Part 5

27.7K 2.3K 49
                                    

Udara dingin menusuk tulang yang masih terasa hangat, Putra tiba di parkiran Universitasnya. Setelah memastikan kendaraannya terkunci dengan aman Putra langsung menuju ruangan khusus panitia untuk mempersiapkan Ospek hari ketiga, hari ini.

Ternyata diruangan tersebut sudah ada Rian yang masih menahan kantuk sambil mengumpulkan papan nama jurusan yang akan dipasang dilapangan nanti.

"Tumben datang awal, Yan?" Bukannya menyapa Retno malah bertanya sambil mengangkat sebelah alisnya memandang Rian heran. Biasanya Rian selalu datang mau masuk acara ospek dimulai.

"motor gue dipakai bapak gue, motor bapak gue lagi diperbaiki, jadi untuk sementara bapak gue make tuh motor." Ayah Rian seorang kariawan kantoran, yang selalu pulang malam, kalau malam kadang angkutan umum jarang ditemui.

Putra hanya bilang 'Oh' sebagai tanggapan. Retno mengeluarkan coklat yang disakunya, kemudian senyum mengembang dibibirnya.

"Napa lu Put? Gak sawan kan lu? Senyum-senyum sendiri ke coklat, masih pagi loh." Cerocos Rian, dia takut liat temannya senyum pagi-pagi nggak jelas.

"Hah? Sawan gimana maksud lo?"

"ngapain lu senyum-senyum gak jelas kayak tadi?"

Putra terkekeh ringan. "Oh ini buat seseorang."

Rian bingung, sejak kapan Putra ngasih orang coklat? "Lu gak sakit kan Put, oh atau jangan-jangan ada yang lu taksir yah?"

"bukan urusan elu!!" menjawab dengan eskpresi datarnya.

Rian ketawa liat ekspresi datar temannya itu. "oke-oke, semangat yah kawan, semoga diterima hahaha." Setelah mengatakan itu Rian pun lari dari ruang tadi, dia takut dipukul sama singa yang mengamuk.

"Awas lu Rian, gue pites kepala lu."

Pukul 06.30, Retno sampai di Universitasnya, dia bertemu dengan teman barunya kemudia menyapa sambil tersenyum. "Hai Aldi, perlengkapan kamu lengkap semua kan?"

"Hai Retno, iya perlengkapan aku lengkap semua kok, hehe takut dimarahi lagi."

"ya udah masuk yuk" ajak Retno untuk memasuki kampus mereka.

Baru berapa langkah Retno dan Aldi menginjakkan kaki mereka di kampus, Retno dan Aldi dicegat oleh kakak tingkat mereka yang tak lain dan bukan, Putra Sanjaya. "Hai, ee.. boleh minta waktunya sebentar? Nama lu Retno Dewana bukan?"

"iya bang saya Retno, ada perlu apa yah bang?" Retno bingung dengan tingkah kating di depannya ini, jantungnya berdegup kencang, seperti diajak lari 200km saja.

"boleh ngomong berdua aja?"

"boleh kok bang, Aldi kamu duluan aja yah, nanti aku nyusul."

"oke gue duluan yah" setelah Aldi pergi, mereka pun pergi ke belakang halaman sekolah.

"Dek, nih kakak ada coklat buat kamu dimakan yah, sama tempo hari abang pernah nabrak kamu, jadi ini sebagai permintaan maaf, dan mungkin juga hal lain."

Retno bingung dengan kalimat terakhir yang diucapkan sang kating, tidak ambil pusing Retno hanya tersenyum memaklumi. "abang jangan minta maaf, kan itu nggak sengaja, kalau gitu aku permisi yah, makasih coklatnya bang." Setelah itu Retno pergi dengan riang, tanpa melihat kebelakang, dan tanpa dia ketahui kating tersebut sedang menahan gejolak jantungnya yang tidak bisa dikontrolnya.

"duh nih jantung, degubnya kencang bener, ahh dia manis sekali." Sambil senyum tapi kalau dilihat orang lain itu seperti smirk yang menyeramkan.

Hari ketiga Ospek dan hari itu juga hari terakhir penderitaan mahasiswa baru, tidak perlu membawa nametag, mereka sudah bebas sekarang. Tapi tugas dari perkuliahan menanti mereka.

Retno akan pulang sambil menunggu angkutan umum yang lewat, ditemani oleh Surya. "No, lu nggak papa nih gue tinggal?" tanya sang empu

"nggak papa Sur, kalau misalnya kamu lagi sibuk kamu duluan saja, aku nunggu angkutan umum kok, terima kasih juga udah nemenin, sana pulang duluan saja." Jawab Retno sambil tersenyum ringan.

Sebelum menjawab Surya menghelakan nafasnya. "iyadeh, lu hati-hati yah, chat gue kalau udah nyampe."

"iya papah, hati-hati pulangnya pah." Sambil terkekeh kecil

"papah, papah lu soeng, ya udah gue duluan, bye."

Melambaikan tangan sebagai tanggapan Retno. Melihat Surya sudah tidak terlihat lagi, Retno masih menunggu angkutan umum untuk pulang, tidak lama kemudian ada motor yang mendekatinya.

"loh dek belum pulang? Masih nunggu jemputan?"

"belum bang Putra, masih nunggu angkutan umum." Iya yang baru saja mendekatinya tadi kaka tingkatnya.

"mau sama abang saja pulangnya? Rumah kamu dimana?"

"rumah aku di jalan Anggrek komplek Merpati bang."

"ohh.. searah yuk, pulang sama abang."

Retno hanya meng-iyakan ajakan dari kakak tingkatnya, jantungnya borr bukan main deg degnya, bisa-bisanya doi yang ngantarin pulang, mimpi apa semalam dia.

Setelah beberapa menit diperjalanan, Retno dan Putra sampai dikomplek yang dituju. "makasih bang udah ngantarin pulang, ndak mau mampir?"

"nggak dek bang langsung pulang saja, terima kasih tawarannya, ya udah abang pulang dulu."

"iya bang, hati-hati." Kemudian Retno memasuki rumahnya, di dalam rumahnya sudah disambut hangat oleh bundanya.

"hai anak Bunda udah pulang, ganti baju terus makan yah, bunda udah masakin makanan kesukaan kamu, udang pedes."

Senyum Retno makin mengembang, kemudian menciumi pipi bundanya. "Terima kasih bunda."

TBC
Thanks yang sudah mampir

Ketua BEM Is My Boyfriend {END}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang