Part 7

21.2K 1.9K 15
                                    

Matahari sudah tinggi, waktunya Retno dan teman-temannya untuk makan siang, Retno, Aldi, dan Surya pergi ke kantin fakultas ekonomi. Jarak fakultas mereka berdekatan jadi untuk bertemu satu sama lain masih bisa. Setelah sampai di kantin Retno menawarkan diri untuk memesankan makanan mereka.

“Eh kalian mau makan apa? Biar aku yang ngantri.”

“gue bakso aja No, sama teh es.” Jawab Surya.

“kalau gue nasi goreng, teh es juga minumnya.”

“oke kalian tunggu yah disini, aku ngantri dulu.” Setelah itu Retno pun pergi untuk mengantri untuk memesan makanan dia dan teman-temannya. Setelah sampai di tempat dia tuju, ada mahasiswa yang membicarakannya.

eh itukan adek tingkat yang pergi sama Putra kan?”

“eh iya ternyata 1 jurusan toh sama Putra, fiks mah dia adeknya.”

“eh tapikan adiknya Putra masih SMA, sepupunya kali.”

“atau jangan-jangan pacarnya lagi.”

“ngawur lu, Putra mana mungkin belok, mending kita makan dulu, yuk.”

Retno yang mendengarkan gibahan kakak tingkatnya hanya bisa tersenyum dalam diam, dia berpikir, hanya karena kakak tingkatnya mengantarnya, dia sampai diomongkan sana-sini. Setelah selesai memesan makanannya, makanan yang tadi Retno pesan akhirnya sampai.

“Eh No, tadi pagi lu pergi sama bang Putra yah?” tanya Surya dan diangguki sama Aldi.

“iya tadi pagi aku ditebengin sama bang Putra, kenapa emangnya?” tanya Retno Kembali ke temannya.

“nggak, cuman aneh aja gitu, lu kok bisa dekat sama bang Putra, jelas-jelas dia dijuluki ‘Pangeran Es’ di kampus, satu kampus aja pada tahu, dan anehnya sama lu dia kayak biasa.”

“mungkin bang Putra kasihan sama aku, mending kalian makan tuh makanannya, bentar lagi masuk mata kuliah terakhir, cepet habisin!!” Omel Retno yang tidak habis pikir, nggak temannya, nggak katingnya bicarain dia sama bang Putra.

“Oke Bunda” ledek Surya.

Tanpa mereka sadari orang yang mereka omongkan sedang tersenyum di meja lain, dan teman yang melihatnya hanya bisa menghela nafas, temannya ini kalau sudah ada incaran nggak bisa diajak untuk biasa aja, maunya barbar sampai dapat.

++++++++++

Waktu menunjukkan pukul tiga sore, kelas Retno dan Aldi sudah selesai, mereka pulang dan menunggu bus di depan halte dekat kampus, selama menunggu Retno dan Aldi bermain TOD.

“No, main TOD yuk sambil nungguin bus datang.” Tawar Aldi

“yuk, yuk, siapa yang duluan TOD?” tanya Retno.

“gue aja, Retno TOD?”

“Truth deh hehehe”

“menurut lu bang Putra gimana?” tanya Aldi, dan dihadiahkan muka terkejut Retno, yah masa bang Putra lagi sih.

“bang Putra itu, ganteng, cool, baik.” Jawab Retno dengan santai. “sekarang gantian, TOD Al?” sambung Retno sambil menanyakan apa yang akan dimainkan oleh Aldi.

“Truth juga deh.”

“menurut kamu, Surya gimana.” Yang ditanya hanya tertawa.

“Surya sama kayak kamu, cantik dan manis.” Jawab Aldi dengan muka yang tidak berdosa. Retno hanya mendengus kesal. "Heh gak sadar diri, kamu kan juga, mau aku kasih kaca sebesar dosamu?" Jawab Retno hanya dihadiahi kekehan dari Aldi.

“ehh… Aldi yuk, busnya udah datang kita lanjut besok saja.” Dan dibales anggukan oleh sang empunya.

++++++

Malam telah tiba, keluarga Retno makan malam Bersama diluar, tempatnya tidak jauh dari komplek rumahnya, mereka makan di tempat langganan mereka, Bakso Urat. Setelah sampai ibu Retno memesan bakso dan ayah Retno yang mencari tempat duduk untuk mereka makan nanti. Setelah dapat tempat dan baksonya sudah datang mereka pun memakannya, sambil bercerita ini itu. Setelah selesai Retno yang membayar makanan mereka, Retno tidak sengaja menabrak seseorang di depannya.

“eh maaf bang, aku nggak sengaja.” Ucap Retno sambil menundukkan kepala.

“eh Retno, nggak papa kok, kamu kesini sama siapa?”

Setelah mendengar suara yang dia kenal, Retno mendonggakan kepalanya kemudian tersenyum. “Oh bang Putra, aku sama ayah, bunda, sama adikku bang, bang Putra lagi pesan bakso?”

“iya nih, ibu abang lagi pengen bakso, ya udah abang beliin aja.” Jawab Putra seadanya.

“oh ya udah bang aku duluan yah, udah ditungguin, dah bang.” Retno senyum ke kakak tingkatnya, setelah itu pamit. Retno terpaku sebentar atas perkataan kakak tingkatnya yang berkata “Manis” muka Retno memerah mendengar perkataan kakak tingkatnya, kemudian dia tersenyum.

“yah gusti, jantungku mau copot rasanya.” Batin Retno. Kemudian pergi menyusul kedua orang tuanya.

T
   B
      C
Terimakasih sudah mau mampir

Ketua BEM Is My Boyfriend {END}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang