Part 4

27.3K 2.6K 23
                                    

“Bunda Retno pergi dulu yah, dah bunda.” Sambil mencium kedua pipi bundanya kemudian pergi Bersama ayahnya ke tempat kuliah Retno berada.

“Ayah hati-hati dijalan, dah ayah.” Sambil melambaikan tangannya kemudian masuk kampusnya.

“Halo Retno.” Sapa Surya.

“Eh Surya, aku pikir kamu sudah datang daritadi.”

“gue baru aja nyampai kok, yuk masuk.” Ajak Surya untuk masuk Bersama.

Baru beberapa langkah Surya dan Retno menginjakkan kaki di depan gerbang Universitas Indonesia. Sudah ada teriakan dari senior mereka menginterupsi mereka untuk segera berkumpul dilapangan.

Dua pemuda tersebut sama-sama menghembuskan nafas dengan kasar. “yuk Sur kita masuk, kating kita sudah suruh kita berkumpul.” Tanpa disadarinya dan terburu-burunya Retno tidak sengaja menabrak kating yang berada di depannya.

Brugh..

Tubuh Retno terjatuh, Surya pun membantu Retno untuk bangun.

“kalau jalan hati-hati dek.” Suara dingin menghentikan kegiatan Retno yang sedang membersihkan pakaiannya yang kotor. Retno seperti mengenali suara dari pemuda yang berada di depannya. Retno mendogakkan kepalanya menatap sosok yang berada di depannya.

“aku sepertinya pernah melihat orang ini.” Batin Retno. Retno terbengong cukup lama melihat pemuda yang di depannya, Surya yang melihat itupun menyenggol sikut Retno untuk menyuruhnya minta maaf.

“A..nu maaf yah kak.” Retno menjawab gugup sambil meraih tangan Surya dan pergi ke tempat yang disuruh kaka tingkatnya.

Kemudian setelah kejadian tersebut pemuda tadi pergi menuju arah lapangan dan bergabung dengan gerombolan panitia BEM dan lainnya.

Setelah kejadian itu Surya menanyakan perihal mengenai terbengongnya Retno tadi. “lu kenal dia, No?”

“nggak kok, Cuma aku kayaknya pernah liat aja.”

“Bego!” satu geplakan sayang diterima Retno di kepalanya dari Surya.

“aww.. kok aku dipukul sih?”

“karena lu bego, ya pasti lah lu pernah liat. Dia kan ketua BEM itu? Namanya bang Putra Sanjaya.”

“Nah tuh kamu tau. Kenapa masih nanya ke aku lagi kenal apa nggak sama dia?”

Surya menghela nafas Panjang sebelum Kembali berbicara. Temannya ini mau digeplak dulu baru encer otaknya monolog Surya.

“maksud gue Retno sayang, lu tadi tuh bengong kek orang mau kesurupan lihat tuh kating, jangan-jangan lu suka yah sama bang Putra yah.. aarrghh.” Goda Surya yang membuat si empu mencubit perutnya.

“sakit geblek, main cubit-cubit aja, ntar perut kotak-kotak gue hilang gimana.” Retno merotasikan matanya ke atas terus menghela nafas.

“akutuh keknya pernah ketemu dia, suaranya mirip sama orang yang kemarin nabrak aku, terus yah orang yang kemarin nabrak aku ngeselin banget.”

“kirain lu suka sama bang sur… arrgh. Sakit bego nyubit mulu lu.”

Obrolan mereka berhenti saat sampai di lapangan dan langsung bergabung ke barisan sesuai jurusannya masing-masing.

(Disini Surya sama Retno beda jurusan yah, Retno perawat, dan Surya ekonomi)

Ketika semua sudah tenang giliran ketua BEM atau juga bisa disebut Putra Sanjaya maju ke tengah untuk membuka acara Ospek hari kedua.

“Semuanya saya ambil alih. Semuanya.. siap grak!” suaranya tegas menggelegar. Menutup suara yang berisik dari mulut adik tingkatnya.

Mata Putra mengedar dari ujung ketemu ujung melihat wajah-wajah polos dan tegang dari adik tingkatnya. Ketika pandangannya berhenti dengan mata Retno yang menyipit karena menghalau sinar matahari yang tepat mengarah padanya, sudut bibirnya terangkat, dan hanya dan tuhan lah yang tahu manusia es tersebut tersenyum.

Hari kedua Ospek berjalan dengan normal, tidak ada yang terlambat untuk datang. Tapi ada saja kesalahan dari junior-juniornya yang bikin katingnya pada marah.

“kamu dek berdiri, kamu kok nggak disiplin banget sih, nametag nggak bawa, bahan-bahan yang disuruh kemarin juga nggak bawa, maunya jadi apa!!?”

“ma af kak sa ya ke lupa an barang-barangnya, tertinggal dirumah.” Jawab pemuda tadi yang gugup menjawab pertanyaan sang senior.

“nggak ada alasan dek, siapa nama kamu? Dari jurusan mana?” tanya sang senior.

“Nama saya Aldi kak, jurusan keperawatan.”

“Jurusan keperawatan kok nggak lengkap sih bawaannya, gimana nanti mau kerja, nggak lengkap, mau bunuh nyawa pasien?”

“nggak kak, maaf kak.”

“Baiklah hari ini kamu saya kasih toleransi, besok-besok tidak ada lagi, ini berlaku buat semuannya tidak ada terkecuali.” Kemudian senior tadi pun pergi mengecek barang-barang satu persatu juniornya. Kemudian Retno pun menyapa pemuda tadi.

“hai nama aku Retno, kamu nggak papa kan?” tanya Retno sambil tersenyum lembut dan mengulurkan tangannya.

“hai gue Aldi, gue gpp kok, terima kasih.” Sambil menjabat tangan Retno sebagai tanda perkenalan mereka.

TBC
Vote dan Comment, Thanks
Maaf sebelumnya, terima kasih sudah mampir

Ketua BEM Is My Boyfriend {END}✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang