"selamat jalan menuju neraka, hasil buruanku."
Sharollate meninggalkan senapan yang ia gunakan untuk membunuh keempat orang yang menjarah rumahnya, beserta senjata api milik keempatnya di lemari tua yang ada di ruangan ini. Dan segera kembali ke TKP tempat para pelaku terbunuh dengan kembali menyeret karpet yang ia gunakan untuk membawa para pelaku untuk membersihkan noda darah yang menempel pada karpet ini. Ia memilih menyeret karpet tebal ini sampai ke ruang rahasia bawah tanah, daripada harus membiarkan darah para pelaku meninggalkan jejak di lantai rumahnya. Ingatlah bahwa Sharollate adalah anak yang pintar. Ia segera mematikan pendingin ruangan yang ada di rumahnya, kemudian pergi ke toko yang menjual bahan kimia di pusat kota untuk membeli larutan hydrogen peroxide yang bisa mengurai noda darah pada karpetnya. Sekembalinya ia dari toko, Sharollate segera mencuci karpet tersebut dan menjemurnya di tempat biasa karpet-karpetnya dijemur. Ia menggunakan alat pengering agar tidak ada lagi tetesan air dari karpet tersebut.
Setelah selesai dengan karpetnya, ia merusak kamera CCTV yang terpasang di semua area yang terdapat CCTV, kemudian masuk ke ruang pengawas dan merusak semua data rekaman yang ada hingga saat dibuka akan menunjukkan data eror yang terlihat alami. Setelah itu ia kembali menyalakan pendingin ruangan yang ada di rumahnya. Lalu sedetik setelahnya ia memutus aliran listrik di rumahnya. Dengan perlahan ia berjalan ke arah orang tuanya. Dan mengambil Handphone dari saku celana Ayahnya untuk menelepon polisi, dan rumah sakit untuk meminta ambulance.
"ini mungkin gila, tapi ini adalah caraku membalas dan menghukum. Mungkin aku tidak akan mendapatkan teman selama perjalanan hidupku setelah ini. Tapi, aku tidak peduli." - batin Sharollate, dengan wajah dinginnya.
Setelah polisi datang, polisi segera menggeledah TKP untuk menemukan bukti, tapi nihil.
"mungkin pelaku sudah merencanakan semua ini hingga ia bisa menghilangkan semua bukti yang berkaitan." ujar salah satu polisi tersebut sambil menggeleng heran karena tidak menemukan satu buktipun. Bahkan senjata api yang digunakan untuk menembak para korban pun raip bersama para pelakunya.
"mereka ada empat orang karena aku mendengar lebih dari satu suara dari tempatku bersembunyi." Sharollate memberi tahu para polisi dengan nada santai dan wajah dinginnya.
"nak, menjauhlah dari tempat ini biarkan kami mengurus kasus ini untuk mengungkap pelaku yang membunuh Ayah dan Ibumu." ujar salah satu polisi sembari mengisyaratkan polisi wanita untuk membawa Sharollate pergi dari TKP karena mereka bilang ia masih perlu bersaksi nanti.
Rumah Sharollate yang biasanya sepi dan tentram, kini telah dipenuhi oleh polisi dan para tenaga medis yang mengusungi mayat orang tua dan para pelayan.Saat Sharollate tengah duduk di mobil ambulance yang terbuka, matanya menangkap sosok Raquel yang berdiri mematung di dekat gerbang rumahnya. Sharollate pun sesegera mungkin menghampirinya dan mencengkram tangannya kuat.
"apakah ini ulahmu?" tanya Sharollate dengan wajah dingin dan tatapan marahnya.
"a-apa maksudmu, Sharollate?"
"Tiga tahun lalu, kau dipecat karena kelalaianmu sendiri. Apakah kau marah karenanya? Itukah sebabnya kau menyuruh pembunuh menghabisi sesisi orang di rumah ini?!" Sharollate berujar dengan suara lirih tapi penuh penekanan.
"huh? Aku tidak serendah itu. Bahkan aku tidak memiliki dendam apa pun. Aku tetap berada di sekitarmu selama ini karena aku menyayangimu seperti adikku sendiri. Tidakkah ini terlalu gila, untuk keluar dari otak seorang yang penakut sepertiku?!"
"kalau begitu pergilah, kau akan mendapat masalah jika kau terus di sini." Sharollate langsung kembali ke mobil ambulance tempatnya menunggu.
"apakah mungkin anak itulah yang membunuh orang tuanya sendiri?" ujar salah satu polisi yang didengar jelas oleh Raquel.
"kalian gila?! Dia anak yang baik, dia menyayangi orang tuanya." jelas Raquel.
"kamu ini siapa?! Kalau anak itu benar sayang kepada orang tuanya mengapa ia tidak menangis melihat orang tuanya meninggal?!"
"Sharollate, anak itu. Hanya tidak bisa mengekspresikan rasa yang ia punya dalam dirinya. Jadi, jangan jadikan kekurangannya itu, sebagai bumerang untuk menyerangnya atas sesuatu yang tidak akan pernah ia lakukan! Jika kalian gagal dalam menemukan pelaku, maka jangan menuduh orang lain karena prasangka kalian." Raquel segera berlalu pergi meninggalkan area rumah Sharollate.
Yang dikatakan Raquel tidak sepenuhnya benar. Sharollate memang anak yang baik, tetapi kadang ia menggunakan cara yang jahat dalam kebaikannya.Seminggu kemudian, setelah hari pembunuhan itu, rumah Sharollate jauh dari cahaya. Rumah ini lebih sering gelap gulita. Dan hanya ada beberapa pelayan juga pekerja kebun yang bekerja dari pukul delapan pagi hingga pukul lima sore. Sedangkan Sharollate tinggal di rumah ini sendirian. Ia tidak merasa takut sedikit pun karena ia merasa bahwa, Ayah dan Ibunya masih menemaninya di rumah ini.
"Ayah, Ibu. Aku akan pergi tidur, jangan lupa untuk menghubungi guruku, besok aku akan kembali dengan kegiatan home schoolingku" ujar Sharollate datar, sembari berjalan keluar dari kamar orang tuanya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL EVIL
Short StorySemua yang nampak indah oleh mata, belum tentu seindah bagaimana itu terlihat. Semua yang nampak buruk pun belum tentu akan buruk juga hasil akhirnya. Kejahatan akan indah bila terbungkus oleh seni yang menawan. Maka, keindahan pun bisa menjadi buru...