanjutkan sekolahmu?"

"Aku sudah memesan guru pengajar yang akan mengajarkanku via online. Jadi cepat kau pergilah dari hadapanku dan beri tahu laki-laki itu untuk segera pergi dari rumahku."

"Ba-baiklah." Raquel berjalan meninggalkan kamar Sharollate, sebelum langkahnya terhenti sejenak saat mendengar Sharollate berkata...

"Tutup semua tirai jendela di rumah ini, apa kalian bodoh menyalakan lilin tetapi membuka tirai jendela?!" ujar Sharollate kepada salah satu pelayannya. Ya Sharollate kembali marah saat rumahnya terang karena banyak cahaya matahari yang masuk menembus tirai jendela.

"Zeyan maaf, Sharollate tidak lagi membutuhkan kamu sebagai guru Home Schoolingnya. Ia berpesan untuk kamu tidak lagi datang kemari."

"Kenapa?"

"Entahlah, Sharollate ingin kamu segera pergi dari sini. Maaf ya, Zeyan."

"Ah baiklah, tidak apa-apa. Kalau begitu aku pamit pergi dari sini." Zeyan segera berjalan keluar dari rumah Sharollate, sepanjang perjalanan matanya mengamati semua pelayan kembali menutup tirai di rumah ini.

"Tidak seharusnya kau menaruh percaya kepada selain dirimu sendiri. Lihat, kau kembali terluka. Sharollate yang malang."

TBC.

BEAUTIFUL EVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang