Part 20

12.6K 954 32
                                    

1 bulan kemudian

Libur semester telah tiba, Retno sedang rebahan di kamarnya, agenda liburan memang begitu adanya, mandi sekali sehari, malas mau ngapa-ngapain, kalau udah diomel emak, nah baru tuh mau gerak. Tidak jauh halnya dengan Retno, bundanya sedang mengomelinya karena tidak membantu dia di dapur, bukan ngomel sih, tapi kayak sedikit ngasih bumbu Omelan dalam bicaranya. "Retno, biasanya kamu bantu bunda di dapur, dan bersih-bersih rumah, ini mentang mentang libur, rutinitas kamupun libur." Retno hanya cengengesan saja mendengar ocehan bundanya.

Rio yang melihat adik iparnya diomelin hanya menggelengkan kepala, tanpa sadarnya Rio, Satria memeluknya di pinggang. "Pagi my wife." Kemudian Satria mencium pipi istrinya tersebut, dia lari setelah itu takut dapat tamparan panci setelahnya. Rio mendengus sebal dengan tingkah suaminya, kemudian dia mengusap perut datarnya. "Sabar yah nak, kamu dapat ayah modelan ingin ditampol." Kemudian dia melanjutkan kegiatannya.

Retno membantu kakak iparnya yang sedang memasak, mereka masak untuk makan siang, mereka juga bicara mengenai masa kecil Satria dan itu sangatlah lucu.

Tokk

Tokk

Pintu rumah Retno diketuk, yang artinya ada tamu, Retno pergi menuju pintu tersebut untuk membuka dan melihat siapa tamunya. "Loh mas, masuk sini." Yah itu Putra, Putra kemudian masuk dan disambut hangat oleh ayah dan bundanya Retno, kemudian dia duduk. "Mas aku ke dapur dulu yah bantu kak Rio dulu." Putra hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Nak Putra gimana kabar kamu dan keluarga?" Tanya bunda Retno.

"Baik bu, saya dan keluarga saya Alhamdulillah baik." Jawab Putra tulus

"Nak Putra, kamu serius sama anak saya?" Tanya ayahnya Retno

Putra tersenyum sebelum menjawab pertanyaan camernya. "Saya serius om, saya belum pernah se-serius ini, Retno anaknya baik, ceria, lucu, gemesin, dan dia juga bikin saya jatuh cinta tidak memandang gender." Jawab tulus Putra, Ayah Retno tersenyum kemudian memeluk Putra.

"Panggil ayah jangan om, dan panggil istri saya bunda. Om percayakan Retno untuk kamu, Saya akan lepas Retno untuk kamu, jaga dia, dia sebenarnya anak yang rapuh, cuman dia bisa menutupi itu semua, jaga dia yah nak Putra." Putra yang mendengar penuturan ayah Retno tersenyum hangat, dia berjanji untuk akan menjaga Retno. "Saya janji yah, saya akan buktikan itu semua, saya akan bikin Retno nangis bahagia bukan nangis karena kesedihan." Ayah Retno hanya mengangguk saja, bundanya Retno memeluk Putra dan mencium calon mantunya tersebut.

Retno dan Rio telah selesai dengan masakannya, dia ingin memanggil keluarganya untuk makan siang. "Bunda, Ayah, Riski, Mas Satria, Mas Putra ayo makan." Mereka pun berkumpul di meja makan tersebut, hari ini cukup ramai bertambah 1 orang yaitu Putra, Putra memandangi Retno tanpa kedip, dari cara dia mengambilkan nasi dan lauk pauknya untuk adiknya.

Retno menyenggol tangan Putra karena dia melamun, putra terkejut dari lamunannya. "Ngelamun apasih kamu mas?" Tanya Retno

"Melamun masa depan kamu nanti sama anak anak kita kelak." Ucap Putra, Retno memandang ke arah lain menyembunyikan semburat merah diwajahnya, Satria hanya terkekeh melihat tingkah adiknya.

"Makanya nikahin adek gue." Penuturan Satria mendapat pukulan sayang dari Retno. "Ish mas mah, aku masih kuliah loh, nanti aja nikah nikahnya, tunggu aku lulus, baru deh siap." Ucap malu Retno, Putra yang tidak tahan dengan kelucuan pacarnya ini tanpa sadar mencubit pipinya dengan gemes.

"Ekhem, tolong pacarannya nanti saja, mending kita makan dulu." Interupsi Ayah Retno membuat mereka berhenti dari kegiatannya.

Siang menjelang sore, Putra mengajak Retno untuk berjalan jalan.

(Jalan jalan mulu, ke pelaminannya kapan🌚)

Mereka pergi ke pusat perbelanjaan atau bisa kita sebut mall. Mereka sedang melihat lihat toko elektronik, disana Retno melihat tv yang cukup besar gak tau deh berapa inch. "Mas gede bener tvnya, tv rumahku aja gak Segede ini." Takjub Retno.

(Lu kan anak orang kaya No, tinggal beli aja-_)

"Iya gede, kamu mau memangnya?" Tanya Putra.

"Gak deh mas, lebih baik yang sedang aja cukup, ngapain gede gede tvnya, lebih baik yang biasa aja." Jawab Retno dan diangguki saja. Mereka masih melihat lihat, alat alat terbaru disana, Retno kegirangan, seperti anak kecil saja.

Saras melihat kedua sejoli tadi sedang asik bersama, dia geram marah kemudian datang dan....

PLAKKK

Tanpa adu bacot lagi, dia menampar Retno cukup kencang, pengunjung disana yang berlalu lalang melihat ke arah mereka.

(Mbak Saras kok gak kapok kapok sihh astaga)

Retno memegang pipinya yang memerah, Putra menatap tajam Saras, bisa bisanya dia menampar pacarnya, padahal mereka tidak melakukan apa-apa, bukan namanya Saras kalau tidak buat hal.

"Apa apaan sih lu Ras, main tampar Retno aja." Marah Putra.

"Put sadar dong, lu masa mau sama dia sih, kalian berdua sama sama cowok."

Pengunjung yang berada dekat mereka cukup terkejut mendengar penuturan Saras. Saras tersenyum ketika mendengar ocehan pengunjung yang tidak suka sama pasangan homo.

Retno tersenyum, kemudian menampar lebih keras pipi Saras, bikin tuh cewek jatuh. "Saras, lu gak bisa gitu, cinta itu gak Mandang gender, cinta itu gak harus dipaksakan, cinta itu pakai perasaan, coba lu pikir, kalau cinta gak pake perasaan apa yang terjadi kedepannya, kayak orang tua kita, mereka cinta karena perasaan mereka, mereka mencintai satu sama lain, seperti aku dan Putra, kamu jangan pernah sedikitpun untuk membuat kami berpisah, karena kamu itu bukan cinta tapi obsesi, kamutuh cantik tapi otaknya gak ada." Penuturan bikin Saras geram, dia ingin menampar Retno, tapi ditahan oleh Putra, tangan Saras dihempaskan begitu saja.

"Mending Lo pergi Ras, gue sama Lo udah gak ada apa apa lagi, mending Lo pergi atau Lo akan terima resikonya!." Saras pergi dengan muka marahnya, pengunjung disana juga masih memandang mereka berdua.

"Maaf bapak ibu, Kakak semuanya, maaf bikin suasana kacau, sama pamit dulu permisi." Ucap Retno kemudian mereka pergi, sebelum mereka menjauh dari kerumunan, mereka mendengar seseorang yang berbicara.

"Kalian pasangan serasi, hiduplah terus, berbuatlah kebaikan, kami doain kalian semoga kalian selalu bersama hingga akhir hayat." Penuturan pengunjung tadi membuat Retno terharu, kemudian Retno menundukkan kepalanya sedikit dan pergi dari mall tersebut.

Retno diantar pulang sama Putra. Putra meminta maaf atas kejadian di mall tadi, Retno hanya tersenyum, sebelum pergi Retno mencium pipi pacarnya kemudian masuk ke dalam rumahnya, Putra tersenyum hangat, dia juga kepikiran dengan semuanya, banyak halangan dalam hubungan mereka, tapi dia harus kuat supaya bisa melindungi orang yang dia cintai.

Disisi lain, Saras menghancurkan rumahnya, hampir setengah perabotan di rumahnya hancur karena dia, ayahnya yang melihat itu jadi khawatir. "Kamu kenapa sayang, cerita sini sama ayah."

"Yah aku benci sama dia benci, dia bikin Saras ngejauhin Putra, yah kita kerumah Putra kita lamaran aja yah, ayo yah." Ayah Saras yang melihat itu cukup kasihan, dia sebenarnya sudah tahu kalau anaknya hanya obsesi sama Putra gak lebih.

"Baiklah akan ayah usahakan." Ucap ayah Saras, Saras tersenyum, dia akan menang sama Retno, dia camkan itu.

T
B
C

Terimakasih mau mampir
Stay healthy yah

Ketua BEM Is My Boyfriend {END}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang