Part 8

21K 1.7K 48
                                    

Fajar timur menyingsing, pagi telah tiba Retno bangun dari tempat terindahnya, Retno meregangkan ototnya kemudian pergi ke kamar mandi. Setelah selesai Retno pun pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapannya.

Waktu pukul 06.30 pagi, Retno akan pergi ke kampusnya menggunakan bus, ayahnya tidak bisa mengantarnya karena ada urusan yang bikin ayahnya harus pergi cepat ke kantornya. Beberapa menit Retno berjalan sampailah dia di terminal dekat rumahnya, tidak lama bunyi klakson motor membuat Retno melihat apa didepannya, disana sudah ada Putra yang melihat dia dengan senyum hangat.

"Dek, sini sama Abang aja, kalau naik bus takutnya kelamaan." Tawar Putra pada adik manisnya.

Sebelum menjawab Retno berpikir kembali, tidak salah sih menerima tebengan Kaka tingkatnya, hanya saja dia malas mendengar gibahan mahasiswa di  kampus yang membicarakannya.

Retno hanya mengangguk sebagai jawabannya. Setelah itu Putra memberikan helm cadangannya untuk Retno, Retno bingung kok kakak tingkatnya bawa helm dua, bodo amat dengan helm, Retno menerimanya kemudian memasang helm yang diberikan tadi.

"Pegangan dek, Abang mau ngebut." Kata Putra sambil mengambil tangan Retno untuk dia taruh di perutnya (dipeluk). Muka Retno memerah malu karena tingkah Kakak tingkatnya, kemudian motor pun melaju dengan gesit di tengah keramaian kota tersebut.

Mereka sampai dikampus dengan menghabiskan waktu perjalanan 20 menit-an, Retno turun kemudian mengucapkan terima kasih kepada kakak tingkatnya, setelah itu dia mau pergi, baru beberapa langkah dia pergi, kakak tingkatnya menahan tangannya kemudian dia menunjuk helmnya yang masih bertengger di kepala Retno. Orang yang ditunjuk hanya malu-malu kucing.

"Hehehehe maaf bang, lupa sama helmnya, terima kasih sekali lagi bang, dah." Kemudian dia melesat pergi menjauh dari kakak tingkatnya.

"Ahhh... Dia lucu sekali, gemes." Tidak lama berselang memuji keindahan incaranya, teman seperjuangannya datang sambil mengaplok kepala sang empu, sang empu yang di tampol hanya meringis terus sinis kepada pelaku.

"Lu apa-apaan sih, main tampol aja, gue gegar otak gimana nanti!!" Omel Putra. Sang empu yang dimarahin hanya tertawa dan memasang muka tidak berdosanya.

"Yah gimana, lu pagi-pagi senyum nggak jelas gitu, gue kira lu kesurupan mbak Kunti, ternyata abis liat incaran toh, gue tebak pasti lu berangkat lagi sama dia."

"Lu kayak gak tau Putra aja Yan, dia mah ngegas sampai dapat hahaha." Tawa Reynaldi dan disambut sinisan Putra.

"Belum aja kalian berdua gue kuliti, terus gue kasih makan harimau dikebun binatang." Datar dan dingin suara yang dikeluarkan oleh Putra. Bukannya takut, Reynaldi dan Rian ketawa makin nyaring.

"Hahaha lu mah Put, canda doang gue, kapan lu nembak tuh cowok manis?" Tanya Rian.

"Tunggu sebentar lagi." Putra senyum smirk, setelah itu mereka bertiga pergi ke kelas mereka.

~~~~~~~

Di kelas Retno tengah asik berbincang dengan teman sebangkunya, yang lain dan tak bukan si Aldi, mereka bicara mengenai tugas kelompok yang diberikan dosen mereka.

"Eh Al, kapan nih kita kerjain tugas Bu Lilis? Seminggu doang nih deadlinenya."

"Hmm... Gimana kalau lusa? Dirumah lu aja yah No, kalau nggak mau kita ke kafe saja ngerjainnya, gimana?" Jawab Aldi sambil memasang berharap Retno mau ngerjain tugas dirumahnya.

"Okay, lusa dirumah aku saja, nanti aku bilangin bunda biar dibikinkan cemilan." Jawab Retno, yang membuat Aldi senang tidak jelas, Aldi berpikir kembali, gimana kalau dia ajak si Surya juga. "No, kita ajakin Surya juga yuk, sekalian main gitu hehehe."

Mata Retno memicing, melihat teman seperjuangannya, terus menghela nafas. "Main atau main? Kamu mah nanti nggak bisa fokus kalau ada Surya, tapi terserah deh, kalau Surya mau yah gpp." Jawaban Retno bikin sang empu berkali-kali lipat bahagia.

Bel istirahat berbunyi, Retno dan Aldi keluar dan masuk ke fakultas Ekonomi, dia ingin bertemu teman lucknut mereka. Setelah sampai Retno teriak di depan kelas Surya. "SURYA KANTIN YUKKK." teriakannya bikin 1 kelas Surya memandang Retno dan Aldi, membuat sang empu yang diteriakin malu.
"Bukan temen gue, bukan." Batin Surya.

Setelah itu mereka pergi ke kantin kemudian makan, kali ini yang memesankan makanan Surya, tapi si Aldi malah ingin ikut, dia bilang ingin membantu Surya, dan hasilnya Retno menunggu mereka di meja makan, sambil mendengar cibiran dari kakak tingkatnya.

"Eh itu adek kelas yang kemarin bukan sih?"  Tanya cewek A

"Iya, kenapa emang." Jawab cewek B

"Tadi pagi, gue lihatin dia pergi lagi sama Putra, dan gue dengar lagi nih, adek itu bukan siapa-siapa Putra." Cewek A

"Loh kalau bukan terus siapa dong? Curiga mereka pacaran." Sanggah Cewek C

"Mana mungkin, Putra kan gak belok, tetanggaan kali mereka." Sanggah Cewek D

"Udah-udah mending kalian makan tuh makanan, kalau mereka pacaran kok kalian yang sewot, jelas-jelas tuh anak manis+cantik, cocoklah sama Putra."  Jawab cewek E, dan mengakhiri pembicaraan mereka.

Retno hanya bisa tersenyum manis, dia nggak habis pikir, kok kakak tingkatnya gibahin dia. Beberapa menit setelahnya Surya dan Aldi datang membawa makanan mereka.

~~~~~~~~

Waktu menjelang sore, matahari pun sudah mulai terbenam. Kelas Retno dan Aldi selesai pukul lima sore, mereka sebenarnya selesai jam tiga sore, tapi karena dosennya itu bilang lagi ada urusan jadi kelas Retno diundur, dan sekarang baru selesai jam lima sore.

Retno berjalan keluar kampusnya sambil melihat, ekstrakulikuler di kampusnya, tidak jauh dari orang yang bermain tersebut ada Putra yang sedang bermain basket bersama rekan-rekannya, dia melihat Retno yang tengah asik menunggu bus untuk pulang. Setelah selesai Putra pun izin kepada pelatihnya untuk pulang duluan, kemudian dia mengganti pakaiannya setelah itu menghampiri sang gebetan.

"Dek belum pulang?" Yang ditanya memasang muak terkejutnya. Terus tersenyum, yang membuat perut Putra ada kupu-kupu terbang.

"Belum nih bang, lagi nunggu bus, Abang kok belum pulang?" Tanya Retno.

"Ohh.. Abang abis latihan, mau Abang anterin?"

"Alhamdulillah boleh bang, makasih sekali lagi."

Setelah itu mereka pun pulang bersama, beberapa menit kemudian mereka sampai di depan komplek Retno, setelah itu Retno berpamitan dan mengucapkan terima kasih. Setelah kepergian Retno, Putra tersenyum dan sambil memantapkan diri untuk memilikinya seutuhnya.

"Tunggu sebentar lagi, lu akan jadi milik gue No." Batin Putra, kemudian dia pergi dari tempat tersebut menuju rumahnya.

T
  B
    C

Terimakasih yang sudah mau mampir

Ketua BEM Is My Boyfriend {END}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang