Takdir yang Salah : Cresensia Aprilia Tatong

4 0 0
                                    

╔═════ೋೋ═════╗
Takdir yang Salah
╚═════ೋೋ═════╝





╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗
HAPPY READING
╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝
≪━─━─━─⊰᯽⊱┈──╌❊╌──┈⊰᯽⊱─━─━─━≫

Seorang gadis berjalan gontai dibawah guyuran hujan yang deras, seragam sekolahnya pun masih melekat ditubuh gadis itu. Muka gadis itu begitu pucat, bibirnya pun tak ada warna, bahkan kedua kantung matanya menghitam, sangat kacau. Ia pun terduduk lemas sambil meringkuk kedua lutut putihnya, isakan tangis semakin kencang namun, hujan menutupi kesedihannya.

Saat dia sedang menikmati penderitaan hidupnya, air hujan yang sedang membasahi  tidak terasa lagi. Dia mendongak keatas melihat sebuah payung merah melindungi kepalanya dari air hujan itu dengan posisi yang masih sama, ia tersenyum tipis ketika melihat wajah seseorang itu.

Seseorang itu ikut duduk di samping dirinya dengan tangan yang masih setia memegang payung itu menutupi mereka berdua dari guyuran hujan yang masih saja deras.

"Kamu mau terus-terusan nyakitin diri kamu?" tanya Winda - gadis berhijab sahabat gadis itu.

Gadis itu terkekeh. "Nyatanya, gak ada alasan lagi untuk gua tetap bertahan," jawab Dinda hampa dengan tatapan yang juga kosong.

"Kamu masih ada aku, kamu gak benar-benar sendiri. Kamu juga masih punya Tuhan, Dinda," tutur Winda dengan harapan agar sahabatnya ini masih mau mendengarnya.

"Bahkan, gua berharap Tuhan segera jemput gua. Supaya gua juga gak jadi beban, gak nyusahin orang lain lagi. Termasuk lo, Winda," jelas Dinda yang sudah tidak ada harapan sama sekali.

Winda pun bangkit dari posisinya. "Kamu bukan beban dan kamu juga gak nyusahin aku, ayo! Kita pulang," ajak Winda dan diangguk lesu oleh sahabatnya itu.

Namanya Dinda Hiranu, seorang gadis remaja yang sudah memasuki kelas akhir masa SMA-nya, hidupnya jauh dikata harmonis dan kedamaian. Nyantanya, hidup seorang Dinda selalu dikenang dengan kebencian dan amarah dari kedua orang tuanya. Semenjak kecil, Dinda sudah diperlihatkan perdebatan antara dua sosok yang berarti dalam hidupnya, Fero dan Sarah selalu menjadikan putri tunggalnya sebagai pelampiasan dari amarah mereka berdua.

Dinda sering kali di siksa oleh mereka berdua,  luka lebam pun sudah menutupi seluruh tubuhnya, namun wajah cantik dan manis yang ia miliki mampu menutupi luka-luka itu dari tubuhnya. Sudah 17 tahun ia hidup seperti neraka, setiap hari selalu sama, telinganya sakit mendengar perdebatan itu, hatinya tercabik-cabik karena menanggung kesalahan yang tak pernah ia lakukan.

Setidaknya, Tuhan masih berbaik hati karena telah mengirimkan sosok sahabat yang tulus padanya, Winda Oktaviani. Gadis yang ia kenal saat tak sengaja menabrak sepeda yang dinaiki oleh Winda, dari pertemuan itu mereka makin akrab ditambah rumah mereka hanya butuh 10 langkah dari rumahnya dan yang membuat Dinda semakin bersyukur adalah dirinya dan Winda satu sekolah.

Dinda selalu menceritakan tentang hidupnya yang sangat menyedihkan, Dirinya percaya karena Winda seorang pendengar yang baik. Winda tidak pernah mencela, Winda selalu menangkan dirinya, baginya Winda adalah sosok kakak yang selalu ia dambakan.

Sejujurnya, hidup Winda juga sama dengannya, sama-sama menerima takdir yang sangat berat. Kini Winda tinggal dengan mamahnya karena Winda tidak tahan hidup dengan papahnya yang selalu menuntut akan prestasi akademik-nya di sekolah.

Malam ini Dinda akan menginap kerumah Winda karena hari ini adalah hari sabtu, mereka berdua sudah menjalankan rutinitas ini semenjak 1 bulan mereka kenal dan dekat.

Ujian Kelulusan Member BWG Angkatan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang