"Berhentilah bergerak sekarang, sebelum aku memaksa tubuhmu untuk berhenti bergerak."
Dengan kasar Sharollate melepas kain yang menyumpal mulut anak perempuan di hadapannya ini.
"Tolong! Tolong!"
"Aish. Kau berisik sekali!" ujar Sharollate dengan sedikit membentak. Tentu saja hal ini membuat lawan bicaranya langsung terdiam.
"Mau apa kamu?" tanyanya pasti namun dengan nada yang penuh ketakutan.
"Kenapa manusia sepertimu harus ada di dunia ini sih? Merepotkan." ujar Sharollate datar.
"Ma-maksudmu?"
"Perundung sepertimu. Kenapa harus ada di dunia ini?" ujar Sharollate penuh penekanan dalam setiap katanya.
"A-aku janji akan berubah jika kamu melepaskanku saat ini. Aku mohon." Air mata anak perempuan itu mulai keluar tanpa permisi.
"Ah terlambat. Andai saja kau menyadarinya lebih awal, kau tidak akan berada di sini. Sekarang coba kau hadapkan wajahmu ke sana, apa yang kau lihat? Lihatlah baik-baik apa yang tergantung di sana." anak perempuan itu pun langsung mengikuti arah pandang Sharollate. Dan betapa terkejutnya ia saat mendapati empat kerangka manusia yang masih ada sedikit daging dan darah kering yang menempel pada kerangka itu. Tragisnya lagi, keempat kerangka itu tergantung terbalik dengan tengkorak kepala yang sudah hampir lepas karena posisi menggantung yang tidak tepat.
"Aaa!!!"
"Kau akan bernasib sama seperti mereka, jika kau memilih untuk terus menjadi seorang perundung."
"TIDAK! Ku mohon padamu, jangan lakukan itu. Ku mohon."
"Apakah ini sungguh air mata penyesalanmu?" Sharollate mendekatkan wajahnya ke wajah sang anak perempuan untuk mengamati mata anak tersebut.
"Ah ternyata bukan." mendengar hal itu sang anak perempuan semakin menjadi-jadi dalam tangisannya.
"Kau hanya ketakutan, tidak kulihat penyesalan sedikit pun dari sorot matamu." selesai dengan kalimatnya, Sharollate hendak berjalan keluar dari ruangan tersebut. Tetapi langkahnya langsung berhenti saat mendengar,"Ma-mari buat perjanjian. Aku janji tidak akan bersikap jahat kepada Zeyra lagi saat kamu melepaskanku sekarang juga."
"Kau ini memang manusia bodoh." ujar Sharollate tanpa membalik badannya untuk menatap lawan bicaranya itu.
"Kau hanya mengingat perlakuan biadabmu pada Zeyra, tidak ingatkah kau pada korban lainnya? Renungkanlah, saat kau sudah menyesalinya aku baru akan melepaskanmu karena saat kau belum ada rasa penyesalan dalam dirimu, saat kau bebas kau justru akan mengadukan perlakuanku dan menjadi lebih biadab dari sebelumnya saat aku tidak ada. Jadi, sampai bertemu lagi nanti." Sharollate melanjutkan langkahnya tidak lagi memedulikan teriakan sang anak perempuan."To-tolong bebaskan aku!!" teriak sang anak sembari terus berusaha melepaskan ikatan yang ada pada dirinya.
...
Tak lama setelah Sharollate membersihkan dirinya, Raquel datang dengan beberapa tas belanja di tangan kanan dan kirinya.
"Kenapa lama sekali?" tanya Sharollate datar.
"Kamu yang menyuruhku untuk membeli semua ini, dan sekarang kamu protes?"
"Ah ya sudah lah. Aku lapar, cepat buatkan aku makanan."
"Ya, ya, baiklah." Raquel segera berjalan ke dapur setelah meletakkan semua belanjaan yang ia bawa di meja makan.
Selesai makan malam, Sharollate bersiap hendak keluar untuk melanjutkan pekerjaannya.
"Kamu mau kemana malam-malam begini?"
"Ini masih jam setengah tujuh, belum terlalu malam untuk jalan-jalan kan?"
"Tidak. Ini sudah malam."
"Diamlah. Aku tidak pernah meminta izinmu." selesai mengatakan itu Sharollate segera pergi menuju alamat sebuah rumah.
Sesampainya Sharollate di rumah itu,
"Maaf jika saya mengganggu waktu istirahat kalian." ujarnya serius kepada dua orang dewasa yang duduk tepat di hadapannya."Tidak apa-apa, Nak Sharollate." jawab keduanya dengan senyum tulus.
"Aku hanya ingin memberi tahu pada kalian bahwa anak kalian ada di rumahku." mendengar hal itu keduanya sangat terkejut. Mereka tahu betul siapa Sharollate dan bagaimana sikapnya, ya karena keduanya pernah bekerja di rumah besar itu sebagai pelayan dan tukang kebun sebelum orang tua Sharollate memberhentikan keduanya karena kelalaian mereka dalam mengawasi Sharollate kecil dulu.
"Ta-tapi, me-mengapa? A-apa anak kami melakukan kesalahan?"
"Anak kalian adalah perundung." mendengar hal ini keduanya semakin panik dan terkejut pastinya.
"A-apakah anak kami baik-baik saja?"
"Untuk saat ini si anak kalian baik-baik saja. Dan aku berniat akan membebaskannya besok, jemputlah ia. Nasihati ia, didiklah ia. Menjadi perundung bukanlah jalan yang baik. Jika tidak berhenti sekarang, kelak ia akan mengalami kesulitan yang lebih besar." mendengar ini keduanya merasa tersentil, Sharollate anak yang mereka kira menyeramkan ternyata adalah anak yang memiliki jalan pikiran dan juga hati yang baik.
"Ka-kami mengerti, besok kami akan menjemputnya."
"Ingatlah aku melakukan ini demi menyelamatkannya dari kehancurannya di masa depan. Jadi, jangan menyalahkan caraku dalam memberi pelajaran bagi mereka yang bersalah."
"Ya nak, kami paham betul maksud dan tujuanmu, untuk itu kami merasa sangat berterima kasih padamu."
"Baiklah, aku pamit pulang."
Sekembalinya Sharollate, Raquel langsung menyambutnya dengan beribu pertanyaan. Bukan tanpa alasan, Raquel jelas khawatir. Khawatir jika Sharollate kenapa-kenapa, juga khawatir jika ada yang kenapa-kenapa karena Sharollate.
"Enyahlah dari hadapanku, Raquel. Aku masih ada pekerjaan yang harus ku selesaikan."
"A-apa? Pekerjaan apa? Kamu saja masih sekolah."
"Aish. Menyingkirlah dari jalanku."
"Tidak Mau!" mendengar itu, Sharollate justru menunjukkan senyum smirknya.
"Baiklah, kau yang memaksa. Ayo ikut aku."
"Y-ya? Kemana?!" belum juga mendapat jawaban Sharollate telah lebih dulu menarik kasar tangan Raquel untuk mengikuti langkahnya. Ya mereka berdua kini tengah berjalan menuju Ruang Rahasia Bawah Tanah, tempat Sharollate memberi pelajaran bagi para pelaku kejahatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEAUTIFUL EVIL
Krótkie OpowiadaniaSemua yang nampak indah oleh mata, belum tentu seindah bagaimana itu terlihat. Semua yang nampak buruk pun belum tentu akan buruk juga hasil akhirnya. Kejahatan akan indah bila terbungkus oleh seni yang menawan. Maka, keindahan pun bisa menjadi buru...