Part 16

12.6K 1K 27
                                    

Weekend telah tiba weekend telah tiba horee horeee horeee.

(Pasti kalen nyanyi pake nada libur telah tiba)

Oke lanjut, hari weekend yang indah ini digunakan Retno untuk bersantai ria dengan kasurnya, iya dia malas untuk melakukan sesuatu. Menurutnya rebahan dan bermain hp itu cukup baik untuknya.

Satria dan Riski masuk ke kamar Retno, mereka ingin jalan-jalan bersama, jika Retno ingin diajak pergi. "Nono bangun, kita jalan jalan, kemarin kan kita gak jadi jalannya, yuk sama Riski nih." Ajak Satria dan membuat sang empu yang diajaknya hanya menganggukkan kepalanya saja. Satria dan Riski turun ke bawah untuk menunggu Retno bersiap-siap diri.

Retno telah selesai dengan acara bersih-bersih dirinya, dia turun ke bawah untuk menyusul Abang dan adiknya. Setelah mendapatkan izin mereka bertiga pergi ke mall untuk berbelanja, anggap aja hadiah kepulangan dia alias oleh-oleh. Setelah selesai dengan acara berbelanja, mereka pergi ke taman pusat kota untuk piknik, yah ternyata rencana Satria dan Riski adalah piknik, Retno sih hanya ikut-ikutan aja.

Mereka sampai di taman pusat kota, Riski menghamparkan tikar merah di dekat pohon yang cukup besar lumayan untuk melindungi mereka dari panas matahari. Satria mengeluarkan makanan yang telah disiapkan oleh bundanya untuk mereka makan. Retno sedang asik bercerita, selang ceritanya ada seseorang yang mendekati mereka, dia memanggil dan datang ke tempat mereka piknik tadi. "Hai Satria, Retno, sama kamu maaf saya belum kenal, boleh ikut gabung?" Tanya Rio, iya orang tadi adalah Rio. Bibir Retno tersenyum tulus. "Kak Rio gabung aja sini, masih cukup kok duduknya di sebelah mas Satria."

"Oke, oh yah Kakak belum kenalan sama kamu, namanya siapa?" Tanya Rio pada Riski. "Riski kak, adik dari bang Satria sama kak Nono." Rio mencubit pipinya Riski, dia merasa gemas dengan Riski.

Satria menahan tawanya melihat ekspresi Riski, yang menahan kesalnya karena cubitan gemes dari Rio. Retno melihat kedai es krim disana, dia jadi ingin memakan es krim. "Mas Satria, aku mau es krim beli yuk." Ajak Retno, dan diangguki oleh Satria. "Aku ikut yah." Ucap Rio dan diangguki kembali oleh Satria, tinggallah Riski sendiri yang sedang memakan kuenya.

Retno memegang bahu Rio, seperti adik kakak yang sedang berjalan-jalan, Satria disitu sebagai angin lalu, dia dicuekin oleh adik dan pacarnya. Mereka telah sampai di kedai es krim tersebut. "Mbak, es krim coklatnya 2 dan vanilla 2." Mbaknya kemudian membuat pesanan Rio. "Kakak terlihat masih muda yah, padahal anaknya sudah gede, apa sih perawatannya, anaknya juga cantik." Tanya Mbak tadi, dan membuat Rio mengernyit bingung. "Maksud mbak apa yah? Anak? Siapa punya anak?" Tanya Rio.

"Itu kak, disebelah kakak, itu anak kakak kan?" Jawab mbak tukang es krim tadi. Wajah Retno menyeringai, kayaknya seru mengerjai kakaknya.

"Ihh Ami jahat, itu mbaknya kan nanya aku mi, Abi, Abi masa Ami gak ngakuin aku sih." Adu Retno, membuat Satria menatap tajam ke arah Retno. Retno yang diperlakukan seperti itu mah hanya tersenyum mengejek.

"Duh anaknya lucu sekali kak, duh semoga kalian bahagia selalu yah, abinya juga ganteng." Mbak-mbak tadi melihat Satria dengan tatapan genitnya, membuat wajah Rio memanas. " Mbak udah selesai belum pesanan saya? Anak dan Suami saya menunggu." Rio menekankan anak dan suaminya dengan lantang, membuat mbak tukang es krim menunduk ketakutan.

Setelah selesai dengan acara kesalnya tadi, Rio ngambek dalam perjalanan menuju tempat mereka piknik. "Sayang udah dong jangan ngambek, kamu mah Retno ngambek kan kak Rionya." Retno hanya memutar bola matanya, malas deh sama abangnya ini, kok dia yang disalahin, seharusnya salahin dia kenapa dia terlalu terpesona sampe mbak mbak tadi genit ke dia.

Mereka pun sampai disana, ternyata Riski sedang asik mengobrol dengan anak yang seumuran dengannya, mungkin dia sedikit lebih muda dari Riski. Retno menghampiri mereka berdua, Riski dan anak tersebut kaget bukan main, untuk mereka berdua tidak memiliki penyakit jantung, coba aja mungkin mereka udah tinggal nama.

"Hai, kamu siapa?" Tanya Retno lembut.

"Saya Andre kak." Jawab Andre, dan membuat Retno tersenyum, Andre memandang Retno tersenyum dia pun ikut tersenyum.

"Terima kasih udah nemenin Riski, kamu ikut gabung disini saja yah. Oh ya dimana orang tuamu?" Tanya Retno.

"Orang tua saya sedang pergi kak, katanya bisnis gitu di luar negeri, jadi saya disini sama nenek saya." Retno paham maksud dari dari Andre, dan dia hanya mengangguk saja.

Mereka semua sedang asik mengobrol random, seperti "Kak Rio kok bisa suka sih sama mas Satria, dia kan udah tua, jelek lagi." Yah kalian siapa tau dia siapa.

"Enak aja, mas mu ini ganteng tau, tuh Rio aja bisa kepincut dan tulus sama mas." Jawab Satria dengan pedenya.

Rio ketawa dengan menutup mulutnya. "Sebenarnya sih terpaksa aja dek, yah gimana mas mu itu ngejar kakak terus, yah jadi gitu deh daripada dia capek-capek ngejar ya udah kakak terima deh." Tawa mereka berempat pecah, Satria mukanya murung sendu. "Canda sayang, aku gak mungkin kayak gitu, kamu tuh orangnya baik, perhatian, dan pastinya penyayang, aku beruntung bisa jadi milik kamu." Senyum Satria mengembang dengan lebar, bisa bisanya dia digodain sama pacar manisnya itu. Dia menyebut pipi Rio dengan gemas, membuat ketiga orang yang melihatnya tersenyum hangat.

"Pliss deh bang, disini bukan hanya kalian, dunia serasa milik berdua." Ucap Riski dan membuat Satria memberhentikan kegiatannya.

Hari sudah mulai merah kekuningan, yang berarti matahari akan terbenam, mereka melihat sunset begitu indahnya, dan Retno tentu saja mengabdikannya. Andre dan Rio diantar pulang oleh mereka. Mereka bertiga berhenti di sebuah minimarket sebelum benar-benar pulang, mereka membeli Snack untuk mereka makan dirumah. Setelah sampai di kasir, Retno mulai melancarkan aksinya kembali. "Abii, Nono mau ini yah boleh?" Retno membuat wajahnya seperti anak kucing yang ingin makan, dia meminta permen karet yang berada di dekat kasir tadi. Kasir tadi hanya tersenyum saja melihat tingkah mereka. Satria memutar matanya males, bisa-bisanya adiknya ini masih saja jahil. Dia pun mengambil permen karet tadi dan memberikan kepada sang kasir untuk dibayar.

Setelah sampai di rumah, Retno menceritakan semuanya saat piknik tadi dengan ayah dan bundanya, bundanya sangat antusias mendengarkan nama Rio di dalam ceritanya Retno, dia penasaran dengan sosok Rio. "Tau gak sih bund, kak Rio tadi cemburu dong, gara gara mas Satria di genitin sama mbak mbak jualan tadi, eskpresi kak Rio lucu Bund, dan bodohnya mas Satria hanya diam bund." Satria yang jadi bahan pembicaraan hanya mendengus kesal. "Oh yah bund, Riski juga dapat teman baru, anaknya gemesin, iyakan Ki." Ucap Retno dan hanya senyuman lembut sebagai jawabannya.

Bunda dan ayah Retno saling pandang, mereka seperti sedang bertelepati satu sama lain. 'yah, sepertinya anak kita suka sama cowok semua, duh bunda doang yang cantik dikeluarga ini hahaha.'

'iya bund, Gpp deh, lumayan banyak anak cowok dirumah kita.'

Kira kira seperti itu percakapan keduanya.

Disisi lain Saras sedang menghubungi seseorang. "Baiklah, lu tunggu aja disana gue akan nyusul." Kemudian dia tersenyum dengan jahatnya. "Let's start the game." Kemudian dia pergi dari tempat tersebut.

Saras
Put, temuin gue di taman xxx. Gua gak bakal ganggu lu lagi. Jadi gua harap lu datang ke taman sekarang. Gua mau ketemu sama lu untuk terakhir kalinya sebelum gua pindah
Read

Putra sebenarnya malas, tapi karena ada hal yang membuatnya ingin pergi, jadi dia pergi menuju taman tersebut.

T
B
C

Rencana apasih si Saras?

Terimakasih sudah mau mampir
Selalu jaga kesehatan kalian

Ketua BEM Is My Boyfriend {END}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang