"Enggak."
"Terus kemaren ngapain kemaren ngasih martabak? Terus nganterin Letha?"
"Cuman ngasih martabak ga ngejamin gue suka sama dia kan?"
"Iya sihh... Tapi bro, gue cuman ngasih tau nih ya. Sebentar lagi tanggal 23 nanti gue ulang tahun." Tanggal 23 yang berarti 5 hari lagi. Adalah ulang tahun Alatha, sekaligus Aletha.
Darga sedikit kebingungan karena tiba-tiba Atha memberitahu hari ulang tahunnya, "Udah lahh." Darga menghentikan pembicaraan itu.
"Ehh udah dateng ni anak curut." Atha memegang tangan Letha, menyuruh Letha duduk disampingnya. Di depan Letha ada Darga. Mereka duduk berhadapan, Amar dan Atha juga duduk berhadapan.
"Mas!" Atha memanggil pelayan yang tadi mendatangi meja mereka sebelum Amar dan Letha tiba. Tapi Atha lebih memilih untuk memesan nanti sampai Amar dan Letha tiba.
Setelah memesan, mereka menunggu beberapa saat dan makanan mereka tiba. Mereka memilih menu yang berbeda-beda. Aletha sendiri memilih pasta untuk makan malamnya, dan leci mojito untuk minumannya.
Mereka makan dengan tenang, sesekali mengobrol untuk memecah keheningan. Dan dalam beberapa saat, makanan mereka habis. Menyisakan minuman yang baru sedikit diminum.
"Wait, gue mau ke toilet dulu." Darga berdiri tapi, Bruukkk. Dia menggeser mejanya sedikit hingga minuman Letha tumpah. Tumpah ke roknya. Letha juga refleks berdiri melihat roknya yang sudah basah.
"Letha! Maafin gue." Darga mengambil tisu dan ikut membersihkan rok Letha. Begitu juga dengan Atha. Sedangkan Amar dia membereskan kekacauan di meja.
"Maafin gue, gue ga sengaja."
"Udah gapapa..."
Mereka masih sibuk mencoba mengeringkan rok Letha, tapi percuma. Tidak akan kering dengan cepat.
Darga memegang tangan Letha sambil melihat wajah Letha baik-baik, "Maafin gue."
"Ehemmm, itu tangannya..." Amar memberi kode. Tapi Darga tidak mendengarkan.
Letha juga tidak menolak ketika Darga memegang tangan miliknya. Dia tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa.
"Gapapa Darga, lo juga gak sengaja kan."
"Kalo gitu pake jaket gue aja buat nutup rok lo?" Darga membuka jaketnya. Darga selalu punya kebiasaan memakai jaket jika pergi ke sekolah. Jika tiba-tiba dia main seperti ini. Dia tidak perlu pulang dulu untuk mengganti baju karena takut terlihat almamater bukan?
"Tapi kan?" Letha bingung, jaket Darga sudah ada pada dirinya satu. Letha takut Darga tidak punya jaket lagi. Itu yang dia khawatirkan
"Gapapa pake aja," Darga memberikan jaketnya pada Letha.
"Makasih," Letha tersenyum. Sangat manis.
"Sini sama gue pakein." Atha mengambil alih jaket yang ada di tangan Letha.
"Udah lo mau ke toilet kan? Ke toilet aja dulu, kebelet lo nanti." Amar mengingatkan Darga tujuan awalnya.
"Sebentar," Akhirnya Darga jadi pergi ke toilet.
Jaket Darga kali ini, berwarna hitam berbahan kain. Jadi tidak susah untuk mengikatnya lengan jaket di pinggang Letha.
"Gapapa kaya gini?" Atha bertanya, jaket itu menutup rok depan Letha.
"Gapapa, yang penting ketutup." Letha kembali duduk, begitu juga Atha.
Tidak lama, Darga kembali. Dia datang dengan rambut yang agak basah. Sepertinya dia tadi mencuci mukanya dan membasahi rambutnya sedikit. Membuatnya semakin tampan. Letha juga terkejut ketika melihat Darga membasahi rambutnya, terlihat lebih fresh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aletha
Teen Fictiontentang bagaimana seorang lelaki yang berjuang, tapi kalah dengan gengsi. tentang seorang perempuan yang mengejar mimpi dan menunggu jawaban.