Epilog

170K 22.3K 38.6K
                                    

YANG BARU BACA, BACA DARI ATAS SAMPE BAWAH, AKU NYUSUN ALURNYA UNTUK DIBACA SECARA BERURUTAN, BUKAN LANGSUNG SKIP KE ENDING.

INGET JANGAN SPOILER KE YANG BELUM BACA.

BACA PART INI SAMPE BAWAH.

BENERAN, SIAPIN MENTAL KALIAN.

-———-

SETETES airmata terjatuh membasahi pipi gadis itu. Saat ini Hanina sedang berada di bandara Soekarno Hatta, menunggu pesawatnya yang akan terbang sebentar lagi. Terlalu banyak hal yang ia alami di kota ini, sehingga melahirkan suatu penyesalan besar. Penyesalan akan hal yang selama ini ia lakukan.

Sejak tadi satu persatu orang datang untuk mengucapkan selamat tinggal. Namun ada seseorang yang sangat Hanina tunggu kehadirannya, akan tetapi sepertinya orang tersebut tidak akan datang. Ia melirik secarik kertas yang ada di tangannya. Sebuah surat yang Hanina buat kemarin malam untuk seseorang yang nantinya akan sangat ia rindukan.

Untuk Kak Lele,

Maaf karena pergi tanpa pamit, kak. Aku ga punya cukup keberanian untuk datengin kakak secara langsung. Aku emang pengecut. Makanya aku ga pernah jawab tiap kali kakak tanya soal gimana perasaan aku, karena jujur aku takut. Aku takut ngebuat kakak semakin ngerasa sakit. Tapi aku mau nyoba peruntungan dengan nulis surat ini, surat yang bisa jadi ga bakalan kakak baca.

Aku sayang juga sama kakak ... lebih dari saudara.

Tapi aku sadar kalau kita ga bakalan pernah bisa sama-sama. Iya, kak, ini takdir kita. Takdir emang kejam ke semua orang kak. Jadi aku mutusin buat pergi, supaya kita berdua ga saling nyakitin lagi. Aku pengen kita yang dulu balik lagi, kita yang ketawa-tawa, bukan yang nangis-nangis kayak gini. Aku pergi ga lama kok kak, sebentar aja. Setidaknya sampai kita sama-sama bisa nerima kenyataan bahwa kita berdua adalah saudara kembar.

—tertanda, Hanina Cava

Hanina beranjak dari duduknya. Secarik kertas itu ia tinggalkan di atas kursi yang tadinya ia tempati. Gadis itu masih berharap jika Galileo akan menemukan surat itu dan membacanya. Hanina masuk ke dalam toilet. Menatap dirinya di depan cermin. Tangis gadis itu seketika pecah. Ia terisak di sana, tak peduli jika orang lain akan mendengar suara tangisnya.

Namun selang beberapa saat, tangis itu berhenti. Terganti oleh muka datar tanpa ekspresi. Perlahan gadis itu mulai mengusap airmatanya. Seulas senyum tiba-tiba terukir di bibirnya. Sialan Hanina lelah berpura-pura.

"Anjing ya si Graha. Udah ngusir, pake segala ngirim bodyguard buat ngawasin gue lagi," umpat Hanina.

Suara tawa terdengar dari airpods yang gadis itu pakai di telinganya. "Tenang, udah aman sekarang. Mereka udah pada pergi."

Hanina memutar bola matanya malas, "Gue ganti baju bentar, gerah," ucap gadis itu.

"Take your time, babe. Mobil gue udah di depan."

Gadis itu kemudian membuka tas yang dia bawa mengambil beberapa pasang baju di sana, kemudian memasuki bilik toilet untuk menggantinya. Tak lama kemudian pintu bilik toilet terbuka, menampakkan sosok Hanina dengan penampilan yang sangat berbeda. Hanina yang memiliki image polos, kini terlihat begitu seksi menggunakan tanktop crop berwarna hitam yang dipadukan dengan rok di atas lutut berwarna hitam. Gadis itu lalu mengikat rambutnya secara asal, kemudian memolesi wajahnya dengan make up yang ia bawa.

Unfamiliar Twins (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang