4. Confession

1 0 0
                                    

"Martabak dari siapa?" Bram bertanya, di ruang itu sudah ada seluruh keluarga sedang berkumpul. Atha dan Yuri juga melihat kedatangan Aletha.

"Letha beli."

"Ga biasanya lu beli martabak." Atha menyipitkan matanya.

"Kalo ga mau ya udah buat gue aja." Letha mengambil lagi kantong keresek itu dan berdiri.

"Aletha... Ibu kamu ga ditawarin?"

"Ehh iya," Letha nyengir dia membalikkan badannya dan duduk lagi di sofa.

"Ibu mau? Ini Letha beli rasa cokelat sama keju."

"Ini beli dimana? Kaya yang enak." Yuri membuka bungkusan dan mengambil satu potong martabak.

"Letha lupa nama tempatnya apa. Tapi enak kan?"

Yuri mengangguk, menyetujui perkataan Letha. Atha yang penasaran rasanya juga ikut mengambil satu potong.

"Kaya pernah liat nama martabaknya, dimana yah?" Letha melihat ke arah Atha, takut Atha mengetahui martabak itu dari Darga.

Atha melihat-lihat bungkus martabak itu, lalu dia tersenyum melihatnya. Letha yang melihat Atha tersenyum menyenggol tangannya.

"Kenapa?"

"Enggaaa enggaaa..." Atha seperti menahan tawa.

"Apa ishh?" Letha memukul paha Atha.

"Awww!" Atha memegangi pahanya yang terasa sakit.

"Dah ahh gue mau ngambil minum dulu." Atha berdiri menuju dapur. Tapi Letha ingin tahu kenapa Atha tersenyum seperti itu, jadi dia memutuskan untuk mengikutinya ke dapur.

"Apasih?! Napa ngikutin gue?"

"Kenapa ihh?"

"Ga kenapa-napa."

"Bohong." Atha masih senyam-senyum ga jelas.

"Tuh kan, tuh kan." Letha menunjuk Atha yang sedang senyum-senyum sendiri.

"Sini deh." Atha menarik Letha, menyuruh Letha duduk di kursi meja pantry. Atha berdiri di seberang Letha.

"Kayanya gue tau ini dari siapa." Atha menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Letha.

"Siapa?"

"Darga kan?" Letha agak kaget. Perkiraan Atha benar.

"Udah deh, ga usah ngeles. Tadi Darga bilang mau beli martabak, ehh taunya buat di kasih ke lu?"

"Apaan sih?"

"Kayanya ada yang mau pdktan nih."

"Ihh tau ahh, napa jadi bahas itu." Letha berdiri tapi Atha menahan tangannya.

"Duduk dulu sini bentar," Letha kembali duduk.

"Kemaren lu pulang naik apa?"

"Bis,"

"Yang benerr... Masa naik bis ada jas hujan di depan?"

"Ihh gak tau, itu bukan punya gue."

"Terus siapa disini yang keluar pake jas hujan? Perasaan ayah suka naek mobil."

"Ya Letha gak tau."

"Kemaren kan gue nongkrong tuh sama Darga, terus Darga bilang baju dia basah keujanan. Terus pake minjem motor si Amar lagi buat bawa duit. Kan bisa minjem dulu ke kita kita. Bener gak Tha?"

"Iya, bener." Letha mengangguk menyetujui perkataan Atha, sekaligus untuk menutupi kebohongannya.

"Heh! Lu kemaren di anterin Darga kan?" Bingo! Atha benar lagi.

AlethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang