0.0 Prolog ◍ Saudara Baru!

82 12 6
                                    

"HAN, MAKANAN GUE TUH!"

  "AMBIL YANG BARU AJA!" Han, atau lebih tepatnya Raihan Keenan Hanif terus berlari menghindari kejaran kembarannya yang hendak mengambil camilannya kembali.

  "Kalo gue ngambil lagi, lo ngambil lagi punya gue yang baru, males ah!" gerutu kembaran Han, Rey Keenan Felix.

  "Makanan punya lo tuh enak banget Lix, sekalipun gue juga punya yang sama kayak lu!" sahut Han dengan santainya.

  Salsa Sherina Keenan atau kerap dipanggil Sana sudah berdiri sembari berkacak pinggang, tepat disamping Han yang kini berhenti berlari.

  "Hanif, ambil aja yang baru kenapa sih? Itu kasih lagi ke Felix, udah tau Felix dikit-dikit ngerengek. Ayah bentar lagi pulang, Bunda mau masak makan malem dan kalian jangan bikin keributan!" tegas Sana.

  Han menoleh kaget ke arah Sana lalu terkekeh, "Iya Bun, maaf. Nih, Lix." Felix pun kembali merampas camilannya dan pergi menjauhi Kakak kembarannya.

  Sana baru saja menghela nafas lega saat anak-anaknya kembali akur, dan saat tungkainya akan ia langkahkan menuju dapur, anaknya yang baru berumur sepuluh tahun menghampirinya.

  "Lathif mau bantu Bunda masak, boleh gak?" pinta anaknya itu. Sana menunduk lalu mengangguk pelan sembari tersenyum tipis.

  Anak lelaki yang bernama Lathif Keenan Azri itu lantas kegirangan lalu berlari menuju dapur lebih dahulu, namun langkahnya terhenti mendengar ucapan Kakak sulungnya.

  "Masih kecil nyoba masak, ntar yang ada kena pisau terus berdarah, nanti nangis ngadu ke Kakak," ucap si sulung, atau lebih tepatnya Keenan Reno Adelino yang terkesan meledek.

  Lathif mengerucutkan bibirnya tak terima mendengar ucapan sang Kakak. Ia menghampiri Lino lalu menggigit lengannya yang sedang memegang ponsel.

  "Aw! Bun, Bunda melihara anjing rabies ya? Lino kena gigit, Bun!" ucap Lino panik yang langsung pergi berlari.

  "Ih, Bunda! Lathif dikata anjing!" seru Lathif kesal, dan kesalnya semakin menjadi-jadi saat sang Ibunda justru tertawa kecil melihatnya.

"Ish, Bunda sama aja!"

  Sana meredakan tawanya lalu mengusap kepala anaknya itu, "Udah-udah, ayo kita masak."

...

Cklek!

"Ayah pulang!"

  Mendengar suara Pamannya yang baru saja pulang, seorang anak lelai berumur delapan tahun itu bangun dari duduknya dan hendak memeluk Pamannya, namun langkahnya terhenti melihat seseorang.

"Mereka siapa?"

  Chandra Keenan Achiel, Paman dari keponakannya menahan gemasnya melihat anak itu yang terlihat menahan kesal, "Mereka bakal jadi Adek sama Kakaknya Ayen sekarang," ujar Chan.

"Eh?"

"Kenalan dulu, ayo."

  Chan berkata sembari menyuruh kedua anak yang ia bawa itu menghampiri Abinaya Fabian, atau kerap dipanggil Ayen.

  Kedua anak itu berjalan perlahan dan menundukkan kepalanya saat mereka berdiri di depan Ayen.

"Jangan lupa pake Keenan," sela Chan.

"A-aku Adelio Keenan Shaquille."

"Keenan Jihan Qairiah..."

  "Kalo aku Abinaya Fabian, salam kenal ya!" seru Ayen yang tiba-tiba saja menjadi ceria.

Unreasonable BrotherhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang